Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Headline Tribun Timur

BI: Uang Palsu Tak Bisa Disetor di ATM

Di media sosial, ramai beredar imbauan untuk warga Makassar dan sekitarnya waspada peredaran uang palsu pasca terbongkarnya sindikat di UIN Alauddin.

Editor: Alfian
TRIBUN-TIMUR.COM
Headline koran Tribun Timur edisi, Sabtu 21 Desember 2024. 
  • Mesin Cetak Uang Beroperasi Malam Hari 
  • Mahasiswa Sering Dengar Suara Aneh dari dalam Perpustakaan 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Bank Indonesia (BI) menjamin mesin setor tunai Automated Teller Machine (ATM) menolak uang palsu yang diproduksi di UIN Alauddin Makassar. 

Deputi Bank Indonesia (BI) Sulsel, Edy Kristianto saat menjadi nara sumber di podcas Tribun Timur, Jumat (20/12) mengatakan, setiap mesin ATM memiliki sensor yang dapat mendeteksi uang palsu.

"Untuk ATM setor tunai paling susah dimasukkin (uang palsu). Karena selain kontrol manusia juga ada kontrol sensor. Jadi, kalau ada uang palsu yang dimasukkan, pasti ketolak," jelasnya.

Olehnya itu, dia menegaskan BI akan bekerja semaksimal mungkin untuk mengantisipasi peredaran uang palsu di Sulsel.

Saat ini, isu uang palsu sedang marak diperbincangkan banyak orang di Sulsel.

Hal itu menyusul pembongkaran kasus pabrik uang palsu di dalam kampus UIN Alauddin, Makassar, pekan lalu.

Pada kasus ini, Kepala Perpustakaan UIN Alauddin, Dr Andi Ibrahim dan 16 orang lainnya, ditetapkan sebagai tersangka dan kini ditahan di Polres Gowa. 

Bagaimana Dr Ibrahim melakukan aksinya di kampus UIN Alauddin?

Berdasarkan penelusuran Tribun di gedung perpustakaan Syekh Yusuf UIN Alauddin, Makassar, ruang “pabrik uang palsu” tersebut berada di lantai satu.

Ruangan itu tepat berada di depan toilet lobby Perpustakaan UIN Alauddin.

Untuk mengelabuhi orang lain, ruangan itu sengaja ditutup menggunakan papan tripleks. 

Di ruangan itulah, mesin cetak senilai Rp600 juta itu dimasukkan.

Untuk memuluskan aksinya, Dr Andi Ibrahim mengatakan, bahwa mesin cetak tersebut diadakan untuk mencetak buku-buku koleksi perpustakaan.

Agar suara mesin tidak terdengar sampai ke luar ruangan, para pelaku sengaja memasang styrofoam atau gabus di sekeliling ruangan. Sekeliling mesin cetak juga dipasangi gabus tebal.

Fungsinya sebagai peredam suara mesin saat beroperasi di malam hari.

Sebelum kasus ini terungkap, staf di perpustakaan itu tidak mengetahui aktivitas di balik dinding triplek itu.

Hanya saja, mereka kerap mendengar ada kegiatan di malam hari di dalam perpustakaan.

Padahal pengelola telah menutup ruang baca tersebut sejak sore hari. 

Sementara itu, seorang mahasiswi, Firda (21) mengatakan, tidak melihat ada aktivitas mencurigakan di dalam perpustakaan.

“Hampir setiap hari saya masuk ke perpustakaan. Tapi tidak ada aktivitas mencurigakan di ruangan itu. Pengunjung datang silih berganti. Ada yang membaca, menulis, sampai mencari literatur. Semuanya normal setiap hari,” katanya.

Imbauan untuk Warga Makassar

Sementara itu, di media sosial, ramai beredar imbauan untuk warga Makassar dan sekitarnya agar waspada peredaran uang palsu.

Dalam unggahan akun Instagram, @makasar_iinfo, terlihat uang pecahan Rp 100 ribu yang disebut palsu.

"Buat para pedagang, hati-hati peredaran uang palsu, ini contoh," ucap seseorang dalam video itu sambil menampilkan dua lembar uang palsu pecahan Rp 100 ribu.

Imbauan itu, menyebar di sejumlah akun Instagram, setelah Polres Gowa mengungkap peredaran uang palsu yang dicetak di dalam kampus UIN Alauddin Makassar. 

Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Mokhamad Ngajib yang dimintai komentar terkait imbauan yang beredar, mengaku telah melakukan serangkaian penyelidikan.

"Polrestabes Makassar sejak terungkapnya peredaran uang palsu di Gowa, telah melakukan penyelidikan," kata Kombes Pol Mokhamad Ngajib kepada Tribun.

Dari hasil penyelidikan sementara, kata dia, belum ditemukan adanya peredaran uang palsu di Kota Makassar.

"Sampai saat ini belum ditemukan adanya uang palsu sebagaimana yang beredar di Gowa," ujarnya.

Meski demikian, jebolan Akpol 1995 ini, mengaku akan terus melakukan penyelidikan terkait kemungkinan uang palsu itu beredar di Makassar.

"Selanjutnya akan tingkatkan terus penyelidikan," jelas mantan Kapolrestabes Palembang ini.

Ia pun mengimbau warga Kota Makassar, untuk tetap berhati-hati saat melakukan transaksi tunai.

"Himbauan, masyarakat Makassar lebih hati-hati dan waspada dengan beredarnya uang palsu, kenali dengan baik bila melakukan transaksi dengan uang," imbuh orang nomor satu di Polrestabes Makassar ini.

"Dan bila ada masyarakat yang menemukan atau mengetahui adanya peredaran uang palsu segera infokan bisa secara langsung ke Polsek terdekat atau ke Polrestabes Makassar atau ke nomor Banpol 082133669110," tuturnya.

Direncanakan Sejak 2010

Polisi mengatakan operasi percetakan dan peredaran uang palsu sudah direncanakan sejak 2010 lalu.

Namun hal itu masih sebatas rencana awal.

"Proses perencanaannya dimulai dari Juni 2010, udah lama ini," ujar Irjen Yudhiawan saat konferensi pers di Mapolres Gowa, Kamis (19/12).

Kendati telah ada rencana, operasi percetakan dan peredaran uang palsu belum dilaksanakan.

Sindikat ini baru merencanakan kembali pada 2022 lalu.

"Sampai dengan Juni 2022 kembali lagi untuk merencanakan, kemudian Juli 2022 merencanakan lagi pembuatan dan mempelajari lagi. Jadi kalau dilihat dari sekarang, perencanaan pembuatan ini dimulai dari 2022. Kalau 2010 ini masih tahap pengenalan," paparnya.

Pada Oktober 2022, mesin cetak uang palsu dan pemesan kertas untuk uang palsu dimulai.

Produksi uang palsu baru dimulai pada tahun ini dengan komunikasi dilakukan para tersangka lewat grup WhatsApp (WA).

"Kemudian 2024 kemarin bulan Mei sudah mulai produksi, kemudian sekitar Juni ini sudah ketemu di antara mereka dan juga ada saling bekerja sama di antara mereka juga bagaimana nanti proses pembuatan dan diviralkan melalui grup WA. Jadi ditawar-tawarkan di grup," ucap Yudhiawan.

Lokasi percetakan uang palsu yang pertama dengan mesin cetak berukuran kecil diketahui berada di Jalan Sunu, Makassar.

Lokasi percetakan uang palsu baru berpindah ke gedung Perpustakaan UIN Alauddin Makassar setelah para tersangka memperoleh mesin cetak dengan ukuran yang jauh lebih besar.

"Sekitar bulan September 2024, ini berkomunikasi dengan AI untuk mengangkut peralatan untuk kemudian mulai membuat uang palsu di TKP 2 (dalam kampus UIN)," tuturnya.

Yudhiawan menjelaskan bahwa sindikat ini telah memproduksi uang palsu dan mengedarkannya pada November 2024.

"Minggu kedua November 2024 ini udah mulai peredaran uang palsu senilai Rp 150 juta, nilai nominal di situ. Kemudian ada juga menyerahkan uang palsu Rp 250 juta," papar Yudhiawan.

"Yang terakhir sebelum ditangkap kemarin menyerahkan uang palsu Rp 200 juta dan menyembunyikan aktivitas. Karena mereka sempat tahu kalau polisi melakukan penyelidikan," sambungnya.

Uang Asli Dilindungi 11 Unsur Pengaman    

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI), Rezki Ernandi Wimanda memastikan uang rupiah berkualitas terdapat 11 security features atau unsur pengaman.

Diketahui, uang kertas rupiah terdapat unsur pengaman. Unsur pengaman uang rupiah ini sudah diterapkan BI.

Rezki mengatakan sesuai dengan UU nomor 7 tahun 2011 tentang mata uang, BI sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang mengelola uang. 

Dia menyebut, mengelola uang itu ada enam yakni merencanakan, mencetak, menarik, mencabut, memusnahkan, ada juga mengeluarkan. 

"Sehingga kalau ada masyarakat atau organisasi tertentu yang mencetak apalagi mengedarkan uang selain yang dicetak BI, itu adalah tindakan kriminal," ucapnya. 

Dia mengaku jika diperhatikan ciri-ciri uang palsu yang sudah diedarkan ini secara kasat mata terbilang susah dikenali. 

"Jadi uang palsu yang ditemukan ini seperti gunung es. Jadi permukaannya saja tetapi yang beredar mungkin sudah banyak, kita tidak tahu," ucapnya

Sehingga lebih lanjut dia, BI memastikan kualitas uang rupiah di Indonesia dengan unsur pengaman.

Rezki menyebut 11, unsur pengaman pada uang rupiah yakni bahan uang terbuat dari kertas khusus water mark (tanda air), electrotype.

Kemudian, benang pengaman (security thread), kode tuna netra (blind code), tinta berubah warna (optical variable ink), tulisan mikro (microtext), 

"Kemudian pencetakan yang kasar, jadi kalau diterawang saling melengkapi," katanya

Tak hanya itu, nomor seri uang rupiah asli satu sama lain pasti berbeda.

"Makanya ada dilihat, diraba dan diterawang untuk membedakan uang asli dan palsu. Jadi kalau diterawang saling melengkapi," katanya.

Kata dia, BI sangat mengapresiasi kinerja Polri dalam hal ini Polres Gowa untuk mengungkap sindikat jaringan pembuat dan pengedar uang palsu

"Kami tidak dalam kapasitas membedakan berapa persen, satu saja beda itu sudah uang palsu. Yang paling tidak bisa dipalsukan multi color latin image, bahannya sudah ketahuan dan hasil geraknya relatif buram," pungkasnya.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved