Unismuh
Hadis Dhaif Puasa: Ketika Keyakinan Bertemu Sains, Terungkap Rahasia Kesehatan Tubuh Mengejutkan
Alasan sebagian ulama menerima hadits dhaif benar-benar untuk kebermanfaatan bagi manusia.
Penulis: Rudi Salam | Editor: Hasriyani Latif
Saad meyakini, kesehatan fisik mesti diawali dengan kesehatan jiwa.
Sementara, Al-Qur'an menawarkan alternatif kesehatan jiwa dengan menaati perintah Allah.
"Orang yang mengabaikan petunjuk Allah itu termasuk orang yang bodoh. Kan orang yang melaksanakan ibadah puasa itu karena taat terhadap petunjuk, dan kita tahu bahwa berpuasa artinya mendatangkan kesehatan bagi diri sendiri," katanya.
Karena itu, ia mewanti-wanti civitas di Fakultas Kedokteran Unismuh Makassar khususnya yang telah berstatus dokter, agar tak menganggap diri sebagai penyembuh.
Sebab, Ibnu Sina sendiri, yang dikenal sebagai perintis ilmu kedokteran menyebut dimensi penyembuhan adalah otoritas Allah.
"Allah adalah As-Syafi', yang memberikan penyembuhan. Dalam dimensi teologis, di Fakultas Kedokteran ini, tidak boleh ada dokter yang menyatakan dirinya bisa menyembuhkan, tetapi hanya bisa mendiagnosa dan memberikan obat. Soal kesembuhan itu otoritas Allah. Allah, di dalam kitab As-Syifa' disebut sebagai otoritas yang berada pada hal-hal metafisika," tambah Saad.
Alumni Cornell University Tanggapi Saad Ibrahim
Salah satu jebolan Cornell University (Amerika Serikat) yang juga berstatus Guru Besar dalam ilmu kedokteran, Veni Hadju membenarkan cerita Saad Ibrahim soal inti ajaran Ibnu Sina bukanlah teknis kedokteran.
Meskipun, salah satu karya Ibnu Sina pernah menjadi buku standar di semua Fakultas Kedokteran di seluruh dunia.
"Kitab As-Syifa' ini isinya bukan teknis kedokteran. Tapi di bagian Al-Qanun itu saya pernah baca dan memang bicara tentang ilmu kedokteran dan buku ini pernah menjadi buku standar di seluruh fakultas kedokteran seluruh dunia, makanya Ibnu Sina disebut sebagai bapak kedokteran dunia di masa negara-negara Eropa belum berkembang. Tapi buku itu hanya menjadi standar di fakultas kedokteran hingga abad ke-18, setelah negara-negara Eropa maju, buku itu dianggap tidak penting lagi," papar Veni.
"Karya Ibnu Sina ini, As-Syifa' terkait dengan kekuatan jiwa, bagaimana fisik ini sangat dipengaruhi oleh kejiwaan. Dan Alhamdulillah saat ini penelitian-penelitian ke arah itu sudah sangat banyak," tambah dia.
Karena itu, Veni merekomendasikan karya Ibnu Sina itu menjadi salah satu pelajaran dasar di FK Unismuh Makassar.
"Kita memang harus mengkaji lagi kitab As-Syifa' ini supaya menjadi bahan kuliah dasar bagi mahasiswa kedokteran, mungkin yang sangat cocok sekali ya bagi mahasiswa Unismuh, khususnya di Fakultas Kedokteran yah, karena ajaran ini sangat kuat," tutur Veni.
Diketahui, Veni Hadju menyelesaikan studi S1 Kedokteran di Universitas Hasanuddin pada tahun 1987.
Ia melanjutkan studi S2 dan S3 di Cornell University, Amerika Serikat.
Saat ini, ia aktif mengampu mata kuliah di berbagai kampus, khususnya Fakultas Kedokteran. Salah satu mata kuliahnya adalah Herbal Medicine.(*)
Dosen Unismuh Pimpin Upacara Bendera di MA Syekh Yusuf, Ajak Siswa Manfaatkan Bonus Demografi |
![]() |
---|
Selamat! Prodi S3 Pendidikan Unismuh Makassar Raih Akreditasi Baik Sekali |
![]() |
---|
Tim PKM Unismuh Makassar Perkuat Literasi Digital Pesantren Darul Fallaah |
![]() |
---|
Selamat! Unismuh Makassar Raih Penghargaan Kontributor Terbesar Wajib Pajak |
![]() |
---|
Sederet Capaian Unismuh Makassar di Usia 61 Tahun, Termasuk Akreditasi Unggul |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.