Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kehebatan Prof Budi Santoso Dekan Fakultas Kedokteran Unair Surabaya, Kembali Menjabat Usai Dicopot

Pencopotan itu sebagai imbas mengkritik program dokter asing yang digaungkan oleh Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin.

Editor: Ansar
Tribunnews.com
Rektor Unair bergandengan tangan dengan Prof Dr dr Budi Santoso SpOG FER memberitahukan pembatalan pemberhentian jabatan Prof Bus sebagai Dekan di halaman Masjid Ulul Azmi kampus C Unair, Selasa (9/7/2024). 

"Jangan jadi penjilat, jangan jadi munafik karena jabatannya tidak naik. Hari ini semua harus melakukan sikap, harus tegas, tidak bisa lagi kita main sendiko dawuh, bukan zamannya. Kita akademisi," jelasnya.

Profil

Profi Prof Budi Santoso Budi Santoso atau yang akrab disapa Prof Bus adalah seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi (SpOG) yang sebelumnya dipercaya menjabat sebagai Dekan FK Unair sejak 2020.

Dinukil dari Alumnipedia Unair, Budi lahir di Kecamatan Genteng, Banyuwangi pada tanggal 17 Februari 1963 dari kedua orangtua yang berprofesi sebagai petani dan pedagang kecil.

Latar belakang keluarganya yang bukan dari bidang medis tidak menghalangi mimpinya menjadi dokter.

Dengan dukungan orangtua, begitu memasuki SMA, ia rela merantau dari Banyuwangi ke Malang demi melanjutkan studi SMA.

Kebetulan, Budi juga memiliki seorang kakak yang saat itu sedang berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang.

Lulus dari SMA, ia mendaftar ke FK Unair melalui jalur perintis, seleksi penerimaan mahasiswa baru universitas negeri saat itu. Ia pun dinyatakan lolos.

Bukan tanpa alasan Budi memilih Unair.

Sebab, selain terkenal sebagai universitas favorit, biaya pendidikan di Unair kala itu relatif tidak mahal, yaitu Rp 32.000 tanpa uang pangkal.

Semasa duduk di bangku perkuliahan, ia aktif terlibat di beberapa kegiatan mahasiswa. Dirinya pernah menjabat sebagai wakil ketua senat mahasiswa, hingga sekjen Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran (ISMK).

Pria yang memiliki hobi membaca itu lulus dari Unair pada 1989. Ia langsung bertugas di Rumah Sakit Muhammadiyah, Babat, Lamongan.

Setahun kemudian, ia diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan dipindahtugaskan ke puskesmas Sambelia, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Di sana, Budi menemukan banyaknya kasus kawin cerai yang akhirnya menurunkan kebahagiaan anak.

Selain itu, angka kematian dan bayi juga sangat tinggi. Bermula dari kasus tersebut, ia terpanggil untuk mendorongnya mendalami obstetri dan ginekologi setelah kembali ke Surabaya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved