Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Rencana Besar Anggaran Lebar

Sampai saat ini, perbincangan akan proses eksekusi dan anggaran dari program MBG ini makin gencar.

Editor: Hasriyani Latif
DOK PRIBADI
ANGGARAN MBG - Inosensius Enryco Mokos, Peneliti Komunikasi Pendidikan, Politik, Publik dan Budaya. Inosensius menulis opini tentang Program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Karena masalahnya pada proses penggunaan anggaran bukan kekurangan anggaran.

Masyarakat juga tau bahwa sebelum ini memang polemik anggarannya banyak dibicarakan, mulai dari wacana zakat bantuan untuk MBG, menu makan diganti ulat, belalang dan serangga dan lain sebagainya. 

MBG ini memang menyita banyak perhatian.

Belum lagi jika kita bicara kualitas makanan yang disajikan tiap daerah itu berbeda- beda membuat patokannya menjadi tidak jelas. 

Tentu jika tidak ada penyetaraan menu makan untuk semua wilayah di Indonesia kualitas gizi dan kesehatan yang diincar oleh pemerintah juga tidak merata untuk seluruh anak Indonesia.

Kalau kualitas gizi tidak merata untuk semua anak Indonesia maka tentu saja program ini bisa dikatakan tidak ada manfaatnya sama sekali. 

Sampai di sini masyarakat pasti bertanya, apakah pemerintah benar-benar serius untuk menjalankan program ini dan sudah memetakan program ini dapat berjalan dengan baik atau tidak.

Efisiensi anggaran terlihat sangat rancu dan tidak dipergunakan dengan baik.

Eksekusi lapangan yang cacat juga perlu menjadi bahan evaluasi yang cepat.

Anggaran Lebar

Dengan penambahan anggaran 100 triliun untuk program MBG ini tentu menjadi kekhawatiran yang besar dan kecemasan dari masyarakat akan potensi korupsi.

Apakah akan ada transparansi penggunaan anggaran yang besar itu atau tidak tentu merupakan pertanyaan besar.

Mengingat sudah banyak kasus korupsi yang terjadi di negeri ini sehingga kepercayaan publik untuk transparansi penggunaan anggaran dari pemerintah diragukan.

Solusi terbaik yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menggandeng berbagai universitas yang ada di setiap daerah untuk mengawasi dan menjadi evaluator untuk kualitas gizi dan menu makan yang diberikan kepada anak-anak.

Hal ini untuk memastikan apa yang dimakan oleh anak-anak bisa sesuai dengan standar gizi yang benar juga mengurangi gap menu makan dari setiap daerah yang ada di Indonesia.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved