Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Apa Itu NPD? Penyebab Valyano Boni Siswa Bintara SPN Polda Jabar Dipecat H-6 Sebelum Dilantik

Valyano Boni Raphael Bintara SPN Polda Jabar dipecat karena disebut mengidap Narcissistic Personality Disorder (NPD).

Editor: Sakinah Sudin
YOUTUBE TVR PARLEMEN
SISWA SPN DIPECAT- Tangkap layar YouTube TVR Parlemen an diambil Sabtu (8/2/2025) memperlihatkan sosok Valyano Boni Raphael saat sidang Komisi III DPR RI RDP dan RDPU terkait pemberhentian siswa SPN Polda Jabar. Valyano Boni Raphael dipecat dari SPN Polda Jabar enam hari jelang pelantikan karena disebut idap NPD. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Apa itu NPD yang bikin Valyano Boni Raphael siswa Bintara SPN Polda Jabar dipecat?

Belakangan ini, Valyano Boni Raphael jadi perbincangan di masyarakat.

Pasalnya, siswa Bintara SPN Polda Jabar itu dikeluarkan dari SPN pada 3 Desember 2024.

Surat pemberhentian Valyano Boni Raphael dikeluarkan H-6 atau seminggu sebelum dilantik.

Valyano Boni Raphael dipecat karena disebut mengidap Narcissistic Personality Disorder (NPD).

Lantas apa itu NPD?

Berikut Tribun-Timur.com bagikan penjelasan tentang Narcissistic Personality Disorder (NPD)!

A. Apa itu NPD?

Dilansir dari siloamhospitals.com, Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau gangguan kepribadian narsistik adalah salah satu jenis gangguan mental di mana pengidapnya menganggap dirinya lebih baik dan lebih penting daripada orang lain, sehingga orang lain harus mengagumi, mencintai, dan  membanggakannya.

Pengidap NPD cenderung memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi.

Namun, di balik itu, ia juga menjadi lebih sensitif terhadap kritikan dari orang lain.

Orang dengan gangguan ini juga cenderung memiliki empati yang rendah terhadap orang lain.

Narsistik berbeda dengan rasa kepercayaan diri.

Rasa percaya diri yang positif terbentuk berdasarkan kualitas diri dan pencapaian.

Sementara itu, narsistik kerap didasari oleh ketakutan apabila orang lain melihat kelemahannya dan rasa takut akan kegagalan.

Oleh karena itu, pengidap narsistik juga rentan jatuh ke dalam depresi jika dikritik orang lain.

B. Penyebab Gangguan Kepribadian Narsistik

Hingga kini, sebetulnya belum diketahui secara pasti apa penyebab munculnya gangguan kepribadian yang satu ini.

Namun, beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko narsistik adalah sebagai berikut:

- Faktor neurobiologi, hubungan antara otak dengan perilaku dan pola pikir.

- Memiliki keluarga dengan riwayat narcissistic personality disorder (NPD).

- Pola asuh orang tua yang tidak tepat, terlalu menuntut tinggi atau bahkan memanjakan anak secara berlebihan.

- Terlalu banyak atau kurang menerima pujian selama masa kanak-kanak.

- Pengalaman traumatis di masa lalu, seperti penelantaran atau kekerasan.

- Memiliki karakteristik dan sifat yang mudah emosi.

C. Jenis-Jenis Narsistik

Narsistik adalah jenis gangguan kepribadian yang bisa terjadi pada siapa saja, namun lebih rentan dialami oleh pria daripada wanita.

Kondisi ini sering kali juga dimulai saat usia remaja atau dewasa muda, kemudian dapat berlanjut hingga masa dewasa akhir.

Gangguan kepribadian narsistik terbagi menjadi beberapa jenis, berikut masing-masing penjelasannya.

1. Narsistik Tampak

Narsistik tampak (grandiose narcissism) menunjukkan sikap arogan, kompetitif, percaya diri berlebihan, tidak mempunyai empati, dan senang mengintimidasi orang lain untuk kepentingan pribadinya.

Pengidap narsistik juga sering kali menceritakan kemampuannya secara berlebihan dan merendahkan orang lain.

2. Narsistik Terselubung

Pengidap narsistik terselubung (covert narcissism) memiliki sikap yang berkebalikan dengan narsistik tampak.

Orang dengan narsistik terselubung meyakini bahwa ia lebih unggul dari orang lain, namun tidak menunjukkannya secara terbuka dan hanya disimpan dalam hati.

Meski begitu, pengidap jenis narsistik ini cenderung mementingkan diri sendiri, tidak memiliki empati, dan menginginkan perhatian lebih dari orang lain.

Tak jarang pengidap juga memosisikan diri sebagai korban ketika menganggap dunia telah gagal dalam mengenali potensinya, sehingga rentan mengalami depresi.

3. Narsistik Antisosial

Narsistik antisosial (antagonistic narcissism) adalah jenis narsistik yang tanda-tandanya hampir sama dengan narsistik tampak.

Hanya saja, pengidap jenis narsistik ini cenderung mengambil keuntungan dari orang lain tanpa rasa bersalah setelahnya.

Pengidap narsistik antisosial cenderung mendendam dan sulit memaafkan orang lain.

Selain itu, mereka juga sering memulai perdebatan dengan orang lain dan selalu merasa tersaingi atau selalu ingin menang dalam berkompetisi.

4. Narsistik Prososial

Orang dengan narsistik prososial selalu melakukan perbuatan baik namun tujuannya tak jauh dari mendapatkan perhatian dan pengakuan sebanyak mungkin dari orang lain.

Pengidap narsistik parasosial mengharapkan pujian atau validasi agar bisa merasa puas dan bangga pada diri sendiri.

D. Gejala Gangguan Kepribadian Narsistik

Gejala gangguan kepribadian narsistik berbeda-beda pada setiap pengidap.

Namun, beberapa gejala yang umumnya muncul antara lain:

- Merasa pantas dikagumi secara berlebihan.

- Mementingkan kepentingan diri sendiri.

- Merasa lebih unggul dari orang lain (superior complex).

- Melakukan berbagai cara untuk mendapatkan perhatian orang lain, misalnya berpura-pura sakit.

- Menganggap orang lain lebih rendah.

- Mengharapkan diperlakukan secara khusus oleh orang lain.

- Memanfaatkan orang lain demi kepentingan pribadi.

- Bersikap arogan dan angkuh.

- Menginginkan kesempurnaan dalam segala hal.

- Merasa iri dan terancam atas kehadiran atau pencapaian orang lain.

- Tidak dapat memahami perasaan atau emosi orang lain.

- Sering berkhayal tentang kesuksesan, kekuasaan, penampilan yang rupawan, dan pasangan yang sempurna.

Dikarenakan sikapnya yang sulit menerima kritik dari orang lain, orang dengan kepribadian narsistik juga bisa menunjukkan tanda-tanda berikut ini:

- Mudah tersinggung dan marah.

- Tidak sabaran.

- Bersikap superior.

- Kesulitan mengatur perasaan.

- Depresi dan murung saat tidak mendapatkan apa yang diinginkan.

- Kesulitan mengelola stres.

- Menyembunyikan perasaan insecure dan malu.

E. Diagnosis Gangguan Kepribadian Narsistik

Dalam menegakkan diagnosis pada gangguan kepribadian narsistik, dokter akan menggunakan pedoman dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM).

Pada pedoman tersebut, pasien dinyatakan mengalami NPD apabila memenuhi 5 dari 9 ciri berikut:

- Membutuhkan pujian dan validasi yang konstan dari orang-orang di sekitarnya.

- Merasa dirinya paling baik di antara orang lain.

- Merasa dirinya istimewa dan hanya bersedia berteman dengan orang yang dirasa setara.

- Selalu mengkhayal tentang kecerdasan, kesuksesan, kecantikan, kekuasaan, dan pasangan yang sempurna.

- Mengharapkan perlakuan khusus dari orang lain.

- Menganggap orang iri dengannya atau merasa iri dengan orang lain.

- Sombong dan arogan.

- Sering memanfaatkan orang lain untuk keuntungan sendiri.

- Memiliki sedikit empati dan tidak peduli pada perasaan atau kondisi orang lain.

F. Komplikasi Narsistik

Apabila tidak segera ditangani dengan tepat, gangguan kepribadian narsistik dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, seperti:

- Depresi.

- Gangguan kecemasan.

- Keinginan untuk bunuh diri.

- Kecanduan alkohol atau NAPZA.

- Masalah dalam hubungan sosial.

- Kesulitan dalam proses belajar di sekolah atau mengerjakan pekerjaan.

G. Cara Mengatasi Gangguan Kepribadian Narsistik

Beberapa pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan kepribadian narsistik adalah sebagai berikut:

- Terapi wicara, membantu pasien membangun komunikasi yang baik dengan orang lain dan memberi pemahaman pada pasien mengenai dampak perilaku narsistik.

- Terapi perilaku kognitif, membantu merubah perilaku pasien yang merusak agar bisa menjadi lebih realistis.

- Pemberian obat-obatan, seperti antidepresan, antimania, dan antipsikotik.

H. Cara Mencegah Gangguan Kepribadian Narsistik

Meski tidak ada cara khusus untuk mencegah gangguan kepribadian narsistik, terdapat sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk membantu meminimalkan risiko timbulnya narsistik, antara lain:

- Mempelajari pola asuh anak yang benar dengan berkonsultasi dengan terapis atau menjalani kelas parenting.

- Melakukan terapi keluarga untuk mengatasi tekanan atau konflik emosional yang dialami dan mengetahui cara komunikasi yang sehat.

- Segera menjalani pengobatan apabila mengalami gangguan mental, terutama bila muncul saat masa kanak-kanak.

Catatan:

Perlu diketahui, informasi di atas tidak dapat menggantikan diagnosis maupun saran pengobatan dari tenaga medis profesional.

 Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang kesehatan mental, sangat penting untuk mencari bantuan dari seorang Psikiatri untuk memperoleh penanganan yang tepat dan akurat. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved