Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Deng Ical Minta Komdigi Libatkan Ras Terkuat di Bumi Bumikan Aturan Pembatasan Medsos pada Anak

Ibu-ibu dinilai politisi PKB yang pernah menjabat Walikota Makassar itu adalah tulang punggung pembentukan karakter anak

Editor: AS Kambie
DOK TRIBUN TIMUR
Anggota Komisi I DPR RI sekaligus Anggota Panja Judi Online, Syamsu Rizal MI Deng Ical. 

Buka hanya sekadar Cakap. Ibu-ibu juga bisa dilatih untuk memiliki pemahaman tentang etika dan aman digital. Bahkan nanti bisa dibekali dengan keterampilan penggunaan IT untuk hal produktif, misalnya menjadi reseller atau marketing produk rumah tangga.

Ibu-ibu juga bisa berperan penting dalam program SPAK Satuan Pendidikan Anti Korupsi. Sebagai madrasah pertama, ibu-ibu akan menjadi guru yang sangat efektif dalam mentransfer 9 nilai anti korupsi serta berbagai diseminasi nilai-nilai kemanusiaan yang positif dan universal.

Sebagai pemangku kepentingan Pendidikan menjadi dasboard pendidikan pertama. Pemahaman yang komprehensif terhadap nilai-nilai luhur bangsa dan semangat anti korupsi bisa ditanamkan sejak dini. Tentu terintegrasi dengan kurikulum pendidikan formal di sekolah.

Ibu-ibu memiliki modal besar karena punya ‘kredibilitas’ dan kedekatan dengan anak. Secara psikologis akan sangat efektif dengan transfer pendidikan. Baik dalam bentuk interaksi personal maupun dalam pembicaraan dan diskusi sehari-hari. 

 Pembatasan Sosial Media Bagi Anak, Lebih Baik Terlambat daripada Tidak Sama Sekali

 Terkait rencana adanya aturan dari Menkomdigi yang akan membatasi penggunaan sosial media bagi anak, dimata Daeng Ical adalah sebuah keterlambatan. Salah satu buktinya, negara maju sudah melakukan sejak lama. 

“Australia, Selandia Baru, bahkan Negara Tetangga Malaysia sudah lakukan pembatasan, kita ini agak terlambat. Dampaknya sudah Nampak sekali, namun lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali,” ujarnya. 

 Kasus-kasus kriminalitas seperti pembunuhan, rudapaksa , pornografi dan sebagainya diungkap Daeng Ical sudah sering terjadi di Indonesia, bahkan dengan intensitas dan mentuk yang semakin variatif.“Hanya karena regulasinya belum ada, kita sering kecolongan banyak kasus terjadi akibat tontonan tidak mendidik di sosmed,” ujarnya prihatin. 

 Sementara itu, disisi lain, sosial media menurut Daeng Ical juga seperti sebilah belati. Sangat tergantung pada penggunanya. Sebagai seorang politisi, Sosial Media menjadi bagian penting yang dilakukan Daeng Ical. 

“Di politik itu sulit tanpa sosial media, ini media efektif kita mengenalkan aktivitas dan perjuangan yang kita lakukan, kontennya agak berat ya”, kata Daeng Ical. Makanya kemampuan kita semua yang perlu ditingkatkan sehingga berimbang antara peluang dan dampak penggunaan media sosial.

 Sebagaimana diketahui Komdigi tengah menggodok aturan pembatasan penggunaan sosial media bagi anak. Hal ini dilakukan lantaran dampak negatif yang semakin parah bagi anak. 

Sementara Deng Ical menilai perlu jalan seiring dengan bagaimana menuangkan aturan tersebut diiringi peningkatan literasi digital dan pemanfaatan media sosial bagi kaum ibu. Salah satunya adalah dengan menerapkan Satuan Pendidikan Anti Korupsi dan kesempatan Kuliah bagi ibu-ibu.(*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved