Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Jamaah Islamiyah Bubar

Timeline Jamaah Islamiyah, dari Abdullah Sungkar hingga Organisasi Dipimpin Abu Bakar Baasyir Bubar

Membaca kisah organisasi Al Jamaah Al Islamiyah, yang lebih dikenal sebagai Jamaah Islamiyah atau JI, adalah menelusuri sejarah panjang Indonesia

Editor: Edi Sumardi
TRIBUNNEWS.COM/SIGIT ARIYANTO
Wawancara dengan sejumlah tokoh Jamaah Islamiyah (JI) setelah organisasi ini bubar, Sabarno alias Amali, Dodi alias Fiko, dan Ustad Hasan (dari kiri ke kanan). Wawancara berlangsung di Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (17/7/2024). 

TRIBUN-TIMUR.COM - Membaca kisah organisasi Al Jamaah Al Islamiyah, yang lebih dikenal sebagai Jamaah Islamiyah atau JI, adalah menelusuri sejarah panjang Indonesia modern yang merupakan warisan dari perang kemerdekaan.

Nama Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo sangat terkait dengan kemunculan Jamaah Islamiyah beberapa dekade kemudian.

Ada kesamaan ideologi antara perjuangan JI dan gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Bahkan, ada yang menganggap Jamaah Islamiyah sebagai kelanjutan dari perjuangan NII DI/TII.

Secara ideologis dan politis, Kartosuwiryo mendirikan gerakan Negara Islam Indonesia (NII) DI/TII di Garut dan sekitarnya pada 7 Agustus 1949.

Nama Kartosoewirjo tidak dapat dipisahkan dari sejarah murid-murid dan anak didik Haji Oemar Said Tjokroaminoto di Gang Peneleh VII, Kota Surabaya.

Dua nama penting lainnya adalah Soekarno dan Semaoen. Soekarno kemudian menjadi Presiden pertama Republik Indonesia.

Sementara itu, Semaoen bersama Alimin dan Muso kemudian menjadi tokoh penting dalam Partai Komunis Indonesia.

Akan halnya Kartosoewirjo, kelak sesuai perjuangan yang dipilihnya, memimpin NII DI/TII yang mengangkat senjata melawan pemerintahan Soekarno. 

Kartosoewirjo, Soekarno, dan Semaoen pernah tinggal serumah di kediaman Haji Oemar Said  Tjokroaminoto. Sejak muda mereka menyemai pemikiran di guru yang sama. 

Di rumah ini pula tokoh-tokoh pendiri Muhammadiyah di kemudian hari, seperti KH Ahmad Dahlan dan KH Mas Mansyur kerap ikut berkumpul.

Baca juga: Tokoh Jamaah Islamiyah: Kami Meminta Maaf dengan Sekian Banyak Kasus-kasus Menyulitkan Negara

Akhir tragis terjadi di antara Kartosoewirjo, Soekarno, dan Semaun. Ketiganya bersimpang jalan karena faktor ideologis dan jalan politik yang dipilih.  

Ketika gerakan NII DI/TII dipukul pasukan TNI dan Kartosoewirjo ditangkap, Presiden Soekarno dengan berat hati meneken pelaksanaan eksekusi mati Kartosoewirjo di sebuah pulau di Teluk Jakarta.

Kematian SM Kartosoewirjo meredakan perlawanan NII DI/TII, yang selama beberapa tahun telah menghanguskan sebagian wilayah Priangan Timur.

Melompat beberapa tahun kemudian, generasi penerus NII DI/TII menghidupkan kembali gerakan itu dalam bentuk lain dengan corak organisasi yang beragam.

Muncul nama Komando Jihad atau Komji, yang diwarnai aksi-aksi perampasan atau fa’i oleh kelompok Warman, dan penyerangan markas militer serta pos-pos polisi.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved