Profesor Baru Unhas
Unhas Kini Miliki 521 Profesor
Rektor Unhas Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc dalam pidato sambutannya menyampaikan selamat atas penambahan guru besar pada Fakultas Farmasi.
Prof Yulia meyakini proses drug development atau pengembangan obat merupakan proses panjang dan berkesinambungan yang didasari oleh ilmu pengetahuan dan penelitian yang intensif dan tidak jarang berbiaya mahal.
Penggunaan pemodelan hewan menjadi media untuk memahami sepenuhnya dampak interaksi antara kandidat obat dengan sistem biologis yang kompleks. Model hewan uji praklinis yang tepat dapat menjadi titik tolak tingkat keberhasilan uji klinis, termasuk toksisitas, efikasi dan efek samping penggunaannya.
“Namun perlu diperhatikan bahwa riset farmakologis yang menggunakan hewan model mamalia yang dibatasi oleh Undang-Undang Kesejahteraan Hewan yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan hewan dengan mengintegrasikan reuse, reduce, dan recycle (3R). Terlepas dari modernisasi metode penelitian praklinis, hanya sebagian kecil yang dapat ditranslasikan secara klinis pada manusia,” tegas peraih Loreal Unesco ini.
Prof Firzan Nainu
Prof Firzan tampil sebagai orator ketiga dengan penelitian berjudul "Lalat Buah Drosophila Melanogaster sebagai Organisme Model dalam Drug Discovery dan Drug Repurposing : Potensi dan Tantangan Translasinya dalam Pengobatan". Penelitian farmasi Prof Firzan fokus pada penemuan obat _ (drug discovery)_ dan penggunaan kembali obat (drug repurposing) yang memainkan peran krusial dalam meningkatkan kesehatan masyarakat secara berkelanjutan.
Pengampuh Mata Kuliah Anatomi dan Fisiologi itu menjelaskan, proses penemuan obat melibatkan serangkaian tahapan kompleks dimulai dari identifikasi senyawa potensial hingga uji klinis pada manusia, sementara pendekatan drug repurposing mempercepat pengembangan obat dengan memanfaatkan kembali obat yang sudah ada untuk indikasi penyakit baru. Keduanya memberikan solusi yang berkelanjutan terhadap tantangan medis yang kompleks dengan menyediakan akses lebih luas terhadap terapi yang efektif dan terjangkau.
Firzan mengakui, lalat buah merupakan salah satu organisme model yang menjanjikan dalam riset farmakologi. Dengan ukuran kecil, siklus hidup yang cepat, dan kemudahan dalam manipulasi genetik, lalat buah telah digunakan secara luas dalam penelitian farmakologi. Meskipun demikian, penggunaan lalat buah juga memiliki tantangan sendiri, seperti keterbatasan dalam mewakili kompleksitas biologi mamalia dan potensi evolusi resistensi terhadap obat obatan.
“Saat ini, berbagai model penyakit infeksi dan non infeksi menggunakan lalat buah telah berhasil dibuat dan dikembangkan. Potensi lalat buah dalam penemuan antimikroba baru, penelitian imunomodulator dan pengujian efek kandidat obat untuk penyakit degenerative telah mulai dikaji dan dibuktikan secara eksperimental. Lalat buah dapat menjadi platform pengujian in vivo yang efektif dan efisien dalam upaya drug discovery dan drug repurposing,” jelas Prof Firzan.
Lelaki kelahiran 10 Juni 1982 itu meyakini, pendekatan in vivo yang mudah, murah dan cepat, platform lalat buah dapat menjadi salah satu alternatif yang menjanjikan dalam pengujian obat tahap praklinis di masa depan. Pada akhirnya, hal ini akan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengembangan terapi baru yang lebih efektif dan terjangkau sebagai bagian dari kemandirian nasional dalam bidang kefarmasian dan kesehatan.
Prof Andi Dian Permana
Terakhir, orasi ilmiah dari Prof Andi Dian Permana yang membahas "Microneedle Delivery System sebagai Strategi Inovatif untuk Meningkatkan Efikasi dan Kualitas Penghantaran Obat".
Secara umum, kata Prof Andi Dian, sistem ini melibatkan penggunaan jarum mikro yang sangat kecil untuk menembus lapisan kulit terluar. Uniknya, proses ini tidak menyebabkan rasa sakit, memberikan celah bagi senyawa obat untuk masuk ke dalam aliran darah dengan lebih efektif.
Berdasarkan penelitiannya, Andi Dian menyimpulkan dengan menggunakan microneedle__ dapat mengirim obat-obatan dengan lebih presisi, meningkatkan bioavailabilitas obat, dan pada saat yang sama mengurangi resiko efek samping yang tidak diinginkan. Microneedles (MNs) muncul sebagai solusi inovatif. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sistem ini, yang terdiri dari jarum berukuran mikro, disusun pada mold patch kecil, dapat mengatasi keterbatasan sediaan konvensional.
"Dengan mempertimbangkan masalah sediaan konvensional, sistem penghantaran obat microneedles dianggap sebagai kombinasi dari beberapa jenis sistem penghantaran. Kelebihan sistem ini terletak pada kemampuannya memungkinkan senyawa hidrofilik dengan molekul tinggi untuk masuk melewati stratum korneum. Sehingga lebih banyak molekul obat dapat meresap ke dalam kulit," jelas Prof Andi Dian. Menurutnya, secara spesifik, sebagai sistem penghantaran obat yang baru, microneedle memiliki karakteristik untuk dibandingkan dengan penghantaran konvensional lainnya. Sistem ini tidak hanya mampu menghantarkan obat untuk terlokasikan di kulit, tetapi juga menghantarkan obat ke sirkulasi sistematik.
Dengan dikukuhkannya keempat guru besar tersebut, Universitas Hasanuddin telah memilik 521 profesor. Acara pengukuhan tersebut bisa diakses melalui kanal YouTube Senat Akademik Unhas.(*)
Profil dan Prestasi Prof Andi Dian Permana, Resmi Jadi Guru Besar Farmasi Unhas |
![]() |
---|
Profil Prof Firzan Nainu, Guru Besar Farmasi Unhas dengan Sederet Penelitian dan Penghargaan |
![]() |
---|
Bahan Baku Obat Sintetik dari Luar Negeri Kuasai 96 Persen Pasar Domestik |
![]() |
---|
Prof Andi Pangerang Puji 4 Profesor Baru Unhas Bidang Farmasi: Semua Hebat |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Unhas Cetak 4 Profesor Baru Bidang Farmasi, Ini Nama-namanya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.