Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mahasiswi Unhas Dilecehkan

Psikolog Ungkap Pelecehan Terjadi karena Relasi Kuasa

Psikolog Universitas Negeri Makassar (UNM) Widyastuti mengatakan, pelecehan di lembaga pendidikan memang masih sering ditemui.

kolase Tribun Timur/Sukmawati Ibrahim
Kolase Psikolog Universitas Negeri Makassar (UNM) Widyastuti dan ilustrasi pelecehan seksual dialami 4 mahasiswi Fisip Unhas. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Kasus kekerasan dan pelecehan seksual di lembaga pendidikan masih kerap terjadi.

Tempat yang seharusnya menjadi wadah membentuk adab justru masih dikelilingi orang-orang biadab.

Psikolog Universitas Negeri Makassar (UNM) Widyastuti mengatakan, pelecehan di lembaga pendidikan memang masih sering ditemui.

Biasanya, pelecehan dilakoni oleh orang-orang yang punya kuasa. 

Relasi kuasa yang dimiliki pelaku menjadi senjata untuk melemahkan korban.

"Biasanya pelecehan terjadi karena faktor relasi kuasa, dalam hal ini pelaku dalam tanda kutip berkuasa atau menguasai korbannya," ucapnya dihubungi Tribun Timur, Rabu (26/6/2024)

"Dia sebagai figur yang otoritas terhadap korbannya. Sementara di sisi lain si korban tidak berdaya karena faktor banyak hal," sambungnya.

Ketakutan yang menghantui korban menjadi benteng besar untuk menghindari pelecehan.

Baca juga: Kepala Departemen Fisip Unhas Dilaporkan Lecehkan 4 Mahasiswi

Korban sering kali membayangkan efek buruk jika melakukan penolakan atau perlawanan.

Mereka sangat rawan diintervensi, apalagi jika dikaitkan dengan akademiknya, takut dipersulit atau bahkan diancam dengan alasan beragam.

"Mungkin tidak secara eksplisit diungkapkan tetapi karena dia merasa pihak lower sehingga sering kali memang memproyeksikan dirinya bahwa takut," ulasanya.

HL TRIBUN TIMUR 27 JUNI 2024.
HL TRIBUN TIMUR 27 JUNI 2024. (Tribun Timur)

Ketakutan yang dirasakan oleh korban jika dibiarkan secara terus-menerus justru akan membuat pelaku makin berani.

Misalnya, jika dia melakukan kejahatan ke satu orang lantas tak ada perlawanan maka aksi tersebut akan terus dibiasakan.

"Jika si korban tidak memberikan perlawanan, melaporkan ke atasan atau pihak berwajib, orang ini merasa akan semakin superior. Endingnya dia akan cari korban baru, dan itu terjadi pengulangan akhirnya terjadi habituasi," paparnya.

Selain karena terkungkung rasa takut, korban juga kerap mendapat perlakuan tak pantas jika ia menjadi korban pelecehan.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved