Kabinet Prabowo
Selain Geng Jawa Timur, Tokoh Sulsel Juga Dominasi Kabinet Prabowo, Ini Sosok dan Rekam Jejaknya
Enam tokoh asal Susel dipanggil ke Kertanegara masuk kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.
Amran ke Bone dengan berjalan kaki sembari membawa beberapa ekor sapi.
Langkah demi langkah ia jalani tanpa mengenal lelah dan menyerah. Sesekali ia singgah di masjid untuk salat dan beristirahat.
"36 tahun saya rasakan kemiskinan, amat sangat miskin. Tapi saya punya mimpi besar dan saya bertekad menggapainya. Walaupun sampai harus memeras keringat dan air mata," kenang Amran.
"Jangan kena sinar matahari di rumah. Mau kaya gampang. Jangan biarkan ada tanah yang tidur. Tanami apa saja yang menghasilkan," ujar Amran.
2. Profil Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar lahir di Ujung Bone, Sulawesi Selatan, 23 Juni 1959 sehingga saat ini usianya 63 tahun.
Nasaruddin Umar menikah dengan Helmi Halimatul Udhma dan dikaruniai tiga anak.
Mereka adalah Andi Nizar Nasaruddin Umar, Andi Rizal Nasaruddin Umar, dan Cantik Najda Nasaruddin Umar.
Nasaruddin Umar menghabiskan masa kecilnya di Sulawesi Selatan dan menimba ilmu di berbagai tempat.
Satu di antaranya di Pondok Pesantren As'adiyah yang berpusat di Sengkang, Wajo.
Ponpes ini merupakan lembaga pendidikan tertua di Sulawesi Selatan yang didirikan oleh ulama besar Sulawesi Selatan, AGH Muhammad As'ad al-Bugisi gelar Puang Aji Sade.
Lulus dari Pondok Pesantren As'adiyah, Nasaruddin Umar lantas melanjutkan pendidikan di IAIN Alauddin Ujung Pandang jurusan Fakultas Syari'ah pada 1980 dan mendapat penghargaan sebagai mahasiswa teladan.
Nasaruddin Umar lantas melanjutkan pendidikan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik di jenjang strata 2 (S2) maupun jenjang strata 3 (S3).
Nasaruddin Umar juga pernah menjadi mahasiswa di Kanada dan Belanda saat menjalani program doktoral.
Berikut pengalaman pendidikan Nasaruddin Umar, dikutip dari istiqlal.or.id:
SDN 6 tahun, di Ujung-Bone 1970
Madrasah Ibtida’iyah 6 tahun, di Pesantren As’adiyah Sengkang, 1971.
PGA 4 Thn, di pesantren As’adiyah Sengkang, 1974
PGA 6 Thn, di Pesantren As’adiyah Sengkang 1976
Sarjana Muda , Fakultas Syari’ah IAIN Alauddin Ujung Pandang, 1980
Sarjana Lengkap (Sarjana Teladan) Fakultas Syari’ah IAIN Alauddin Ujung Pandang, 1984
Program S2 (tanpa tesis) IAIN syarif Hidayatullah Jakarta, 1990-1992.
Program S3 (alumni Terbaik) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan disertasi tentang” Perspektif Jender Dalam al-qur’an, 1993-1998.
Visiting Student di Mc Gill University canada, 1993-1994
Visiting Student di Leiden University Belanda, 1994/1995
Mengikuti Sandwich program di Paris University Perancis, 1995
Pernah melakukan penelitian kepustakaan di beberapa perguruan tinggi di Kanada, Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Belanda, Belgia,
Italia, Ankara, Istanbul, Srilanka, Korea Selatan, saudi Arabia, Mesir, Abu Dhabi, Yordania, Palestina, dan Singapore, Kualalumpur, Manila.
Sosok Nasaruddin Umar juga dikenal sebagai ulama sekaligus akademisi yang pernah berkarier di sejumlah tempat.
Mengutip dari staff.uinjkt.ac.id, Nasaruddin Umar berstatus sebagai PNS dosen dengan pangkat IV/e golongan pembina utama.
Pada 12 Januari 2002, Nasaruddin Umar juga dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Tafsir pada Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selain menjadi guru besar, ia menjabat sebagai Rektor Universitas Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur'an (PTIQ).
Sementara itu, ia pernah menjabat sebagai Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama periode 2006-2012.
Kemudian pada 2012, Nasaruddin Umar diangkat menjadi Wakil Menteri Agama RI hingga 2014.
Penulis buku Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Quran itu juga merupakan pendiri organisasi lintas agama untuk Masyarakat Dialog antar Umat Beragama.
Nasaruddin Umar juga menjadi anggota dari Tim Penasehat Inggris-Indonesia yang didirikan oleh mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair.
Jabatan non-akademisi yang pernah diemban Nasaruddin Umar adalah Komisaris PT Balai Pustaka selama 2008-2012, Dewan Pengawas Perusahaan Umum (Perum) Percetakan Uang Republik Indonesia tahun 2012-2013, dan Dewan Pengawas Perum Jaminan Kredit Indonesia tahun 2014-2016.
Sejak 13 Oktober 2017, Nasaruddin Umar diangkat sebagai Komisaris Bank Mega Syariah.
Terbaru pada 18 April 2023, Nasaruddin Umar diangkat menjadi Komisaris Independen pada Komisaris PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR).
3. Meutya Hafid
Selain bermitra dengan Prabowo di DPR, Meutya pada Pilpres 2024, dia masuk dalam jajaran Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran.
Dalam beberapa event Kementerian Pertahanan, perempuan berdarah Bugis Soppeng terlihat mendampingi Prabowo.
Meutya Hafid merupakan mantan jurnalis Metro TV dan pembaca berita di stasiun televisi milik Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh itu.
Pada 18 Februari 2005 atau 19 tahun lalu, Meutya Hafid dan rekannya juru kamera Budiyanto diculik dan disandera oleh sekelompok pria bersenjata ketika sedang bertugas di Irak.
Kontak terakhir Metro TV dengan Meutya Hafid adalah pada 15 Februari, tiga hari sebelumnya.
Mereka akhirnya dibebaskan pada 21 Februari 2005 atau disandera selama 168 jam (7 hari dan 7 malam).
Sebelum ke Irak, Meutya Hafid juga pernah meliput tragedi tsunami di Aceh.
Pada tanggal 28 September 2007, Meutya me-launching buku yang ia tulis sendiri, yaitu 168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun turut menyumbangkan tulisan untuk bagian pengantar dari buku ini.
Selain presiden, beberapa tokoh lainnya pun menyumbangkan tulisannya yakni Don Bosco Selamun (Pemimpin Redaksi Metro TV 2004-2005) dan Marty Natalegawa (mantan Juru Bicara Departemen Luar Negeri).
Pada 2010, Meutya berpasangan dengan H Dhani Setiawan Isma mencalonkan diri sebagai Wali kota dan Wakil Wali kota Binjai periode 2010-2015, diusung Partai Golkar, Demokrat, Hanura, PAN, Patriot, P3I, PDS serta 16 partai non-fraksi DPRD Binjai.
Deklarasi pasangan Dhani-Meutya didukung Partai Golkar sebagai calon Wali kota dan Wakil Wali kota dilaksanakan di Gedung Patar Hall, Jalan Tuanku Imam Bonjol, Binjai Kota, pada 15 Desember 2009
Sayangnya, perempuan berdarah Bugis Soppeng dari ayahnya almarhum Anwar Hafid itu kalah.
Saat itu, diduga ada kesalahan rekapitulasi penghitungan suara di Tingkat PPK Binjai Barat, Binjai Utara, Binjai Timur, Binjai Selatan dan Binjai Kota.
Suara Dhani-Meutya juga diduga berkurang 200, dari seharusnya 22.287 menjadi 22.087 suara.
Perolehan suara Dhani-Meutya juga banyak yang dibatalkan karena kertas suara dicoblos hingga bagian belakang secara simetris, dan banyaknya dan kertas suara yang robek di bagian tengah sehingga menguntungkan calon pasangan tertentu.
Meutya berupaya mencari keadilan ke Mahkamah Konstitusi dan meminta penghitungan kembali kotak suara sekaligus mencari kebenaran pelaksanaan Pilkada di Kota Binjai karena diduga ada kesalahan penghitungan suara di beberapa TPS, Kecamatan Binjai Barat berdasarkan temuan-temuan saksi di tiap-tiap TPS.
Sayangnya, MK memutuskan menolak permohonan Meutya Hafid dengan alasan tidak cukup bukti.
Pada bulan Agustus 2010, ia dilantik menjadi anggota DPR antar waktu dari Partai Golkar menggantikan Burhanudin Napitupulu yang meninggal dunia.
Meutya Hafid pun kembali terpilih pada Pemilu 2014, 2019, dan 2024.
4. Supratman Andi Agtas
Dr. Supratman Andi Agtas, S.H., M.H. lahir di Soppeng Sulsel 28 September 1969.
Ia menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Soppeng (1976–1982).
Sementara pendidikan tinggi ditempuh di UMI Makassar.
Supratman Andi Agtas adalah seorang akademisi, advokat, dan politikus Indonesia yang sejak tanggal 19 Agustus 2024 menjabat sebagai Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia menggantikan Yasonna Laoly.
Sebelumnya ia menjabat sebagai anggota DPR-RI selama dua periode sejak 2014 hingga 2024. Ia mewakili daerah pemilihan Sulawesi Tengah. Supratman merupakan kader Partai Gerakan Indonesia Raya dan duduk di Komisi VI.
Ia adalah ayah dari Abcandra Muhammad Akbar Supratman, anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia periode 2024–2029 dari Sulawesi Tengah, yang juga menjabat Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
5. Anies Matta
Anis Matta duhulu dikenal sebagai politikus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat DPR pada 2009 sampai 2013.
Dikutip dari situs resmi, Anis Matta lahir di Welado, Bone, Sulawesi Selatan, pada 7 Desember 1968.
Anis menghabiskan masa kecil dan remaja di beberapa daerah di Indonesia Timur.
Dia menempuh sekolah dasar di SD Katolik Mathias I di Tual, Maluku Tenggara, lalu kembali ke Bone dan lulus dari SD Inpres Welado, Bone.
Setelah lulus SD, Anis lalu masuk pondok pesantren pada usia SMP-SMA di Pesantren Darul Arqam, Gombara, Makassar.
Anis kemudian melanjutkan pendidikan setelah mendapat beasiswa di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA), Jakarta.
Ia merampungkan sarjana jurusan syariah pada 1992.
Sambil kuliah, Anis mengikuti kursus bahasa Inggris di bilangan Salemba, Jakarta Pusat.
Selesai kuliah, Anis sempat menjadi dosen agama Islam di Program Ekstension Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok.
Salah satu aktivitas yang ditekuni Anis adalah berdakwah di masjid-masjid perkantoran di Jakarta.
Ia juga menekuni profesi sebagai pembicara dan konsultan pengembangan organisasi dan manajemen sumber daya manusia.
Anis kemudian terjun ke dunia politik pada 1998. Dia adalah salah satu pendiri Partai Keadilan (PK) yang dideklarasikan di Jakarta pada 20 Juli 1998.
Setelah pemilihan umum 1999, PK berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada 2 Juli 2003.
Anis menjadi sekretaris jenderal sejak partai berdiri hingga diangkat oleh Majelis Syuro PKS menjadi presiden partai pada 1 Februari 2013 sampai 10 Agustus 2015.
Anis terpilih menjadi anggota DPR periode 2004-2009 dan 2009-2014 dari daerah pemilihan Sulawesi Selatan I (Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, dan Kepulauan Selayar).
Pada periode keduanya di Senayan, Anis terpilih menjadi Wakil Ketua DPR RI hingga memutuskan mengundurkan diri pada saat diangkat menjadi Presiden PKS.
Anis diangkat menjadi presiden dalam situasi sulit. Pada 2013 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dalam kasus suap kuota impor daging sapi.
Selain itu, pada saat itu juga terdapat perselisihan di kalangan dalam PKS yakni antara mantan Ketua Majelis Syuro Hilmi Aminuddin dengan sejumlah tokoh senior PKS.
Ketika kasus itu menerpa PKS, Anis kemudian menggalang konsolidasi internal. Dia lantas mengubah jargon partai menjadi “Cinta. Kerja. Harmoni.”
Saat itu banyak pihak khawatir PKS tak bakal selamat di pemilihan umum (Pemilu) 2014. Namun, ternyata mereka masih bisa lolos ke parlemen.
Walaupun jumlah kursi turun karena dinamika sistem pemilu, tetapi angka suara pemilih naik sekitar 3,3 persen menjadi 8,48 juta suara.
Akan tetapi, karena konflik internal membuat PKS memutuskan memecat Anis dan salah satu sahabatnya, Fahri Hamzah.
Alhasil keduanya bekerja sama membangun Partai Gelora bersama dengan sejumlah mantan kader PKS yang memilih hengkang.
Dzulfikar Ahmad Tawalla
Dzulfikar Ahmad Tawalla putra Sulawesi Selatan pertama menjabat Ketua Umum Pimpinan Pusat atau PP Pemuda Muhammadiyah.
Pria kelahiran Sungguminasa 28 April 1987 itu terpilih dalam Muktamar Ke-18 Pemuda Muhammadiyah di Balikpapan pada 21-23 Februari 2023.
Dzulfikar Ahmad Tawalla memimpin PP Pemuda Muhamamdiyah masa bakti tiga tahun ke depan.
Ia terpilih dalam rapat formatur yang beranggotakan 13 orang.
13 formatur menyepakati memilih Dzul Fikar Ahmad Tawalla jadi ketua umum.
Awalnya Dzulfikar Ahmad Tawalla meraih suara terbanyak ketiga dalam pemilihan 13 Anggota PP Pemuda Muhammadiyah.
Dzulfikar Ahmad mengumpulkan 622 suara, di bawah Machendra Setyo Atmaja 643, dan Dedi
Irawan 642 suara.
Namun dalam rapat 13 formatur, Machendra Setyo Atmaja dan Dedi Irawan tidak bersedia dipilih.
Formatur pun menetapkan Dzul Fikar Ahmad Tawalla sebagai Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Periode 2023-2027.
Dzulfikar Ahmad Tawalla adalah jebolan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Ia menyelesaikan pendidikan sarjana pada prodi Pendidikan Matematika FKIP Unismuh Makassar.
6 Orang dari Jawa Timur
Berikut ini daftar calon menteri Prabowo dari Jatim.
Ada Gus Ipul, Prasetyo Hadi hingga Cak Imin.
Setidaknya terdapat enam nama dari Jawa Timur yang menjadi calon menteri Prabowo Subianto.
Sejak Senin (14/10/2024) hingga Selasa (15/10/2024), Presiden Terpilih Prabowo Subianto telah memanggil 49 calon menteri Kabinet Indonesia Maju ke kediamannya di Kertanegara IV, Kebayoran, Jakarta.
49 calon menteri dan kepala lembaga yang diumumkan tersebut memiliki beragam latar belakang dari partai politik, profesional, dan birokrat.
Selain itu, dari 49 calon menteri dan kepala lembaga, ada sekira enam menteri yang berasal dari Jawa Timur.
Mereka adalah Ketua DPP Gerindra Prasetyo Hadi, Sekretaris Jenderal PBNU sekaligus Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
Selanjutnya ada Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Direktur Jenderal Planologi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Hanif Faisol Nurofiq, serta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Diabetes Bukan Dari Makanan Manis! Temui Musuh Utama Diabetes
1. Prasetyo Hadi
Prasetyo Hadi lahir di Ngawi, Jawa Timur, 28 Oktober 1979.
Prasetyo Hadi merupakan Ketua DPP Bidang Organisasi dan Keanggotaan Gerindra dari 2008 sampai sekarang.
Ia menjabat anggota DPR RI periode 2020 sampai 2024.
Saat itu, ia dipilih untuk menggantikan Harry Poernomo yang mengundurkan diri pada bulan Juli 2020.
Prasetyo menghabiskan masa SD dan SMP di Ngawi.
Sedangkan untuk pendidikan SMA, ia menempuh pendidikan di SMA Taruna Nusantara Magelang pada 1995-1998.
Ia kemudian melanjutkan pendidikan di S1 Konservasi Sumberdaya Hutan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1999-20006.
2. Saifullah Yusuf atau Gus Ipul
Gus Ipul lahir di Pasuruan, Jawa Timur pada 28 Agustus 1964.
Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini resmi menjadi Menteri Sosial menggantikan Tri Rismaharini atau Risma yang mundur karena maju di Pilkada Jawa Timur.
Ia dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta, pada Rabu (11/9/2024) pagi.
Gus Ipul pernah mengenyam pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Mambaul Ma'arif Denanyar, Jombang, Jawa Timur.
Ia lalu melanjutkan di SMP dan SMA Islam Pasuruan, Jawa Timur.
Selesai dari bangku sekolah, Gus Ipul lalu menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nasional.
Meski memiliki cita-cita untuk menjadi guru madrasah, keponakan presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini pada akhirnya masuk ke dunia politik.
3. Muhaimin Iskandar atau Cak Imin
Muhaimin Iskandar alias Cak Imin lahir Jombang, Jawa Timur, pada 24 September 1966.
Saat ini, Cak Imin menjabat sebagai Ketua Umum PKB.
Ia merupakan keponakan dari KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang merupakan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan juga mantan Presiden Ke-5 Republik Indonesia.
Cak Imin menyelesaikan pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri Jombang dan Madrasah Aliyah Negeri I Yogyakarta dan dinyatakan lulus pada 1985.
Ia kemudian melanjutkan pendidikan sarjananya di FISIP UGM dan selesai pada usia 26 tahun.
Pendidikan master ditempuhnya selama 10 tahun di Universitas Indonesia (UI) bidang komunikasi dan lulus pada tahun 2001.
4. Pratikno
Pratikno lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, pada 13 Februari 1962.
Sebelum menjabat Mensesneg, ia sempat menduduki posisi Wakil Dekan Bidang Akademik FISIP UGM 2001-2004.
Kemudian ia menjadi Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UGM pada 2008-2012 sebelum diangkat sebagai Rektor UGM yang ke-14.
Ia menghabiskan masa SMP dan SMA di Bojonegoro.
Sedangkan pendidikan sarjana ditempuhnya di jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol Universitas Gadjah Mada pada 1985..
Pratikno memperoleh gelar Master di Development Administration, Birmingham University, Inggris pada 1990.
Sementara gelar doktor diperolehnya di Flinders University, Australia jurusan Political Science pada 1997 silam.
Lalu ia memperoleh gelar Profesor di Political Science, Universitas Gadjah Mada pada 2008.
5. Hanif Faisol Nurofiq
Sosok Hanif Faisol Nurofiq, calon Menteri yang dipanggil Prabowo Subianto ke kediamannya di Jalan Kertanegara, Jakarta, Senin (14/10/2024).
Hanif Faisol lahir di Bojonegoro, 21 Maret 1971 silam.
Saat ini, ia menjabat sebagai Direktur Jenderal Planologi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Sebelumnya, ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kehutanan (Kadishut) Kalimantan Selatan.
6. Airlangga Hartarto
Calon menteri keenam yang berasal dari Jawa Timur adalah Airlangga Hartarto.
Pria yang kini menjabat sebagai Menko Bidang Perekonomian itu lahir di Surabaya, 1 Oktober 1962 silam.
Airlangga menyelesaikan pendidikan sarjana jurusan teknik mesin di Fakultas Teknik UGM pada 1987.
Ia kemudian melanjutkan pendidikan S-2 di Wharton School, University of Pennsylvania, Amerika Serikat.
Di sana, Airlangga memperoleh gelar master of business administration (MBA).
Airlangga juga memperoleh gelar dari Monash University, Australia, dan Melbourne Business School, University of Melbourne.
Ia pernah menjadi Ketua Umum Partai Golkar, sebelum akhirnya digantikan oleh Bahlil Lahadalia.
Selain itu, Airlangga juga pernah menjadi menteri perindustrian di era Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com/Tribun-timur.com
Daftar Nama 31 Alumni Universitas Indonesia Gabung Kabinet Merah Putih, Terbanyak FEB Disusul FISIP |
![]() |
---|
Erick Thohir, Bahlil Lahadalia Hingga Rosan Roeslani Menteri Terkaya di Kabinet Prabowo |
![]() |
---|
Sosok Enam Peraih Adhi Makayasa Kabinet Prabowo Subianto, Dua Polri dan Empat TNI |
![]() |
---|
Sosok Mayjen R Sidharta Wisnu Gubernur Akmil, Tuan Rumah Ospek Menteri dan Wamen Kabinet Merah Putih |
![]() |
---|
Agenda Giring Ganesha, Yovie Widianto dan Raffi Ahmad Setelah Dilantik Presiden Prabowo |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.