Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sulsel Terpuruk di PON 2024

Pengurus Cabor: Minimal Rp80 Miliar Jika Sulsel Mau 5 Besar PON 2028

Dengan anggaran tersebut, atlet, pelatih dan official berangkat menuju Pra PON dengan nyaman karena program berjalan.

Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Alfian
dok pribadi
Sekum PSTI Sulsel, Nukrawi bersama seluruh atlet dan pelatih sepak takraw Sulsel di Gedung IDI Sport Center, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Rabu (11/9/2024). Sepak takraw Sulsel keluar sebagai juara umum setelah mengawinkan medali emas di nomor double event, Minggu (15/9/2024). 

Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, Kaswadi Anwar

Baca berita sebelumnya:

Peringatan Darurat Olahraga Sulsel

Sulsel Peringkat 16 di PON Aceh Sumut, Kadispora: Saya Mohon Maaf kepada Masyarakat

Pro Kontra Yasir Mahmud Nakhodai KONI Sulsel dan Terpuruknya Prestasi di PON 2024

Daftar Atlet Sulsel Peraih Medali di PON Aceh-Sumut

Peringatan Darurat Olahraga Sulsel: Prestasi Mendunia, Atlet Minim Perhatian!

Terpuruk di PON Aceh Sumut 2024, Sulsel Kini Fokus Menatap PON Nusa Tenggara 2028

Atlet Sulsel: Jangan Harap 10 Besar di PON Kalau Masih Begini Fasilitasnya

Peringatan Darurat Olahraga Sulsel: Atlet Pinjam Rp400 Juta ke Bank, Pemprov - KONI Tak Biayai TC

Nol Rupiah Bantuan Pemprov dan KONI Sulsel, Pengurus Cabor Banting Tulang Biayai Tryout

Anggaran Habis, KONI Sulsel Terlilit Utang Usai PON 2024 Aceh-Sumut

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Target Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) masuk lima besar Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara (Sumut) 2024 melenceng jauh.

Sulsel justru berada di peringkat 16 dari 38 provinsi.

Hal tak lepas persiapan kontingen Sulsel terbilang kurang.

Anggaran minim, try out tidak ada dan training camp (TC) hanya 20 hari.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulsel dituntut berbenah.

Jika tidak, Sulsel akan semakin terperosok di PON XXII Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) 2028.

Sekretaris Umum Persatuan Sepak Takraw Indonesia (Sekum PSTI) Sulsel, Nukrawi Nawir meminta Pemprov dan KONI menyiapkan anggaran untuk keperluan olahraga jika ingin berprestasi di PON 2028.

Ia mengatakan, anggaran sudah harus disiapkan mulai 2025. 

Anggaran tersebut disesuaikan dengan program pembinaan yang disusun oleh KONI Sulsel.

"2025 paling tidak di KONI itu ada uang Rp 25 miliar. Itu minimal di tahun pertama," katanya saat ditemui di GOR Unhas, Selasa (24/9/2024).

Lanjut Nukrawi, pada 2026 anggaran ditambah lagi. Dari Rp 25 miliar menjadi Rp 30 miliar-Rp 35 miliar.

Lalu diusahakan 2027, anggaran bertambah lagi mencapai Rp 35 miliar-Rp 40 miliar. Sebab, 2027 sudah digelar Pra PON

Dengan anggaran tersebut, atlet, pelatih dan official berangkat menuju Pra PON dengan nyaman karena program berjalan.

Pada 2028 bertambah lebih besar lagi anggarannya, jadi Rp 75 miliar atau Rp 80 miliar untuk PON.

"Itu kalau kita mau masuk 10 besar," papar Nurkrawi.

Ia tahu kalau hanya mengandalkan APBD akan sulit.

Makanya, diharap ada bantuan partisipasi. Misal, dari BUMN atau instansi lain yang bisa bantu persiapan.

Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar (FIK UNM) ini juga menyayangkan pernyataan Ketua KONI Sulsel, Yasir Machmud yang menyampaikan KONI tak butuh dana APBD.

Menurut Nukrawi, anggaran untuk olahraga itu sangat besar. 

Tak mungkin ada orang saat ini ingin menggelontorkan uang dengan cuma-cuma dan tak mendapat keuntungan.

"Makanya harus membiayai adalah pemerintah (Pemprov Sulsel) melalui APBD. Sama di pusat yaitu Kemenpora yang mendanai," jelasnya.

Nukrawi meminta partisipasi gubernur sebagai penentu kebijakan ke depannya. 

Gubernur tak boleh membiarkan KONI Sulsel mencari uang sendiri.

Pemerintah harus hadir dan pengelola anggaran harus terbuka. Uang yang ada dimanfaatkan untuk keperluan atlet.

"Orientasinya kepada atlet, peningkatan prestasi atlet. Jangan pikirkan diri pengurus KONI, kalau ada honor itu wajar," sebutnya.

Nukrawi memaparkan, pengelolaan anggaran KONI harus sesuai dengan bidang pembinaan dan prestasi (Bimpres).

Makanya harus rapat bersama menghitung pembinaan atlet setiap tahun.

Misal, pada 2025 mendatang ada 100 atlet masuk tahap pertama pembinaan. 

Perlu dihitung uang transport per bulan, upah pelatihnya dan mekanik.

Itu di luar kalau mau mengikuti kejuaraan nasional (Kejurnas) dan kompetisi di luar negeri. 

Sedangkan cabang olahraga (Cabor) belum berprestasi tetap diberi anggaran, tapi porsinya berbeda.

"Ini harus connect keuangan dan program pembinaan," sebutnya.

Promosi dan Degradasi

Nukrawi menyampaikan, manajemen pembinaan harus diterapkan. 

Atlet dan cabor diberlakukan sistem degradasi-promosi.

Kalau atlet dan cabor tak menorehkan prestasi dari kejuaraan diikuti bisa didegradasi.

Kalau tahun depannya baru berprestasi, baru dipromosikan lagi.

"Itu harus dibuat programnya oleh KONI dengan berbagai indikator yang sangat ketat

Menurut Nukrawi, promosi-degradasi ini tak membedakan atlet maupun cabor.

Justru mereka harus menunjukkan prestasi, karena mereka diberikan peluang.

Hal ini pernah diterapkan KONI Sulsel menuju PON XVII Kalimantan Timur 2008.

Hasilnya kala itu Sulsel di peringkat enam. Bahkan, banyak atlet Sulsel tembus Pelatnas.

"Jadi harus ada prioritas dan harus dianalisis dengan baik-baik. Jangan prioritas tanpa kekuatan," terang pria kelahiran Tempe, Kabupaten Wajo ini.

"Jadi Bimpres buat program sedetail mungkin dan didukung KONI. Kita harus bergerak 2025 untuk pembinaan. Pemerintah siapkan anggaran, tapi jangan sedikit," tambah Nukrawi.

Fasilitas Olahraga

Sepak takraw konsisten menyumbang medali emas bagi Sulsel di PON.

PON Aceh-Sumut, sepak takraw berhasil keluar sebagai juara umum.

Membawa pulang tiga medali emas dan satu medali perak.

Namun, sepak takraw masih kurang dapat perhatian dalam sarana dan prasarana.

Atlet putra harus latihan di lapangan sepak takraw Gedung Mulo, sedangkan atlet putri numpang di lapangan sepak takraw FIK UNM.

"Harusnya ini jadi perhatian pemerintah," ungkap Nukrawi.

Doktor lulusan Universitas Airlangga ini juga meminta cabor dibantu pendanaan. 

Jangan dibiarkan setengah mati cari dana jika ingin mengikuti Kejurnas maupun kejuaraan internasional.

Sebab, kata dia, kejuaraan itu mengasah mental bertanding.

Makanya, sepak takraw Sulsel pernah dibawa ke Cina, ikuti kejuaraan dunia dan Kejurnas dua kali.

"Di PON teknik sama, tapi yang membedakan adalah mental," sebutnya.

Stop Berpolemik

Nukrawi meminta PON XXI Aceh-Sumut 2024 memberikan pelajaran berharga bagi Sulsel.

PON tersebut menjadi pengelolaan olahraga terburuk sepanjang KONI.

Ia pun meminta seluruh pihak jangan lagi berpolemik karena PON telah selesai.

"Mari perbaiki, mari berjuang untuk dapat Rp 25 miliar dan buat program bagus," pintanya.

Nukrawi menyarankan untuk melibatkan para ahli dalam pembinaan olahraga Sulsel.

Apalagi olahraga sekarang alami perkembangan pesat, ada teknologi dan sport science.

"Cari orang bisa desain pembinaan dengan baik, tentunya didukung dengan dana yang cukup," pungkasnya.(Bersambung)

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved