Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Harga Cabai Meroket, Petani Maros Sulsel Untung 3 Kali Lipat

Cabai rawit dengan varietas cakra putih yang dijual petani ke pengepul dihargai Rp40 ribu per kg, sebelumnya Rp15 ribu per Kg.

Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/NURUL HIDAYAH
Petani membersihkan lahan cabai di Kelurahan Borong, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan 

TRIBUN-MAROS.COM, TANRALILI - Kenaikan harga cabai di pasaran rupanya membawa dampak positif kepada penghasilan petani cabai di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Seperti petani cabai di Kelurahan Borong, Kecamatan Tanralili, Daeng Roa yang kini menikmati hasil keuntungan berlipat.

Daeng Roa mengatakan saat ini nilai jual dari hasil panen mengalami peningkatan bahkan tiga kali lipat dari harga biasanya.

Cabai rawit dengan varietas cakra putih yang dijual petani ke pengepul dihargai Rp40 ribu per kg, sebelumnya hanya dikisaran Rp15 ribu per kg.

"Alhamdulillah sejak harganya mahal di pasaran, kita sudah bisa tersenyum bahagia karena hasil penjualan ke pengepul juga naik," ujarnya.

Dia mengaku dalam sehari mampu menjual cabai rawit hingga 150 Kg, dengan dibantu empat pekerja yang merupakan keluarganya.

"Selama musim petik buah ini, kita panen dan menjual tiap hari ke pengepul, dibantu beberapa pekerja yang juga tidak lain adalah keluarga," ujarnya.

Jika sore hari tiba, sejumlah pengepul akan datang membeli hasil panen dari para petani untuk selanjutnya dikirim ke luar daerah.

"Kalau musim panen seperti sekarang ini, hampir tiap hari datang pengepul untuk membeli hasil panen kita, selanjutnya mereka bawa ke pasar-pasar yang ada di luar daerah, seperti makassar, enrekang, palopo, dan bahkan pernah dibawa ke Sulbar juga," tuturnya

Sementara itu petani lainnya menjelaskan berkebun cabai tidaklah begitu sulit, cukup menyiapkan lahan dan menyediakan pupuk khusus.

Untuk perawatannya membutuhkan waktu selama tiga bulan.

"Tanaman cabai ini tidak rewel, dalam sebulan cukup empat kali kita siram dengan air yang kita pompa dari sungai diujung kebun," jelas Syahril.

Syahril menyebut jumlah keseluruhan luas lahan cabai milik petani di keluruhan borong mencapai 32 hektare.

"Kalau kebun orang tua yang saya tempati ini hanya 15 are, ya hasilnya juga lumayan untuk sekali panen," sebutnya.

Diketahui saat ini harga cabai rawit di sejumlah pasar tradisional wilayah Sulsel semakin meroket.

Kenaikan harga cabai disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain berkurangnya pasokan cabai dari petani akibat musim kemarau, meningkatnya permintaan cabai dari masyarakat, dan adanya spekulasi harga oleh oknum pedagang.

Meski menguntungkan bagi petani, kenaikan harga cabai juga berdampak pada konsumen.

Sebab cabai merupakan salah satu komoditas yang dibutuhkan dalam sehari-hari.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved