Opini Aswar Hasan
Isyarat Jokowi Bakal Ditinggalkan
Hubungan antar pihak bisa berubah dengan cepat, dan apa yang dianggap benar hari ini bisa dianggap salah di hari besok.
"Harus fokus ke target jangka panjang, mana program yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, kontribusinya lebih tinggi," katanya dalam sebuah diskusi di Jakarta.
"Selain pertumbuhan ekonomi, kita juga harus lihat kesejahteraan masyarakat. Mengurangi kesenjangan, menyerap tenaga kerja yang lebih besar lagi untuk menjalankan program yang memang harus dipilih," imbuhnya.
Lebih lanjut, Direktur Pengembangan Big Data Indef, Eko Listiyanto secara blak-blakan bahkan meminta Prabowo fokus pada program makan bergizi gratis. Dibandingkan IKN, program unggulan Prabowo pada masa kampanye tersebut dinilai jauh lebih bisa memberi dampak besar pada ekonomi negara.
"Alasannya, program yang menjadi 'jualan' Prabowo-Gibran di Pilpres 2024, bisa menjadi stimulan sektor ekonomi.
Ini (makan bergizi gratis), kemungkinan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi skala nasional," tuturnya.
Sementara IKN, selain pertumbuhan ekonominya dianggap kurang, proyek ibu kota baru tersebut juga dinilai bisa membebani APBN. (Warta Ekonomi, 5 Juli 2024).
Fenomena kedua perihal retaknya hubungan Perabowo dan Jokowi adalah ketika Prabowo Singgung tentang "Haus Kekuasaan" di Kongres PAN 25 Agustus 2024, 09:25 WIB Presiden terpilih, Prabowo Subianto, menyinggung pihak yang terlalu haus dengan kekuasaan.
Menurutnya, tindakan tersebut justru berpotensi merugikan dan merugikan masyarakat.
Prabowo menyampaikan hal itu saat menyampaikan pidato pada acara penutupan Kongres ke-6 Partai Amanat Nasional (PAN) di Jakarta, Sabtu (24/8/2024) malam.
Awalnya, Ketua Umum Partai Gerindra itu menyinggung soal arti politik yang telah ia pelajari selama ini.
Menurutnya, untuk memperbaiki kehidupan rakyat, seseorang yang berkecimpung di dunia politik perlu mendapatkan dukungan publik untuk menjadi pemimpin melalui pemilu.
Namun, katanya, ada juga pihak yang terlalu haus dengan kekuasaan.
Sehingga, menghalalkan segala cara untuk melanggengkan kekuasaan dengan cara yang tidak seharusnya.
“Mereka-mereka yang terlalu haus dengan kekuasaan, dan kadang-kadang kekuasaan itu hendak dibeli, hendak diatur, hendak dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan lain, kekuatan-kekuatan di luar kepentingan rakyat,” ingat Prabowo (Kompas. Kocom.25/8-2024).
Akhirnya, Perabowo tak perlu menjalankan perogram- perogram yang tidak logis dan tak mendesak, terutama Warisan Jokowi.
Apa mau dikata, pemerintahan Prabowo Akan kebagian tugas mencuci piring kotor yang ditinggalkan Jokowi (Editorial Tempo, 30 Agustus 2024).
Fenomena retaknya hubungan politik tersebut masih bisa bertambah kedepannya. Bahkan bisa lebih dahsyat lagi.
Memang, tidak ada kawan yang abadi dalam politik karena yang abadi hanyalah kepentingan. Wallahu a’lam bissawwabe.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.