Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Stunting

Target Stunting 14 Persen Direvisi, Menko PMK Muhadjir Effendy : Kita Maksimalkan di 2024

Wakil Presiden, Ma'ruf Amin, pemerintah melakukan gerakan intervensi serentak penimbangan dan pengukuran tinggi bayi di posyandu seluruh Indonesia.

Editor: Alfian
IST
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023 yang telah dirilis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Kabupaten Gowa berhasil menurunkan angka stunting hingga 11,9 persen, dimana pada tahun 2022 kemarin sebesar 33 persen dan tahun 2023 turun menjadi 21,1 persen.  

 

TRIBUN-TIMUR.COM - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy menyebut, pemerintah tengah memaksimalkan capaian target penurunan stunting di tahun 2024 ini.

Meski demikian, ada peluang tahun depan, target 14 persen tersebut bakal direvisi.

"Target kita maksimalkan di 2024 ini. Target 14 persen ini sangat ambisius, karena itu nanti kita lihat hasilnya tahun 2024 seperti apa (capaian stunting)," ujar Muhadjri Effendy saat ditemui usai peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas ke-31) di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (29/6).

Ia mengatakan, pemerintah telah berupaya keras untuk menurunkan angka stunting di Tanah Air.

Usahanya melalui kolaborasi dan koordinasi seluruh kementerian dan lembaga.

Bahkan, sesuai arahan Wakil Presiden, Ma'ruf Amin, pemerintah melakukan gerakan intervensi serentak penimbangan dan pengukuran tinggi bayi di posyandu seluruh Indonesia dan dikerjakan di sepanjang Juni ini.

Hal itu dilakukan dalam upaya merespon angka stunting hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2024 bahwa angka stunting turunnya sangat tipis, yaitu 0,1 persen, dari 21,6 persen menjadi 21,5 persen.

"Tinggal sedikit lagi mendekati 100 persen (penimbangnnya) dan ini bisa dijadikan tolak ukur penanganan stunting ke depan," tuturnya.

Kepala BKKBN, Hasto mengatakan, tantangan penurunan stunting adalah mengubah mind-set masyarakat karenanya intervensi gizi sensitif dan spesifik merupakan intervensi yang tepat dalam upaya penurunan stunting.

Baca juga: Peran Aktif Seluruh Komponen Masyarakat Berhasil Turunkan Angka Stunting di Palopo

Mengutip BKKBN, intervensi gizi spesisfik adalah mengintervensi secara langsung bagaimana pemenuhan gizi ibu hamil sampai bayi berusia 23 bulan.

Sedangkan intervensi sensitif adalah intervensi yang secara tidak langsung memengaruhi kejadian stunting, misalnya perbaikan pola asuh, pemberian bantuan sosial, penyediaan sarana air bersih dan jamban yang sehat.

"Kenapa penurunan stunting itu sangat penting? Karena hari ini mengukur kualitas SDM yang paling dekat adalah Human Capital Index (HCI). HCI mencerminkan angka, seberapa besar kemampuan seseorang bila bekerja di satu institusi, dan (seberapa) mempunyai daya ungkit secara capital," tutur dr Hasto. 

Anggaran Stunting Maros Rp5 M Tapi Kasus Naik

Anggaran Rp5 miliar untuk menekan angka stunting di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel) belum memberikan hasil signifikan.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved