Sosok Peraih Adhi Makayasa Karier Paling Mentereng, Luhut Moeldoko dan Tito Karnavian Kalah Telak
Adhi Makayasa merupakan penghargaan bagi taruna Akademi Militer (Akmil) dan Akademi Kepolisian (Akpol) yang berstatus lulusan terbaik.
TRIBUN-TIMUR.COM - Inilah sosok peraih Adhi Makayasa dengan karier paling mentereng.
Bahkan figur penerima Adhi Makayasa seperti Luhut Binsar Pandjaitan, Moeldoko hingga Tito Karnavian masih kalah kariernya dari sosok ini.
Adhi Makayasa merupakan penghargaan bagi taruna Akademi Militer (Akmil) dan Akademi Kepolisian (Akpol) yang berstatus lulusan terbaik.
Banyak dari lulusan Akmil dan Akpol yang berstatus peraih Adhi Makayasa kariernya moncer.
Mulai dari tembus kepangkatan jenderal.
Lalu beberapa di antaranya juga sukses menjadi Panglima TNI hingga Kapolri.
Tak hanya itu selepas pensiun dari TNI maupun Polri, para penerima Adhi Makayasa ini juga cukup moncer berkarier di dunia politik dan pemerintahan.
Semisal, Luhut Binsar Pandjaitan yang diketahui merupakan peraih Adhi Makayasa Akmil 1970 saat ini merupakan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) di kabinet Jokowi - Ma'ruf.
Kemudian ada nama Tito Karnavian yang merupakan peraih Adhi Makayasa Akpol 1987.
Tito Karnavian mantan Kapolri dan kini dipercaya menjabat Menteri Dalam Negeri (Mendagri).
Selanjutnya yakni Moeldoko peraih Adhi Makayasa Akmil 1981.
Moeldoko pernah menjabat Panglima TNI dan saat ini dipercaya sebagai Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia kabinet Jokowi-Ma'ruf.
Baca juga: Sosok Kompol Ratna Quratul Aini Akpol 2006, Polwan Pertama dan Satu-satunya Peraih Adhi Makayasa
Selain nama-nama yang disebutkan di atas tentu masih banyak lagi para peraih Adhi Makayasa yang juga memiliki karier cukup cemerlang.
Namun tahukah kamu, di antara nama-nama tenar tokoh nasional peraih Adhi Makayasa ada satu sosok yang kariernya terbilang sudah paripurna.
Bahkan Luhut, Moeldoko dan Tito Karnavian belum mampu menyamai capaian sosok yang dimaksud.
Sosok ini merupakan peraih Adhi Makayasa Akmil 1973.
Merujuk pada angkatannya, sosok ini pastinya junior dari Luhut Pandjaitan tapi senior dari Moledoko.
Sosok ini memang tak pernah menjabat sebagai Panglima TNI tapi mendapat pangkat Jenderal TNI Kehormatan atau Jenderal HOR.
Tapi setelah tak lagi berkarier di kemiliteran setelah pensiun sosok ini moncer di pemerintahan dan dunia politik.
Pasalnya, ia pernah menjabat sebagai Menteri.
Lalu mendirikan partai politik hingga terpilih sebagai presiden Indonesia selama 10 tahun.
Yah, sosok yang dimaksud yakni Susilo Bambang Yudhoyono.
Tak ada yang lebih tinggi pencapaiannya di antara para peraih Adhi Makayasa dari Susilo Bambang Yudhoyono atau karib dengan panggilan SBY.
SBY satu-satunya peraih Adhi Makayasa yang pernah menjabat sebagai presiden RI.
Sosok Susilo Bambang Yudhoyono
Bernama lengkap Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, M.A. lahir 9 September 1949.
SBY adalah Presiden Indonesia keenam yang menjabat sejak 20 Oktober 2004 sampai 20 Oktober 2014.
Ia merupakan Presiden pertama di era Reformasi yang terpilih melalui Pemilihan Umum secara langsung.
SBY bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, terpilih dalam Pemilu Presiden 2004.
Ia berhasil melanjutkan pemerintahannya untuk periode kedua dengan kembali memenangkan Pemilu Presiden 2009, kali ini bersama Wakil Presiden Boediono.
Sejak era Reformasi dimulai, Susilo Bambang Yudhoyono merupakan Presiden Indonesia pertama yang menyelesaikan masa jabatan selama 5 tahun dan berhasil terpilih kembali untuk periode kedua.
Yudhoyono, yang dipanggil "Sus" oleh orang tuanya dan populer dengan panggilan "SBY", melewatkan sebagian masa kecil dan remajanya di Pacitan.
Ia merupakan seorang purnawirawan militer. Selama di militer ia lebih dikenal sebagai Bambang Yudhoyono.
Karier militernya selesai ketika ia diangkat oleh Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada tahun 1999, dan menjadi salah satu pendiri Partai Demokrat.
Baca juga: Sosok 5 Jenderal Bintang 4 Paling Berpengaruh di Indonesia, Tapi Kini Ada 4 Jadi Anak Buah Jokowi
Pangkat terakhir Susilo Bambang Yudhoyono adalah Jenderal TNI sebelum pensiun pada 25 September 2000.
Pada Pemilu Presiden 2004, keunggulan suaranya dari Presiden petahana Megawati Soekarnoputri membuatnya menjadi presiden pertama yang terpilih melalui pemilihan langsung oleh rakyat Indonesia.
Hal ini dimungkinkan setelah amendemen UUD 1945.
Kehidupan Awal SBY
Ia lahir di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur pada 9 September 1949 dari pasangan Raden Soekotjo dan Siti Habibah.
Dari silsilah ayahnya dapat dilacak hingga Pakubuwana serta memiliki hubungan dengan trah Hamengkubuwana II.
Ketika masih berusia remaja, ia pernah tercatat sebagai salah satu anggota GSNI (Gerakan Siswa Nasional Indonesia), salah satu organisasi underbow PNI yang setara dengan PII (Pelajar Islam Indonesia) Masyumi.
Seperti ayahnya, ia pun berkecimpung di dunia kemiliteran. Selain tinggal di kediaman keluarga di Bogor (Jawa Barat), SBY juga tinggal di Istana Merdeka, Jakarta.
Susilo Bambang Yudhoyono menikah dengan Kristiani Herawati yang merupakan putri ketiga Jenderal (Purnawirawan) Sarwo Edhi Wibowo (alm).
Komandan militer Jenderal Sarwo Edhi Wibowo turut membantu menumpas PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1965.
Dari pernikahan tersebut mereka dikaruniai dua anak lelaki, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (lahir 1978) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (lahir 1980).
Agus adalah lulusan dari SMA Taruna Nusantara tahun 1997, dan Akademi Militer Indonesia tahun 2000.
Seperti ayahnya, ia juga mendapatkan penghargaan Adhi Mekayasa dan seorang prajurit dengan pangkat Letnan Satu TNI Angkatan Darat yang bertugas di sebuah batalion infantri di Bandung, Jawa Barat.
Agus menikah dengan Anissa Larasati Pohan, seorang aktris yang juga anak dari mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Aulia Pohan.
Sejak pertengahan 2005, Agus menjalani pendidikan untuk gelar magister di Institute of Defense and Strategic Studies, Singapura.
Anak yang bungsu, Edhie Baskoro lulus dengan gelar ganda dalam Financial Commerce dan Electrical Commerce tahun 2005 dari Curtin University of Technology di Perth, Australia Barat.
Pendidikan
- Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri), 1973
- American Language Course, Lackland, Texas, Amerika Serikat, 1976
- Airbone and Ranger Course, Fort Benning, Amerika Serikat, 1976
- Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, Amerika Serikat, 1982–1983
- On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, Amerika Serikat, 1983
- Jungle Warfare School, Panama, 1983
- Kursus Senjata Antitank di Belgia dan Jerman, 1984
- Kursus Komando Batalyon, 1985
- Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat, 1988–1989
- Command and General Staff College, Fort Leavenworth, Kansas, Amerika Serikat
- Master of Art (M.A.) dari Management Webster University, Missouri, Amerika Serikat
- Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), 2004
- Guru Besar Ilmu Ketahanan Nasional dari Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan), 2014
Karier Militer
Tahun 1973, ia lulus dari Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dengan penghargaan Adhi Makayasa sebagai murid lulusan terbaik dan Tri Sakti Wiratama yang merupakan prestasi tertinggi gabungan mental, fisik, dan kecerdasan intelektual.
Periode 1974–1976, ia memulai karier di Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad.
Pada tahun 1976, ia belajar di Airborne School dan US Army Rangers, American Language Course (Lackland-Texas), Airbone and Ranger Course (Fort Benning) Amerika Serikat.
Kariernya berlanjut pada periode 1976–1977 di Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad, Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977), Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977–1978, Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979–1981, Paban Muda Sops SUAD (1981–1982.
Periode 1982–1984, ia belajar di Infantry Officer Advanced Course (Fort Benning) Amerika Serikat.
Tahun 1983, ia belajar di On the job training in 82-nd Airbone Division (Fort Bragg) Amerika Serikat, Jungle Warfare School (Panama, Kursus Senjata Antitank di Belgia dan Jerman pada tahun 1984, Kursus Komando Batalyon (1985) dan meniti karier di Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985), Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986–1988), dan Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988).
Periode 1988–1989, ia belajar di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat dan melanjutkan ke US Command and General Staff College (Fort Leavenwort) Kansas Amerika Serikat pada tahun 1991.
Periode (1989–1993), ia bekerja sebagai Dosen Seskoad Korspri Pangab, Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993–1994, Asops Kodam Jaya (1994–1995) dan Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995) serta Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (1995–1996).
Lulusan Master of Art (M.A.) dari Management Webster University Missouri ini juga meniti karier di Kasdam Jaya (1996), dan Pangdam II/Sriwijaya sekaligus Ketua Bakorstanasda.
Pada tahun 1997, ia diangkat sebagai Kepala Staf Teritorial (Kaster) TNI dengan pangkat Letnan Jenderal. Ia pensiun dari kemiliteran pada 1 April 2001 oleh karena pengangkatannya sebagai menteri.
Karier Politik
Tampil sebagai juru bicara Fraksi ABRI menjelang Sidang Umum MPR 1998 yang dilaksanakan pada 9 Maret 1998 dan Ketua Fraksi ABRI MPR dalam Sidang Istimewa MPR 1998.
Pada 29 Oktober 1999, ia diangkat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi di pemerintahan pimpinan Presiden Abdurrahman Wahid.
Pada tanggal 26 Oktober 1999, ia dilantik menjadi Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam) sebagai konsekuensi penyusunan kembali kabinet Abdurrahman Wahid.
Dengan keluarnya Maklumat Presiden pada 28 Mei 2001 pukul 12.00 WIB, Menko Polsoskam ditugaskan untuk mengambil langkah-langkah khusus mengatasi krisis, menegakkan ketertiban, keamanan, dan hukum secepat-cepatnya lantaran situasi politik darurat yang dihadapi pimpinan pemerintahan.
Saat itu, Menko Polsoskam sebagai pemegang mandat menerjemahkan situasi politik darurat tidak sama dengan keadaan darurat sebagaimana yang ada dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1959.
Belum genap satu tahun menjabat Menko Polsoskam atau lima hari setelah memegang mandat, ia didesak mundur pada 1 Juni 2001 oleh pemberi mandat karena ketegangan politik antara Presiden Abdurrahman Wahid dan DPR.
Jabatan pengganti sebagai Menteri Dalam Negeri atau Menteri Perhubungan yang ditawarkan presiden tidak pernah diterimanya.
Kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri melantiknya sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) pada 10 Agustus 2001.
Merasa tidak dipercaya lagi oleh presiden, jabatan Menko Polkam ditinggalkannya pada 11 Maret 2004.
Berdirinya Partai Demokrat pada 9 September 2001 menguatkan namanya untuk mencapai puncak karier politik.
Ketika Partai Demokrat dideklarasikan pada 17 Oktober 2002, namanya dicalonkan menjadi presiden dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2004.
SBY sendiri baru bergabung dengan Partai Demokrat pada tahun 2003.
Setelah mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam dan sejalan dengan masa kampanye Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Indonesia 2004, ia secara resmi berada dalam koridor Partai Demokrat.
Keberadaannya dalam Partai Demokrat menuai sukses dalam pemilu legislatif dengan meraih 7,45 persen suara.
Pada 10 Mei 2004, tiga partai politik yaitu Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang secara resmi mencalonkannya sebagai presiden berpasangan dengan kandidat wakil presiden Jusuf Kalla.
Pada Kongres Luar Biasa Partai Demokrat yang diadakan di Bali tanggal 30 Maret 2013, Susilo Bambang Yudhoyono ditetapkan sebagai ketua umum Partai Demokrat, menggantikan Anas Urbaningrum.
Selanjutnya pada Kongres IV Partai Demokrat yang diadakan di Hotel Shangri-La, Surabaya tanggal 12 Mei 2015, Susilo Bambang Yudhoyono kembali terpilih menjadi Ketua Umum untuk periode 2015–2020.(*)
Adhi Makayasa
Akmil
Akpol
Luhut Binsar Pandjaitan
Moeldoko
Tito Karnavian
Susilo Bambang Yudhoyono
SBY
Akmil 1973
Dahului Peraih Adhi Makayasa, Suyudi Ario Seto Akpol 94 Pertama Tembus Bintang 3 |
![]() |
---|
Karier Moncer Teddy Akmil 2011 Raih Bintang Mahaputra, Calon Jenderal Termuda |
![]() |
---|
Karier Moncer 47 Alumni Akpol 1995 Pangkat Jenderal, Terbaru Brigjen Hengki Jadi Kapolda Banten |
![]() |
---|
Profil Fitriana Nur Heru Akmil 1999 Pecah Bintang Jadi Kaskogartap I |
![]() |
---|
Kenalkan Nurul Yakin Jenderal Baru Akmil 1999, Senior 1 Tingkat AHY |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.