Sosok KH Djamaluddin Amien, Ulama Besar Kakek Kanita Kahfi, dan Guru Politik SYL dan Azikin Solthan
Pengaruh KH Djamaluddin Amien begitu mendalam di masyarakat berjuluk Butta Toa ini.
Kiprahnya dalam organisasi Muhammadiyah sangat dirasakan, tidak hanya oleh warga Muhammadiyah, tetapi juga oleh umat Muslim di seluruh wilayah Sulsel.
Tak heran jika gelar Anre Gurutta atau "Kiai Sepuh" disematkan kepada sosok bersahaja ini.
Djamaluddin mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk berdakwah sebagai mubaligh serta aktif mengurus organisasi Muhammadiyah di Sulawesi Selatan.
Lahir dari keluarga yang sangat religius, ia dianggap sebagai salah satu ulama Bugis yang berjasa besar dalam membesarkan Muhammadiyah di Sulawesi Selatan serta memperjuangkan amal usahanya.
Pada 1985, melalui musyawarah wilayah, Djamaluddin diamanahkan oleh warga Muhammadiyah untuk memimpin organisasi tersebut di Sulsel.
Ia berperan penting dalam membesarkan institusi pendidikan Muhammadiyah, mulai dari sekolah menengah hingga universitas.
Salah satu kontribusi besarnya adalah ketika ia menjabat sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar selama beberapa periode.
Meski aktivitasnya penuh dengan kegiatan organisasi, KH Djamaluddin tidak pernah melepaskan identitasnya sebagai dai.
Umat Muslim mengenal beliau sebagai sosok yang tak lelah berdakwah, menyebarkan ajaran Islam ke berbagai pelosok Sulawesi Selatan.
Selain berdakwah, KH Djamaluddin juga aktif dalam Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI), lembaga yang diisi oleh ulama-ulama dari berbagai organisasi Islam di Sulawesi Selatan.
Ia dipercaya menjadi Dewan Penasihat LPPI Indonesia Timur, berkolaborasi dengan tokoh-tokoh karismatik dari NU dan Muhammadiyah.
Pada masa reformasi, ketika tokoh Muhammadiyah seperti Amien Rais mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN), KH Djamaluddin turut ambil bagian dalam mendirikan PAN di Sulawesi Selatan.
Di tengah kekhawatiran bahwa keterlibatan politik bisa merusak Muhammadiyah, Kiai Djamaluddin menegaskan bahwa politik tidak akan merusak organisasi tersebut jika tujuannya demi kemaslahatan umat.
"Jangan takut, Muhammadiyah tidak akan rusak karena politik, asalkan tujuan kita berpolitik adalah untuk kepentingan Islam. Muhammadiyah adalah alat, bukan tujuan," tegasnya.
Ia pun bergabung dengan PAN sebagai dewan pakar tingkat pusat dan kemudian memimpin PAN di wilayah Sulsel setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai Ketua Muhammadiyah wilayah Sulsel.
Bina Semangat Kekeluargaan, FISIP Unismuh Gelar Family Gathering di Bira Bulukumba |
![]() |
---|
Air Terjun Bissappu Wisata Alam Cantik di Bantaeng, Akses Mudah dan Fasilitas Lengkap |
![]() |
---|
RSUD Bantaeng Bakal Hadirkan Teknologi LHP, Solusi Tangani Wasir Tanpa Operasi dan Rasa Nyeri |
![]() |
---|
Bawaslu Bantaeng Evaluasi Pengawasan Pemilu Bersama Parpol, Forkopimda, dan 85 Aktivis |
![]() |
---|
Gunyamin Kembali Pimpin KKB, Fokus Perkuat Silaturahmi dan Kepedulian Sosial |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.