Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Agresivitas Dua Tim Mediterania

Tatkala Spanyol menjuarai Euro 2008, Lamine Yamal belum genap berusia satu tahun.

Editor: Sudirman
DOK PRIBADI
Kolumnis Tribun Timur, Willy Kumurur 

Dengan kata lain, De la Fuente ingin mengatakan bahwa lawan-lawan hanya memiliki analisis tentang gaya lama (tiki-taka), dan tiap punya analisis untuk “melumpuhkan” gaya permainan yang mereka anut saat ini.

De la Fuente melukiskan dengan metafora bahwa generasi baru La Furia Roja menerapkan “pandangan jauh ke depan” dengan “kaki di tanah”.

Anak-anak asuhnya bermain cepat, tajam dan efektif. Lamine Yamal di satu sayap, Nico Williams yang berusia 21 tahun di sisi lain, Rodri dan Fabián Ruiz tampil mengesankan di tengah, Spanyol benar-benar membuka grup maut dengan kilasan kehidupan.

Gol-gol Álvaro Morata, Ruiz dan Dani Carvajal membuktikan hegemoni atas lawannya sebelum babak pertama berakhir.

Spanyol mengalami evolusi identitas. Bahkan sang pembela filsafat, Rodri, menegaskan bahwa tidak ada yang namanya tiki-taka.

Mereka bermain dengan satu tujuan, yaitu “melakukan kerusakan”.

Itulah kalimat brain wash yang berulang kali dibenamkan oleh De la Fuente ke dalam otak para pemain setelah ia mengambil alih posisi kepelatihan dari tangan Luis Enrique.

Lawan berikut Spanyol adalah tim juara bertahan Italia yang berjuluk Gli Azzuri pada dini hari nanti.

Baru bermain 23 detik gawang Italia telah dibobol Albania.

Mereka kemudian bangkit dan membalikkan keadaan menjadi 2-1.

Karena itulah, menghadapi Spanyol yang cepat dan tajam, pelatih Italia, Luciano Spalletti mengatakan, “Tak ada cara lain. Italia harus lebih kejam dan lugas saat menghadapi Spanyol.”

Spalletti menghindari gaya tradisional Italia yaitu sistem grendel (catenaccio) yang 'mengutamakan pertahanan'.

Pelatih Gli Azzuri itu menerapkan pendekatan yang lebih menyerang, yang mereka gunakan dengan sangat efektif saat mengalahkan Albania di pertandingan pembuka.

Di bawah asuhannya, Italia berusaha untuk mengontrol penguasaan bola dan mendominasi area kecil di lapangan dengan tekanan yang kuat, memungkinkan Nicolo Barella dan Lorenzo Pellegrini untuk melayani penyerang Davide Frattesi dan Federico Chiesa di sayap.

“Melawan Spanyol, kami perlu menggerakkan bola sedikit lebih cepat. Kami harus lebih kejam namum rapi untuk membongkar pertahanan mereka,” sahut Spalletti optimis.

Dua tim Mediterania yang sangat agresif akan berhadapan di Veltins Arena dinihari nanti.

Jika falsafah Italia adalah “menyerang dengan rapi dan kejam”, sedangkan Spanyol menjalankan prinsip “melakukan kerusakan”, maka dapatlah dibayangkan betapa dahsyatnya pertempuran itu.

 

 

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved