Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Makassar Kota Dunia: Mewujudkan Transportasi Publik yang Inklusif

Beberapa waktu lalu saya menyusuri lebih dekat kota ini, memilih menggunakan transportasi publik yaitu Teman Bus “Trans Mamminasata” layanan bus rapid

Editor: Sudirman
Ist
Muh Chairul Sahar Peneliti Republik Institute 

Oleh: Muh Chairul Sahar 

Peneliti Republik Institute

TRIBUN-TIMUR.COM - Makassar sebagai kota metropolitan besar dan pintu gerbang di kawasan timur Indonesia belakangan ini juga berfokus untuk menuju kota dunia bahkan telah masuk sebagai nominasi kota dunia tahun lalu.

Beberapa waktu lalu saya menyusuri lebih dekat kota ini, memilih menggunakan transportasi publik yaitu Teman Bus “Trans Mamminasata” layanan bus rapid
transit (BRT) yang hadir beberapa tahun belakangan.

Dengan populasi 1,48 juta jiwa (data BPS 2024), layanan ini menjadi salah satu kebutuhan yang penting di Makassar, mengingat kemacetan menjadi momok setiap hari dan berujung pada polusi yang memperburuk kualitas udara.

Kehadiran transportasi publik modern ini menjadi angin segar untuk masalah kesemrawutan di jalan.

Namun, sebagai moda transportasi baru, Trans Mamminasata menghadapi berbagai tantangan untuk menjadi pilihan utama masyarakat dalam mobilitas sehari-hari.

Salah satu permasalahan utama dalam pengembangan Trans Mamminasata adalah kurangnya inklusivitas bagi penyandang difabel.

Menurut survey WHO 2021, sekitar 15 persen populasi dunia atau lebih dari 1 miliar orang adalah penyandang disabilitas, yang harus diperhatikan dalam perencanaan transportasi publik.

Meskipun ada kursi prioritas pada bus maminasata namun aksesibilitas masih terbatas, seperti pintu masuk bus sempit yang sulit diakses pengguna kursi roda.

Selain itu, halte-halte belum sepenuhnya ramah difabel, dengan fasilitas trotoar dan tempat tunggu yang sangat tidak memadai.

Papan informasi di halte dan bus juga tidak dilengkapi braille atau informasi audio yang baik sehingga mengurangi kenyamanan dan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas.

Permasalahan selanjutnya, banyak halte bus yang memiliki kondisi tidak layak.

Bahkan masih banyak titik yang tidak memiliki bangunan halte sama sekali, dan yang lebih parah papan petunjuk yang menjadi tanda bahwa titik tersebut merupakan halte juga minim, selain itu papan informasi mengenai rute dan jadwal bus juga tidak ada dititik halte.

Meskipun informasi ini telah disediakan di aplikasi mitra darat tetapi tidak semua masyarakat mengetahui terutama yang masih awam dan gaptek, ini tentu menyulitkan penumpang, terutama bagi mereka yang baru pertama kali menggunakan layanan atau yang kurang familiar dengan sistem transportasi publik ini.

Di lokasi lain yang memiliki bangunan halte kondisinya sudah sangat tidak layak.

Banyak halte yang struktur bangunannya rusak seperti alas besi yang sudah hilang sehingga tidak dapat difungsikan lagi secara maksimal karena membahayakan.

Beberapa halte juga berada cukup jauh di dalam trotoar sehingga tidak terhubung langsung dengan bus bahkan juga menutupi guiding blok tuna netra yang ada di trotoa.

Ada juga halte yang disalahgunakan, dijadikan tempat berjualan yang menghalangi fungsi utama halte.

Kondisi ini tidak hanya berpengaruh terhadap kenyamanan penumpang, tetapi juga menciptakan kesan bahwa pelayanan transportasi publik tidak diprioritaskan dengan serius.

Minimnya pedestrian yang nyaman juga menjadi salah satu kendala, alihfungsi pedestrian menjadi tempat berjualan pedagang dan banyaknya pedestrian yang terbengkalai padahal hal ini menjadi penunjang yang cukup krusial saat menggunakan moda trasportasi umum.

Sehingga perbaikan dan renovasi halte bus serta jalur pedestrian sangat penting untuk memastikan kenyamanan, keamanan, dan efisiensi bagi pengguna.

Terakhir, konektivitas antar moda transportasi public juga hal yang urgent.

Minimnya rute Trans Mamminasata dan jarak halte yang cukup jauh antar titik menyebabkan banyak masyarakat enggan menggunakan bus sebagai pilihan utama untuk mobilitas mereka.

Ketidaknyamanan ini menjadi salah satu faktor yang menghambat banyak orang, khususnya mereka yang membutuhkan mobilitas cepat dan memiliki keterbatasan fisik atau lansia, untuk mengandalkan transportasi publik.

Untuk mengatasi masalah ini, semestinya penataan dan perbaikan pada sistem transportasi publik secara menyeluruh, integrasi rute antara Trans Mamminasata dan moda transportasi lainnya.

Seperti angkot dan ojek harus ditingkatkan agar mereka saling terhubung dengan baik sehingga masyarakat lebih tertarik dan nyaman untuk beralih ke transportasi publik.

Hadirnya moda transportasi publik modern seperti Trans Mamminasata merupakan langkah yang penting dalam mengatasi permasalahan transportasi dan kemacetan yang semakin kompleks di Makassar.

Pengembangan sistem transportasi publik perlu dimaksimalkan untuk mewujudkan Makassar sebagai kota dunia yang ramah, inklusif, dan nyaman.

Hal ini menjadi pekerjaan rumah yang harus diperhatikan oleh pemimpin selanjutnya, baik di tingkat kota maupun provinsi.

Sinergitas antara pemerintah provinsi dan kota, serta kolaborasi lintas sektor, sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini secara menyeluruh.

Peningkatan layanan dan pembenahan infrastruktur pendukung harus segera direalisasikan. 

Langkah ini penting untuk menciptakan lingkungan yang mendorong masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik, sehingga mobilitas masyarakat dapat lebih efisien, kemacetan dapat dikurangi, dan konektivitas antar kawasan aglomerasi Mamminasata (Makassar dan daerah sekitarnya) dapat terwujud dengan baik.

Upaya ini juga berkontribusi pada pencapaian tujuan jangka panjang, yaitu mewujudkan kota yang lebih ramah lingkungan, inklusif, dan berkelanjutan, dimana transportasi publik dapat menjadi pilihan utama bagi seluruh lapisan masyarakat.(*)

Sumber: Tribun Timur
Ikuti kami di
AA

Medium

Large

Larger

Berita Terkini

Berita Populer

Miris

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved