Opini
Forum Kemanusiaan Lintas Agama: Legasi Prof Wahyuddin Naro M Hum untuk Relasi antar Agama di Sulsel
Sebuah pribahasa yang ingin menekankan bahwa kepergiaan seseorang tidak akan serta merta membuatnya dilupakan.
Tidak boleh ada yang merasa ditinggalkan. “Kita undang semua.” Begitu ujarnya.
Maka pada hari Ahad, 11 Desember 2021, bertempat di LT 7 Sultan Alauddin Hotel and Convention, UIN Alauddin Makassar, Forum Kemanusiaan Lintas Agama (FKLA) Sulawesi Selatan dideklarasikan.
Piagam deklarasi ditandangani oleh tujuh wakil Majelis Agama yakni; Pendeta Adrie O. Massie dari PGIW Provinsi Sulawesi Selatan.
Pastor Albert A. Arina dari Keuskupan Agung Provinsi Sulawesi Selatan, I Made Sukarta dari PHDI Sulawesi Selatan, dr. Ferdy M Sutono dari Matakin Sulawesi Selatan.
Henry Sumitro dari Walubi Provinsi Sulawesi Selatan, Dr. Ir. Yongris Lao, MM, dari Permabudhi Sulawesi Selatan dan Prof. Dr. K.H. Najmuddin. H. Abd. Safa Lc, M.A dari Majelis Ulama Indonesia Sulawesi Selatan.
Kepiawaian dan pengalaman Prof Naro sebagai organisatoris saat itu juga terlihat dalam mengolah forum.
Terbukti, alih alih memunculkan konflik, forum yang baru saja dideklarasikan langsung mendapatkan dana segar hasil dari sumbangan Majelis Agama sehingga sesaat setelah dideklarasikan, maka saat itu pula dibicarakan kegiatan apa yang akan dilaksanakan.
Sejak saat itu hingga tahun 2024, Forum Kemanusiaan Lintas Agama Sulawesi Selatan aktif melaksanakan kegiatan kegiatan yang tidak hanya dalam bentuk dialog formal, namun dalam bentuk dialog kehidupan dengan mengadakan Bakti Sosial dan Donor Darah.
Kegiatan-kegiatan itu dilaksanakan di Rumah Ibadah yang secara simbolik inginmenunjukkan bahwa perjumpaan agama menjadi sangat mungkin jika dibangun dalam kerangka kemanusiaan.
Selain itu, adanya kegiatan ini juga dapat mengurangi rasa keengganan dan ketakutan ke tempat ibadah orang lain karena yang dilakukan adalah donor darah ataupun booster vaksin yang bukan dalam bentuk ibadah penyembahan.
Kepergian Prof Naro tentu saja memberi dampak. Seringkali, dalam banyak gerakan sosial, gerakan itu akan terhenti jika tokohnya meninggal.
Hal yang sama juga terjadi dalam gerakan lintas iman di mana ketokohan menjadi sangat penting.
Acapkali ada daerah yang pada suatu masa dipenuhi oleh gemerlap kegiatan lintas agama namun setelahnya tiba tiba terhenti. Salah satunya karena tokohnya pindah tempat, atau meninggal.
Itu tantangan yang harus dijaga oleh Forum Kemanusiaan Lintas Agama (FKLA) Sulawesi Selatan untuk terus menghidupkan semangat kemanusiaan melalui perjumpaan iman.
Forum Kemanusiaan Lintas Agama menjadi bukti nyata sebuah forum yang menjadi simbol perjumpaan agama-agama pada satu nilai universal yang sama yakni isu kemanusiaan.
Dalam sejarah umat manusia, tentu tidak ada yang dapat melawan takdir kematian.
Prof. Wahyuddin Naro menjalani takdir tersebut. Namun, mereka yang masih menjalani takdir hidupnya punya kesempatan untuk melanjutkan apa yang telah digagasnya, dalam hal ini Forum Kemanusiaan Lintas Iman Sulawesi Selatan.
Wallahu A’lam bi Asshwwab
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.