TNI POLRI
5 Peraih Adhi Makayasa TNI/Polri Jadi Bawahan Presiden Joko Widodo
Peraih penghargaan bintang Adhi Makayasa bukan hanya jago saat masih menjabat sebagai anggota TNI/Polri.
Selanjutnya, Presiden Abdurrahman Wahid mengangkat Luhut sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI (2000–2001).
Setelah Gus Dur turun.
Ia juga memilih menepi.
Kini dia mendampingi Presiden Joko Widodo selama 10 tahun sebagai menteri.
Ada banyak jabatan menteri dan penugasan dari Presiden Jokowi.
Dalam sebuah wawancara, Luhut pun menyampaikan akan ikut berhenti di pemerintahan pasca Presiden Jokowi.
2. Tito Karnavian Mendagri
Jenderal Polisi (Purn.) Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, B.A., M.A., Ph.D.[4] (lahir 26 Oktober 1964), adalah seorang politikus dan tokoh kepolisian Indonesia yang menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri Indonesia sejak tanggal 23 Oktober 2019 dalam Kabinet Indonesia Maju di bawah pemerintahan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin.
Sebagai seorang perwira tinggi polisi, dirinya pernah menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-23.
Muhammad Tito Karnavian yang lahir di Palembang, memiliki darah campuran Jawa dan Sumatera.
Ayah Tito bernama Drs. Achmad Saleh terlahir dari Bapaknya bernama Saleh Mualim arek Surabaya, yang pernah tinggal di Jalan Wonorejo.
Semasa muda Kakek Tito pernah nyantri di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang Jawa Timur dan menjadi murid pendiri NU Hadratusyech KH Hasyim Asy'ari.
Keluarga besar dari garis Ayah Tito yang di Surabaya kini banyak tinggal dan menetap di Kota Malang Jawa Timur.
Dari Surabaya, Saleh Mualim merantau ke Sumatera Selatan dan menikah dengan istrinya yang berasal dari Suku Lahat Sumsel dan melahirkan Achmad Saleh. Ayah Tito, Achmad Saleh menikah dengan Kordiah yang berasal dari suku Ogan/Baturaja Sumsel.
Keduanya dikaruniai tiga anak anak kandung: Prof. Dr. Diah Natalisa, Jenderal Pol (P) Prof Muhammad Tito Karnavian, PhD dan Dr. dr. Iwan Dakota, Spesialis Jantung.
Tito Karnavian mengenyam pendidikan SMA Negeri 2 Palembang kemudian melanjutkan pendidikan AKABRI pada tahun 1987 karena gratis dan tidak ingin membebankan biaya orang tuanya.
Tahun 1993, Tito menyelesaikan pendidikan di Universitas Exeter di Inggris dan meraih gelar MA dalam bidang Police Studies, dan menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) di Jakarta tahun 1996 dan meraih Strata 1 dalam bidang Police Studies.
Sekolah dasar dan sekolah menengah pertama ditempuh di Sekolah Xaverius, kemudian sekolah menengah atas ditempuh di SMA Negeri 2 Palembang.
Tatkala duduk di kelas 3, Tito mulai mengikuti ujian perintis.
Semua tes yang ia jalani lulus, mulai dari Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Kedokteran di Universitas Sriwijaya, Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada, dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Keempatnya lulus, tapi yang dipilih adalah AKABRI, terutama Akademi Kepolisian.
Prestasi
Saat masih menyandang pangkat AKBP, dia memimpin tim Densus 88 yang berhasil melumpuhkan teroris Dr. Azahari di Batu, Jawa Timur, pada tanggal 9 November 2005.
Pangkatnya dinaikkan, dan dirinya menerima penghargaan dari Kapolri saat itu, Jenderal Pol. Sutanto bersama dengan para kompatriotnya, seperti Idham Azis, Saiful Maltha, Petrus Reinhard Golose, Rycko Amelza Dahniel, dan yang lainnya.
Tito juga pernah memimpin sebuah tim khusus kepolisian yang berhasil membongkar jaringan teroris pimpinan Noordin M. Top.
Atas prestasi ini, pangkatnya dinaikkan menjadi Brigadir Jenderal Polisi dan diangkat menjadi Kepala Densus 88 Anti-Teror Mabes Polri.
Kariernya terus menanjak, dan dirinya sempat menjabat sebagai Kapolda Papua dan Kapolda Metro Jaya.
Pada tanggal 14 Maret 2016, dia diangkat menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggantikan Komjen. Pol. Saud Usman Nasution yang memasuki masa pensiun.
Menjadi Kapolri
Pada tanggal 15 Juni 2016, Presiden Joko Widodo mengirim surat kepada DPR-RI, yang isinya menunjuk Tito sebagai calon tunggal Kapolri menggantikan Jenderal Pol. Badrodin Haiti yang akan segera pensiun.
Komisi III DPR-RI menyetujui usulan ini dalam sidang paripurna mereka yang digelar pada awal bulan Juli 2016. Tito resmi dilantik sebagai Kapolri oleh Presiden Jokowi pada tanggal 13 Juli 2016.
Menjadi Menteri Dalam Negeri
Pada tanggal 22 Oktober 2019, Kapolri Tito diberhentikan dengan hormat oleh Presiden Jokowi melalui surat yang ditujukan kepada DPR-RI dan disetujui dalam sidang paripurna ke-3 yang dipimpin oleh Puan Maharani, Ketua DPR-RI periode 2019 hingga 2024. Ia kemudian dilantik pada tanggal 23 Oktober 2019 menjadi Menteri Dalam Negeri ke-29 dalam Kabinet Indonesia Maju pada masa pemerintahan Presiden Jokowi periode 2019-2024.
3. Profil AHY, Eks Komandan Peleton Pasukan "Tengkorak" Jadi Menteri ATR
Presiden Joko Widodo resmi melantik Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) di Istana Negara, Rabu (21/2/2024).
Pelantikan tersebut Berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 34P Tahun 2024 Tengang Pemberhentian dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju periode sisa masa jabatan 2019- 2024 yang dibacakan oleh Deputi Bidang Administrasi Aparatur Kementerian Sekretariat Negara Nanik Purwanti.
Keppres tersebut ditetapkan pada 20 Februari 2024.
Adapun AHY menjabat sebagai Menteri ATR/BPN dengan menggantikan menteri sebelumnya, Hadi Tjahjanto yang kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam).
Sama seperti sang ayah, pria kelahiran Bandung, 10 Agustus 1978 itu menempuh karier di dunia militer setelah tamat sekolah menengah atas.
AHY merupakan lulusan terbaik Akademi Militer dengan mendapatkan penghargaan Tri Saktiwiratama dan Adhi Makayasa pada tahun 2000.
Selanjutnya, AHY masuk Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) pada 2002, setelah berhasil menamatkan sekolah kecabangan Infanteri.
AHY mengawali kariernya dengan menjadi Komandan Peleton Batalion Infanteri Lintas Udara 305/Tengkorak, jajaran Brigif Linud 17 Kostrad.
Setelah itu, namanya terus melesat diminta membantu Kementerian Pertahanan untuk merealisasikan pendirian Universitas Pertahanan Indonesia pada 2008.
Selain itu, AHY juga sempat mengenyam pendidikan Nanyang Technological University dan Harvard University serta mengikuti pendidikan Sekolah Lanjutan Perwira di Fort Benning, Amerika Serikat, di mana ia menjadi lulusan terbaik.
Kembali ke Tanah Air, ayah satu anak itu ditugaskan sebagai Kepala Seksi 2 Operasi di Satuan elit Kostrad, Brigade Infanteri Lintas Udara 17.
Lalu, pada Juni 2014, AHY bertolak ke Amerika Serikat untuk melanjutkan Sekolah Staff Komando Angkatan Darat (Seskoad).
Sepulangnya dari Negeri Paman Sam, ia menjadi Komandan Batalion (Danyon) Infanteri Mekanis 203/Arya Kemuning yang kelak menjadi jabatan terakhirnya di dunia militer.
Terjun ke politik Lihat Foto Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) bernyanyi bersama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada acara pidato politik Ketum Partai Demokrat di Jakarta, Selasa (6/2/2024).
Dalam pidatonya, AHY menyampikan strategi Partai Demokrat apabila memenangkan kontestasi pada Pemilu 2024 di antaranya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, memperluas lapangan kerja dan kemudahan usaha bagi pelaku UMKM.
AHY mengakhiri kariernya di dunia militer pada September 2016 dengan pangkat terakhir mayor karena ia diusung oleh Partai Demokrat, partai yang dipimpin ayahnya, untuk menjadi calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
AHY mengakui, keputusan meninggalkan dunia militer bukanlah keputusan mudah baginya.
"Sejak tadi pagi saya mengikuti respons dari berbagai kalangan yang sangat beragam. Saya memahami pasti banyak yang sedih, menyayangkan dan mempertanyakan keputusan yang saya ambil tersebut, karena sesungguhnya saya memiliki karir dan masa depan yang baik di TNI," ujar AHY, 23 September 2016.
Ia pun mengungkapkan rasa harunya karena harus meninggalkan TNI untuk melenggang ke dunia politik.
"Dengan hati yang tulus, saya meyakinkan rasa cinta dan bangga kepada TNI yang telah menempa saya... (Cinta dan bangga) tidak akan pernah pudar," kata AHY sambil menahan tangis.
Berpasangan dengan Sylviana Murni, AHY mengawali karier politiknya dengan menelan kekalahan saat ia hanya memperoleh 17,06 persen pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
Selanjutnya, AHY ditunjuk menjadi Komandan Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat untuk Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu 2019.
Di bawah komando AHY, Partai Demokrat memperoleh 10.876.507 suara atau sebesar 7,77 persen.
Angka tersebut dapat dibilang anjlok dibandingkan dengan perolehan suara pada Pemilu 2014 yang mencapai 10,9 persen atau 12.728.913 suara.
Kendati demikian, hal itu tidak menyurutkan langkah AHY di partai berlambang bintang Mercy tersebut.
Pada Maret 2020, AHY terpilih secara aklamasi menjadi ketua umum Partai Demokrat menggantikan sang ayah melalui Kongres V Partai Demokrat.
Dalam pidatonya usai terpilih, AHY menyatakan berambisi mengembalikan kejayaan Partai Demokrat dengan kembali menguasai kursi parlemen pada Pemilu 2024 mendatang.
"Bayangkan, nikmatnya, bahagianya kita dan bangganya kita kalau berhasil merebut kemenangan di parlemen seperti di 2009 yang lalu," ujar AHY di arena Kongres V Partai Demokrat, di JCC Senayan, Jakarta, 14 Maret 2020.
"Kita ingin kembali meningkatkan jumlah anggota DPR kita, baik DPR RI, provinsi maupun kabupaten, kota," kata dia.
4. Moeldoko
Jenderal TNI (Purn) Dr H Moeldoko SIP MA lahir 8 Juli 1957 adalah pengusaha, politikus, dan purnawirawan perwira tinggi TNI Angkatan Darat yang saat ini menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan Indonesia sejak 17 Januari 2018 pada Kabinet Kerja Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Moeldoko meraih Adhi Makayasa Tri Sakti Wiratama pada tahun 1981.
Pada 23 Oktober 2019, ia ditunjuk kembali menjadi Kepala Staf Kepresidenan pada Kabinet Indonesia Maju Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Moeldoko kemudian terpilih menjadi ketua umum Partai Demokrat (PD) periode 2020-2025 versi Kongres Luar Biasa.
Ia pernah menjabat sebagai Panglima TNI sejak 30 Agustus 2013 hingga 8 Juli 2015.
Ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat sejak 20 Mei 2013 hingga 30 Agustus 2013.
Moeldoko yang dilahirkan di Desa Pesing, Kecamatan Purwoasri, Kediri ini merupakan putra bungsu dari 12 bersaudara pasangan Moestaman dan Masfu'ah.
Moeldoko merupakan alumnus Akabri tahun 1981 dengan predikat terbaik dan berhak meraih penghargaan bergengsi Bintang Adhi Makayasa.
Pada 15 Januari 2014, Moeldoko meraih gelar doktor Program Pascasarjana Ilmu Administrasi FISIP Universitas Indonesia, dengan disertasinya berjudul "Kebijakan dan Scenario Planning Pengelolaan Kawasan Perbatasan di Indonesia (Studi Kasus Perbatasan Darat di Kalimantan)".
Ia lulus dan mendapatkan gelar tersebut dengan predikat sangat memuaskan.
Karier Militer
Sidang Paripurna DPR-RI pada tanggal 27 Agustus 2013 menyetujui jenderal asal Kediri tersebut sebagai Panglima TNI baru pengganti Laksamana Agus Suhartono.
Ia adalah KSAD terpendek dalam sejarah militer di Indonesia seiring pengangkatan dirinya sebagai panglima.
Operasi militer yang pernah diikuti antara lain Operasi Seroja Timor-Timur tahun 1984 dan Konga Garuda XI/A tahun 1995. Ia juga pernah mendapat penugasan di Selandia Baru (1983 dan 1987), Singapura dan Jepang (1991), Irak-Kuwait (1992), Amerika Serikat, dan Kanada.
Letnan Jenderal TNI (Purn) Muhammad Herindra MA MSc lahir 30 November 1964 adalah pensiunan jenderal Indonesia, yang saat ini menjabat sebagai wakil menteri pertahanan di bawah Prabowo Subianto.
Ia menjabat sejak 23 Desember 2020.
Herindra lahir pada tanggal 30 November 1964 di Magelang, Jawa Tengah.
Ayah Herindra, Hudaya, adalah seorang purnawirawan letnan kolonel, yang bekerja di sebuah perusahaan pupuk.
Herindra menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di Magelang.
Ia menyelesaikan pendidikan menengahnya di SMP 1 Magelang pada tahun 1980.
Ia kemudian pindah ke Jakarta, di mana ia menyelesaikan pendidikan SMA-nya di SMA 8 Jakarta pada tahun 1983.
Herindra saat ini menjadi ketua ikatan alumni sekolah tersebut.
Herindra masuk Akademi Militer pada tahun yang sama setelah lulus SMA. Ia ditugaskan sebagai letnan dua infanteri setelah lulus dari akademi tersebut, pada tahun 1987.
Ia adalah penerima penghargaan Adhi Makayasa, suatu penghargaan yang diberikan kepada lulusan terbaik dari setiap angkatan di akademi.
Setelah menyelesaikan pendidikan militernya, Herindra terpilih untuk bergabung dengan Kopassus, satuan pasukan khusus tentara Indonesia.
Dia menjalani pelatihan infanteri dan pasukan khusus sebelum bergabung dengan unit tersebut. Dalam karirnya kemudian, ia juga menerima pendidikan militer lanjutan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat dari tahun 1999 hingga 2000, dan Sekolah Staf Angkatan Bersenjata Malaysia pada tahun 2011.
Herindra memperoleh gelar master di bidang intelijen dan hubungan internasional dari Universitas Salford pada tahun 1994, dan gelar master di bidang ilmu sosial dari Universitas Nasional Malaysia pada tahun 2011.(*)
Adhi Makayasa
TNI/Polri
Joko Widodo
Luhut Binsar Pandjaitan
Tito Karnavian
Agus Harimurti Yudhoyono
Moeldoko
Muhammad Herindra
Deretan Jenderal Abituren 99 Endra Dharma Laksana Jelang Ulang Tahun ke-25 |
![]() |
---|
Kombes Maruli Siahaan Awali Karir Dari Bintara Tapi 4 Anak Bisa Jadi Perwira |
![]() |
---|
Deretan Jenderal Asal Makassar Tembus Bintang 3 Terbaru Letjen Bobby Rinal |
![]() |
---|
Deretan Jenderal Bersaudara Lampaui Kakak Teranyar Letjen Kunto Aji dan Mohammad Fadjar |
![]() |
---|
Profil 4 Peraih Adhi Makayasa 2024: I Made Aditya, Irvan Sugianto, Jofanka Hendhico, Theodore Gomgom |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.