Sejarah Kota Makassar : Mengapa Dulunya Presiden Soeharto Ganti Nama Jadi Ujung Pandang?
Kota Makassar, yang terletak di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia, memiliki sejarah panjang dan kaya yang mencakup berbagai periode penting.
TRIBUN-TIMUR.COM - Inilah sejarah Kota Makassar, salah satu kota terbesar di luar Pulau Jawa dan ibu kota provinsi Sulawesi Selatan.
Pada era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto Kota Makassar sempat berganti nama menjadi Ujung Pandang.
Mengapa Soeharto mengganti nama Kota Makassar menjadi Ujung Pandang? berikut penjelasan lengkapnya.
Namun sebelumnya, kita akan bahas lebih jauh terkait asal mula Kota Makassar dan proses terbentuknya.
Kota Makassar, yang terletak di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia, memiliki sejarah panjang dan kaya yang mencakup berbagai periode penting.
Berikut adalah gambaran sejarah Kota Makassar:
Masa Pra-Kolonial
Sebelum kedatangan bangsa Eropa, wilayah yang kini dikenal sebagai Makassar adalah pusat dari dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo.
Kedua kerajaan ini bersatu pada abad ke-16 dan menjadi kekuatan dominan di wilayah Sulawesi Selatan.
Makassar, sebagai pelabuhan utama, menjadi pusat perdagangan yang strategis, menarik pedagang dari berbagai belahan dunia, termasuk Arab, Cina, dan India.
Kedatangan Bangsa Eropa
Pada awal abad ke-16, bangsa Portugis adalah orang Eropa pertama yang tiba di Makassar.
Namun, pada pertengahan abad ke-17, Belanda melalui Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) mulai mendominasi perdagangan di wilayah ini.
Konflik antara Belanda dan Kerajaan Gowa memuncak pada Perang Makassar (1666-1669), yang berakhir dengan kekalahan Gowa dan penandatanganan Perjanjian Bungaya.
Perjanjian ini memberikan kendali yang lebih besar kepada Belanda atas Makassar dan perdagangan rempah-rempah.
Masa Kolonial Belanda
Setelah Perang Makassar, VOC mendirikan benteng Rotterdam (Fort Rotterdam) yang menjadi pusat administrasi dan militer Belanda di Makassar.
Kota ini berkembang sebagai pusat perdagangan dan administrasi kolonial.
Selama masa kolonial, Makassar mengalami perubahan signifikan dalam infrastruktur dan administrasi, meskipun tetap menjadi pusat perdagangan penting di Indonesia bagian timur.
Masa Kemerdekaan Indonesia
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Makassar menjadi salah satu kota penting dalam perjuangan kemerdekaan.
Pada masa Revolusi Nasional Indonesia, Makassar mengalami beberapa konflik dan pertempuran antara pasukan Indonesia dan Belanda.
Era Modern
Pada era modern, Makassar telah berkembang pesat menjadi salah satu kota metropolitan di Indonesia.
Kota ini dikenal sebagai pusat perdagangan, pendidikan, dan pariwisata di Indonesia bagian timur.
Makassar juga terkenal dengan kuliner khasnya, seperti Coto Makassar, Konro, dan Pisang Epe.
Kebudayaan dan Pariwisata
Makassar memiliki kekayaan budaya yang beragam, mencerminkan pengaruh berbagai etnis dan bangsa yang pernah berdagang dan menetap di sini.
Kota ini juga memiliki banyak situs bersejarah seperti Benteng Rotterdam, Pantai Losari, dan pelabuhan Paotere.
Selain itu, Makassar adalah gerbang menuju berbagai destinasi wisata populer di Sulawesi Selatan, termasuk Tana Toraja dan Kepulauan Selayar.

Secara keseluruhan, sejarah Kota Makassar adalah refleksi dari perannya sebagai pusat perdagangan dan budaya yang dinamis, dengan pengaruh dari berbagai bangsa dan budaya yang membentuk identitas kota ini hingga sekarang.
Alasan Soeharto Ganti Nama Makassar Jadi Ujung Pandang
Makassar terus berkembang pesat seiring waktu. Pada kurun 1930-an hingga 1961,
jumlah penduduk meningkat dari kurang lebih 90.000 jiwa menjadi hampir 400.000 orang.
Adapun lebih dari setengahnya adalah pendatang baru dari wilayah luar kota.
Pada riwayatnya, Makassar pernah diganti nama menjadi Ujung Pandang.
Julukan ini sejatinya sudah dikenal sejak 1950-an, namun diresmikan pemerintah Orde Baru pada pada 1971.
Saat itu, pemerintah menganggap bahwa nama Makassar terlalu identik dengan satu suku saja.
Adapun nama Ujung Pandang dipilih karena berasal dari salah satu kampung di kota tersebut.
Meski demikian, masyarakat Ujung Pandang ingin kembali memakai nama Makassar yang dianggap lebih mewakili sejarah dan budaya kota.
Akhirnya, pada 1999 tepatnya saat pemerintahan dipimpin Presiden BJ Habibie, nama Makassar kembali dipakai. Pergantian nama ini juga didukung oleh masyarakat serta DPRD setempat.(*)
30 Agustus Dini Hari di Makassar, Gubernur Sulsel Peluk Demonstran dan Serukan Damai |
![]() |
---|
Gubernur Sulsel Temui Massa, Andi Sudirman: Mari Rawat Kedamaian Sulsel |
![]() |
---|
30 Agustus 2025, Selamat Tinggal Gedung DPRD Sulsel dan DPRD Makassar |
![]() |
---|
3 Tewas dalam Kebakaran DPRD Makassar, Wakil Ketua DPRD Imbau Warga Tetap Tenang |
![]() |
---|
3 Nyawa Aparatur Sipil Negara Melayang di Aksi Pembakaran 2 Gedung DPRD di Makassar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.