Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilgub Sulsel 2024

Sosok Panglima Dozer Siap ‘Ratakan’ Sulsel Demi Andi Sudi-Fatma, Klaim Punya Nenek Moyang dari Bugis

Sosok Panglima Dozer, Rully Rozano,  baru-baru ini bikin heboh dengan pernyataan terkait "Ratakan Sulsel" dan uang kampanye Rp50 miliar.

Penulis: Erlan Saputra | Editor: Sukmawati Ibrahim
Tribun-Timur.com
Panglima Tim Dozer Rully Rozano ditemui usai konsolidasi relawan bersama Andi Sudirman dan Fatmawati di Panakkukang, Makassar, Sulsel, Kamis (8/8/2024) siang. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Sosok Panglima Dozer, Rully Rozano Zarwan,  baru-baru ini bikin heboh dengan pernyataan terkait "Ratakan Sulsel" dan uang kampanye Rp50 miliar.

Pernyataan tersebut dilontarkan demi membantu memenangkan pasangan Andi Sudirman-Fatmawati di Pilgub Sulsel 2024.

Pernyataan Rully Rozano sebelumnya menimbulkan reaksi publik dan kecaman dari tokoh-tokoh Sulsel, yang dianggap merendahkan harga diri masyarakat Sulsel.

Terbaru, pria kelahiran Jakarta 28 itu Maret 1973 itu mengklarifikasi bahwa tidak ada niat sedikitpun untuk menyepelekan warga Sulsel. 

Bahkan, untuk meredakan ketegangan dan meyakinkan publik, Rozano kini mengklaim bahwa ia memiliki latar belakang keluarga yang kuat dengan suku Bugis. 

"Kakek saya berasal dari Sengkang dan Sidrap, dan nenek moyang saya juga dari Bugis-Makassar," ungkapnya melalui sambungan telepon, Senin (12/8/2024).

Soal uang biaya Rp50 miliar dianggap sangat kecil demi membantu kemenangan Andi Sudirman-Sulaiman-Fatmawati, Rully Rozano menyebut itu respon terhadap pernyataan wartawan.

Menurutnya, biaya fantastis itu demi membiayai relawan dan struktur tim pemenangan di 24 kabupaten kota di Sulsel.

"Rp50 miliar itu bukan dari saya, ada wartawan yang sebut Rp50 miliar, jadi saya jawab itu kecil," katanya.

Baca juga: Ustaz Dasad Latif Serukan Tolak Politik Uang, Gegara Rp300 Ribu Masuk Neraka, Beleng-beleng!

Sosok Rully Rozano Zarwan 

Rully Rozano Zarwan adalah seorang yang berdomisili di Tanah Bumbu.

Pada Pemilu 2019 lalu, pria kelahiran Jakarta, 28 Maret 1973 51 tahun ini ikut Pemilu. 

Politisi Partai Amanat Nasional ini gagal lolos melalui dapil Kalimantan Selatan 6. 

Dapil ini berada di Tanah Bumbu. 

Pekerjaanya adalah seorang wiraswasta. 

Pendidikan terakhirnya adalah magister ilmu komunikasi Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari. 

Ia juga pernah datang ke pernikahan dari putra Amran Sulaiman, Andi Amar Maruf Sulaiman 

Pada November 2019 lalu, ia pernah datang ke Sulsel. 

Ia pun menemui gubernur kala itu, Nurdin Abdullah.

Rully Rozano adalah Manager SHE Dept PT. JHONLIN BARATAMA.

Ia mantan aktivis kampus, alumni Jurnalistik Atma Jaya Yogyakarta.

Berbagai organisasi kepemudaan yang dilakoni oleh Panglima Dozer, satu diantaranya ikut mendirikan Partai Nasionalis Bung Karno (PNBK) pimpinan Eros Djarot 99.

Sebelumnya tahun ‘96 saya juga aktif sebagai wartawan di Tabloid Detik.

Berbagai profesi dijalaninya, Helper Mekanik, Pengawas armada hingga menjadi Kepala Armada.

Baru pada tahun 2006, HR manager PT. JB saat itu Suthasawana Cuaca mengajak Rully bergabung di PT. JB, milik H Syamsuddin Arsyad atau akrab dengan sapaan Haji Isam.

Rp50 M Kecil buat Andi Sudirman - Fatmawati

Baca juga: Sosok Nasyit Umar Kader Tulen Demokrat 20 Tahun Tak Direken di Pilkada Sinjai

Relawan tim pemenangan bakal calon Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman - Fatmawati Rusdi, Tim Dozer, mengklaim siap keluarkan Rp 50 miliar untuk memenangkan jagoannya.

Tim Dozer bahkan menyebut uang Rp 50 miliar tergolong kecil untuk kontetasi Pilkada Gubernur Sulsel.

Panglima Dozer, Rully Rozano secara terbuka mengungkap biaya dibutuhkan untuk memenangkan Andi Sudirman-Fatmawati sebesar Rp 50 miliar.

“Kecil sekali (kalau) Rp50 miliar,” kata Rully usai konsolidasi relawan bersama Andi Sudirman dan Fatmawati di Panakkukang, Makassar, Sulsel, Kamis (8/8/2024) siang

Baginya, budget tersebut masih terbilang sangat kurang.

Apalagi Tim Dozer, klaim Rully, bakal membiayai berbagai kebutuhan, termasuk kerja-kerja relawan, serta logistik dan koordinator lapangan.

“Biayanya itu secukupnya untuk biayai relawan, yang penting membiayai orang (relawan) karena bekerja,” ujarnya.

Ia pun menjelaskan bahwa timnya telah menyiapkan struktur organisasi yang sangat terperinci selama gelaran Pilgub berlangsung.

Mulai dari koordinator kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, RT/RW, hingga saksi tiap tempat pemungutan suara (TPS).

“Yang jumlahnya mencapai 99 ribu (relawan) pada Pilpres 2024 lalu. Jumlah ini masih bisa berubah tergantung kebutuhan pada pilgub kali ini,” ungkap Rozano.

Dia juga menambahkan bahwa jumlah relawan akan disesuaikan dengan kebutuhan.

Jika Andi Sudirman-Fatmawati menghadapi lawan berat, maka Tim Dozer akan menambah jumlah relawan.

Sebaliknya, jika lawan relatif lebih ringan, Tim Dozer akan mengurangi jumlah relawan.

Soal sumber anggaran yang disiapkan, Rully Rozano menyebut biayanya dari internal Tim Dozer.

Ia menegaskan komitmennya untuk memastikan kemenangan.

“Target kami adalah menang, dan saya serahkan kepada Tuhan untuk menentukan jalan terbaik. Yang penting adalah kemenangan,” tegas Panglima Dozer.

“Dozer selalu hadir di acara-acara politik ini karena kenapa, ini bentuk kepedulian kita terhadap demokrasi. Jadi menurut kami, yang terbaik itu adalah Andi Sudirman Sulaiman dan Ibu Fatmawati tidak ada alasan lain,” tambahnya.

Menanggapi hal tersebut, pengamat komunikologi dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Hasrullah mengingatkan bahwa masyarakat Sulsel sangat menjunjung tinggi falsafah “Siri na Pacce” (harga diri dan empati).

Di mana ‘siri na pacce’ merupakan nilai-nilai luhur suku Bugis-Makassar.

Menurutnya, pernyataan tim relawan dinilai tidak beretika dan mencederai harga diri Sulsel.

Bagi Hasrullah, setiap tim pemenangan atau relawan berhak mempengaruhi publik.

Namun, hal tersebut harus dilakukan dengan kalimat persuasif dan beretika.

Hasrullah mengkritik penggunaan bahasa yang dianggap tidak sesuai dengan budaya Sulsel.

“Saya kira ini sangat menyakitkan warga Sulsel. Jadi saya mengingatkan bahwa iklan-iklan politik semacam itu sangat mempengaruhi orang. Kenapakah tidak menggunakan bahasa-bahasa yang baik,” kata Hasrullah, Jumat (9/8/2024).

“Umpamanya menggunakan diksi ‘Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge. Nah kalimat seperti ini lebih mencerminkan budaya orang Sulsel,” tambahnya.

“Pernyataan semacam itu memberi kesan bahwa semuanya bisa dibeli dan meremehkan harga diri masyarakat Sulsel. Biaya iklan yang sangat besar tersebut menunjukkan kepanikan dari pihak mereka. Jika kepemimpinan mereka kuat, mereka tidak perlu mengandalkan pengeluaran sebesar itu untuk menarik perhatian,” tambah lagi Hasrullah.

Rusak Demokrasi

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unismuh Makassar, Handam, turut mengomentari berita viral tim Dozer, Jumat (9/8/2024).

Handam menilai, pernyataan Panglima Tim Dozer, Rully Rozano sangat merusak nilai-nilai demokrasi.

Menurut Handam, pernyataan tersebut sangat merusak nilai-nilai demokrasi yang berlaku.

Ia menilai bahwa pernyataan tim pemenangan Andi Sudirman-Fatmawati dapat mengancam kesetaraan politik dan mengurangi suara konstituen.

Sehingga menghasilkan pemimpin yang mungkin tidak peka terhadap aspirasi masyarakat marginal.

“Merusak nilai demokrasi, kesetaraan politik akan redup, voice konstituen terbelenggu, bahkan melahirkan pemimpin politik yang sulit tersentuh dengan oleh voice marginal,” kata Handam kepada Tribun-Timur.

Menurut alumni S1 FISIP Universitas Hasanuddin (Unhas) ini, Sulsel adalah arena politik yang bisa jadi transaksional dan pragmatis.

Ini berarti dalam politik di Sulsel, keputusan dan dukungan sering kali dipengaruhi oleh kesepakatan dan imbalan yang konkret

Utamanya fokus pada hasil praktis daripada pada ideologi atau prinsip.

Hal ini dianggap dapat memengaruhi dinamika politik, mengarah pada strategi kampanye yang berbasis pada tawar-menawar dan kompromi demi memenangkan kandidat tertentu.

Dengan demikian, hal memunculkan semakin suburnya aspek perilaku koncoisme dan oligarki di level daerah

“Tentunya akan berefek luas pada kualitas kebijakan daerah yang dihasilkan nantinya. Aspek perilaku Koncoisme dan oligarki di level daerah semakin subur,” tandasnya. (*)

 

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved