Festival Budaya Luwu
Ritual Mappacekke Wanuwa Awali Festival Budaya Bulan Merdeka di Luwu Sulsel
Proses Mappacekke Wanuwa dilaksanakan di Baruga Arung Senga, Kelurahan Senga, Kecamatan Belopa dibagi menjadi 3 item..
Penulis: Muh. Sauki Maulana | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, LUWU - Ritual Mappacekke Wanuwa menjadi rangkaian awal agenda Festival Budaya di Bulan Merdeka digagas Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
Proses Mappacekke Wanuwa dilaksanakan di Baruga Arung Senga, Kelurahan Senga, Kecamatan Belopa dibagi menjadi 3 item.
Pertama Malekke Wae (mengambil air suci), kemudian Maddoja Roja (menjaga air) dan terakhir Mangeppi (memercikkan air).
Opu Arung Senga, Andi Saddakati menjelaskan, di Bubung Parani, secara bergantian, tokoh-tokoh adat menimba air kemudian ditampung dalam sebuah wadah.
"Air suci yang di ambil atau Ri Lekke kemudian diarak dengan Sinrangeng Lakko (usungan adat) di atas pangkuan seorang gadis remaja Tenna Wette Dara (belum aqil baligh) sebagai simbol kesucian," jelasnya, saat ditemui, Selasa (6/8/2024).
Setelah air suci itu diarak hingga tiba di Baruga Arung Senga, proses selanjutnya dikenal dengan Maddoja Roja.
Menurut kepercayaan warga Luwu, samhung Andi Saddakati, Maddoja Roja dilakukan agar air suci tersebut terhindar dari roh jahat.
"Air itu sebentar malam akan dijaga. Maddoja roja namanya. Artinya menjaga air yang telah diambil tadi supaya tidak kemasukan roh jahat. Kita jaga marwah dan kesuciannya," bebernya.
Dirinya menambahkan, air suci itu akan dijaga hingga keesokan harinya sebelum proses Mappacekke Wanuwa terakhir yakni Mangeppi.
"Artinya memercikkan air. Nanti kita percikkan ke segala penjuru kampung masyarakat Luwu memandang air sebagai pembersih dan penyejuk. Pembersih dimaksud bukan hanya pakaian, tapi jiwa dan pikiran," ujarnya.
Kata Andi Saddakati, bagi masyarakat Luwu, air dianggap sebagai simbol pembersih dari hal-hal buruk dan pendingin suasana.
"Kemudian kedua air itu bagi kita, juga berfungsi sebagai pendingin suasana. Selalu kalau ada rumah yang baru selalu kita pacekke dulu. Kita dinginkan terlebih dahulu," terangnya.
Ritual Mappacekke Wanua secara harfiah diartikan sebagai mendinginkan negeri.
"Maksudnya adalah untuk mendinginkan suasana atau menghilangkan ketegangan-ketegangan dan keretakan-keretakan yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang bisa berakibat melonggarkan komitmen kesatuan atau maseddi siri," tutup Andi Saddakati. (*)
Laporan Jurnalis Tribun Timur Muh Sauki Maulana
Siapa Sosok Oknum Jaksa Disebut Peras Terdakwa Uang Palsu Annar Sampetoding Rp5 M? Kejati Buka Suara |
![]() |
---|
Kenalkan Brigjen Hindratno Devidanto, Alumnus Akmil 1998 Pecah Bintang |
![]() |
---|
PNUP Latih Perangkat Kelurahan di Parepare Kuasai Aplikasi Administrasi Berbasis Web |
![]() |
---|
Mendikdasmen Minta Sekolah Awasi Siswa agar Tidak Ikut Demo |
![]() |
---|
Bacaan Niat, Lengkap Tata Cara Sholat Tahajud di Sepertiga Malam |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.