Opini
Selangkah Menuju Indeks Pembangunan Pemuda Kota Makassar
Telah dua tahun berturut-turut Milenial Fest menyapa anak muda dengan mendatangkan para profil-profil muda berbakat dan menginsirasi.
Perhitungan ini masih mengacu pada laporan Indeks Pembangunan Pemuda 2021 oleh Kementerian BAPPENAS.
Laporan terakhir memang menunjukan bahwa Sulawesi Selatan mengalami penurunan angka dari 52,00 di IPP 2019 menjadi
48,67 di IPP 2020.
Penurunan terjadi pada tiga domain, yaitu kesehatan dan kesejahteraan (5 poin), domain lapangan dan kesempatan kerja (5 poin), serta domain gender dan diskriminasi (6,67 poin), sedangkan domain pendidikan serta domain partisipasi dan kepemimpinan mengalami stagnasi atau jalan di tempat.
Sebagai langkah awal mengawal pembangunan pemuda, perhitungan IPP Kota Makassar semoga bisa menjadi rujukan untuk terlaksananya perhitungan IPP di kota-kota lain.
Sejauh ini, di Indonesia timur, jika berjalan dengan lancer, Kota Makassar akan menjadi kota pertama yang akan mendapatkan data akurat pembangunan pemuda.
Oleh karena data ini menjadi dasar dalam menentukan jenis, ruang lingkup, dan kapasitas program/kegiatan pembangunan kepemudaan.
Indonesia menempati urutan pertama jumlah penduduk usia produktif di Asia Tenggara pada 2024.
Hal tersebut merupakan dampak dari bonus demografi, yakni ada 174-180 juta usia produktif pada 2020 sampai 2024. Menurut data BPS, pada tahun 2023, hampir tidak ada pemuda yang tidak bisa membaca dan menulis.
Sekitar 29 dari 100 pemuda tercatat sedang bersekolah, dengan Angka Partisipasi Sekolah (APS) pada kelompok umur 16-18 tahun, 19- 24 tahun dan 25-30 tahun masing-masing sebesar 73,42 persen, 26,85 persen dan 5,70 persen.
Mayoritas pemuda telah menamatkan pendidikan hingga SMA/sederajat (40,01 persen) dan SMP/sederajat (35,96 persen).
Meski demikian, data BPS mengungkit bahwa Gen-Z juga mengalami permasalahan dalam mencari pekerjaan. Masalahnya pada kemampuan pemuda untuk memiliki kematangan finansial belum berbanding lurus dengan keberhasilan menyelesaikan sekolah.
Dibutuhkan kreatifitas pemuda untuk dapat memperbaiki perekonomiannya.
Mendapatkan pekerjaan, tidak serta merta merjadikan kelompok masyarakat keluar dari jerat kemiskinan.
Oleh karena itu, ikhktiar pemberdayaan pemuda yang kita lakukan tidak pernah putus.
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa salah satu program Merial Institute, program Sentra Pemberdayaan Pemuda Berbasis Lorong (SPPBL) dilakukan untuk mengejar ketertinggalan kelompok-kelompok pemuda dalam akses mendapatkan pekerjaan dan upah layak.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.