Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Calon Tunggal dan Daulat Rakyat

Hal ini dapat diamini karena secara prinsip proses demokasi melalui pemilihan pemimpin yang ditentukan oleh rakyat adalah masih lebih baik

Editor: Sudirman
Tribun Timur
Pengamat politik Universitas Hasanuddin Makassar, Adi Suryadi Culla 

Tapi salah satu penyebab adalah karena ada calon yang memborong partai politik.

Atau partai hanya merapat ke satu calon saja. Mungkin ada calon lain yang ingin menjadi penantang, namun karena persyaratan “tiket” dukungan partai tidak cukup, akhirnya urung untuk jadi kontestan.

Apa pasalnya? Yang paling sederhana, adalah karena kecenderungan pragmatisme parpol, Yaitu, mengarahkan dukungan pada calon yang mampu memberikan jaminan elektoral politik lebih menjanjikan daripada calon lainnya.

Bisa jadi juga karena faktor mahar politik, tapi bisa jadi juga terkait faktor elektabilitas; sehingga seluruh partai hanya merapat ke satu calon tersebut karena tidak ada partai yang mau kalah, semuanya mau menang.

Maka intinya, secara politik riil pragmatisme papol tersebut berkontribusi pada lahirnya calon tunggal. 
 
Kasus Pilkada Makassar

Data menunjukkkan kecenderungan fenomena calong tunggal yang semakin banyak terjadi dalam setiap tahapan Pilkada dari waktu ke waktu.

Dalam kasus Pilkada tahun 2018, saat itu fenomena calon Tunggal di Makassar bukan satu-satunya.

Ada sekitar 18 daerah dalam Pilkada Serantak saat itu yang melaksanakan Pilkada dengan calon tunggal. Salah satunya Makassar.

Dan kejadian yang unik itu lalu menjadi suatu preseden besar, ketika kotak kosong yang menang.

Kemenangan kotak kosong dalam Pilkada Makassar tersebut, menjadi suatu peritiwa demokrasi yang unik, bahkan mungkin satu-satunya kejadian dalam paraktek demokrasi di belahan bumi manapun.

Ada beberapa pendapat kritis yang muncul dalam merespon preseden politik unik tersebut, dalam kaitan perspektif demokrasi: kememangan kotak kosong itu menjadi tamparan bagi partai politik yang gagal dari segi kaderisasi hingga soal pragmatisme yang dianggap makin marak.

Kemenangan kotak kosong menjadi tamparan sistem demokrasi.

Hal ini karena peristiwa itu menunjukkan kekalahan subyek (kandidat) atas obyek (kolom kosong); apalagi mengingat bahwa subyek politik demokrasi sebenarnya adalah manusia sebaai aktort.

Seharusnya yang berkompetisi adalah subyek dengan subyek tapi yang terjadi adalah subyek dengan obyek dan yang menang adalah obyek politik (kolom kosong).
 
Kotak Kosong, Ancaman?

Partai politik gagal sebagai wadah partisipasi politik. Parpol tidak berfungsi efektif dalam mengusung calon, padahal calong diusung sudah mengakumulasi atau memborong hampir seluruh parpol.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Nikah Massal

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved