Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ramadan

Filosofi Arsitektur dan Sejarah Masjid Tua Katangka Gowa Dibangun Sejak Tahun 1603

Masjid Tua Katangka dibangun dengan campuran gaya arsitektur, di antaranya Tiongkok Cina, Eropa, dan Jawa.

Penulis: Sayyid Zulfadli Saleh Wahab | Editor: Alfian
TRIBUN-TIMUR.COM/Sayyid
MASJID KATANGKA - Masjid Tua Al Hilal Katangka salah satu Masjid tertua di Sulawesi Selatan (Sulsel) dibangun sejak 1603, di Jl Syech Yusuf No 57, Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Kamis (27/2/2025). Masjid Tua Katangka dibangun dengan campuran gaya arsitektur, di antaranya Tiongkok Cina, Eropa, dan Jawa. 

Sultan Alauddinpun membangun Masjid dengan tembok batu bata dengan gaya eropa .

"Karena memang Sultan Alauddin ini memperoleh ilmu membangun masjid ini dari bangsa Eropa yakni Portugis," ucapnya

4 tiang maknanya ada 4 sahabat nabi atau Khulafaurrosidin yakni Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali.

Kubah di atas Masjid Tua Katangka diambil dari gaya arsitektur Jawa. Bentunya seperti tumpeng.

Badan Masjid Tua Katangka bersegi empat seperti ketupat. Maknanya  bersatunya Raja dan rakyat 

Pintu Masjid ini ada 5. 2 pintu terdapat di luar dan di dalam ada 3. Makna tersebut merujuk ke rukun islam ada 5.

Ketika memasuki Masjid Tua Katangka, terdapat 6 jendela. 6 jendela ini dimaknai serupa dengan rukun iman ada 6.

Bentuk mimbar dipengaruhi budaya Cina. 

"Selain nuansa lokal atau nusantara ada juga nuansa Cina karena dulu sudah banyak berdangang. Kontribusinya memberikan sumbangan loster, keramik, guci dan diberikan oleh kasisar Cina," jelasnya.

Pada mimbar terdapat 2 tombak sejak zaman dahulu. 

Pada 2 tombak ini terdapat bendera warna putih dan hijau bertuliskan  'La ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah' 

Awalnya, kedua tongkat ini dipegang prajurit untuk menghalau jamaah yang memiliki pemahaman keliru saat khutbah Jumat.

Pasalnya, dipenghujung khutbah Jumat, kata dia, sebagian jamaah langsung berdiri dan berlomba menggigit konsep dari pada khutbah yang dibaca oleh khatib ditulis di daun lontar.

"Jamaah ketika itu ingin merampas naskah khutbah yang ditulis di daun lontara dan ditelan untuk dijadikan jimat kebal," ucapnya

Maka dari itu, Raja memerintahkan dua pasukannya memegang tombak untuk menjaga jalannya salat jumat.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved