Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Banjir Luwu

Wilayahnya Masih Terisolir 7 Kades Latimojong Luwu Datangi Pj Gubernur Sulsel, Minta 2 Eskavator

Tiga desa di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel), masih terisolir akibat akses jalan terputus dilanda banjir dan longsor.

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Sukmawati Ibrahim
dok pribadi
Suasana kunjungi tujuh kepala desa asal Kecamatan Latimojong, Luwu, dengan PJ Gubernur Sulsel Prof Zudan, Kamis malam (6/6/2024). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tiga desa di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel), masih terisolir akibat akses jalan terputus dilanda banjir dan longsor, 2 Mei 2024 lalu.

Sebulan berlalu, kehidupan warga di tiga desa itu, Tibussan, Lambanan dan Pajang, masih belum normal.

Pasalnya, sebagian besar warganya masih tertahan di posko pengungsian dan rumah-rumah kerabat di yang ada di Bojo.

Mereka tertahan, lantaran akses jalan menuju rumah mereka belum bisa dilalui secara normal.

Tepatnya di akses jalan poros Desa Buntu Serek ke Desa Tibussan.

Hanya kendaraan roda dua dengan spesifikasi trail dapat melintas di sela reruntuhan material longsor yang menutupi jalan.

"Kebutuhan mendasar masyarakat di Desa Pajang, Desa Tibussan, Desa Lambanan, ini sebenarnya adalah alat berat," ujar Relawan IOF Palopo dan perwakilan dari Kedatuan Luwu, Andi Anwar AT kepada tribun, Jumat (7/6/2024) sore.

Menurutnya, kehadiran alat berat berupa eskavator di lokasi longsor yang menutupi akses jalan sangat diperlukan.

Sebab, warga ingin kembali ke rumah masing-masing setelah mengungsi saat longsor, belum bisa terwujud.

Padahal, kata Andi Anwar, jika ada dua alat berat disiapkan di lokasi akses jalan terputus, maka warga akan bergotong royong membersihkan material longsor yang ada.

"Kita butuh paling 2 unit eskavator. Karena sampai hari ini, jalanan itu masih sangat rawan dilewati, dan ada beberapa jalan putus, karena tergerus banjir," ujarnya yang akrab disapa Andi Aco.

Baca juga: BPBD Luwu Usul Rumah Korban Kebakaran di Tondo Tanga Dapat Bantuan Langsung Tunai

"Itu masih banyak longsoran yang ada, yang bisa hanya motor trail. Jangankan mobil biasa, mobil offroad saja tidak bisa," sambungnya.

Permohonan bantuan dua alat berat itu, lanjut Andi Aco telah disampaikan ke PJ Gubernur Sulsel Prof Zudan Arif Fakhrullah.

Penyampaian permohonan bantuan itu, lanjut dia, disampaikan saat audiensi dengan Prof Zudan bersama tujuh kepala desa di Kecamatan Latimojong yang masih terdampak.

Namun, kata dia, respon PJ Gubernur Sulsel dalam pertemuan itu, tidak langsung mengirimkan alat berat sesuai permintaan masyarakat.

"Hasil pertemuannya PJ Gubernur Sulsel berjanji akan datang meninjau langsung, rencana sesudah lebaran. Ini kami anggap sangat lama," kata Andi Aco.

Ada tujuh kepala desa hadir saat audiensi dengan PJ Gubernur Sulsel itu.

Yaitu, Kepala Desa Ulusalu Kadarusman Samad, Kades To Barru Hardianto, Kades Lambanan Burhanudin, Kades Tibussan Juridno, Kades Rante Balla Leanita, Kades Bantu Serak Nur Alam dan Kades Tolajuk Badaruddin.

Selain permintaan eskavator, ke tujuh desa yang hadir juga meminta pembangunan jembatan beton, rabat beton dan talud.

Ia pun berharap rencana peninjauan langsung PJ Gubernur Sulsel dan juga pengerahan alat berat segera dipercepat.

Sebab, kata dia, masyarakat di tiga desa terisolir yang didominasi petani kebun kopi dan cengkeh terancam gagal panen.

"Semoga pengiriman alat beratnya dipercepat, karena masih banyak masyarakat yang masih mengungsi di Bajo mau kembali ke kampung halaman, tapi tidak bisa," terang Andi Aco.

"Karena sebenarnya, kami harapannya, pas kami pulang ke Luwu sudah ada juga Excavator dikirim karena masyarakat mau pulang ke rumah masing-masing, lebaran Idul Adha sama keluarga dan bisa panen kopi," sambungnya.

Hal senada diungkapkan Kepala Desa Lambanan, Burhanudin yang juga ikut dalam audiensi bersama PJ Gubernur Sulsel.

Menurut, ada dua kondisi yang dialami warganya saat ini di Desa Lambanan, yaitu  kelaparan dan ketakutan.

"Kenapa saya bilang bisa kelaparan karena akses untuk membawa bantuan tidak bisa karena jalan masih tertutup. Dan kenapa saya bilang ketakutan, karena di atas itu masih sering hujan, jadi potensi longsor masih menghantui mereka," ujarnya.

Bahkan kata Burhanuddin, dirinya sempat mengeluarkan bahasa penegasan ke PJ Gubernur Prof Zudan untuk segera menurunkan alat berat.

"Saya bilang ke pak PJ Gubernur, masyarakatku di sana pak masyarakat ta juga pak," ucap menirukan.

Dampak lain dari akses jalan yang belum terbuka, kata dia, ada puluhan hektar lahan kopi yang terancam membusuk karena tidak kunjung di panen.

Sebab, puluhan petani kopi tersebut masih tertahan di pengungsian karena belum bisa kembali ke rumah akibat akses jalan tertutup.

"Lahan kopi produktif pasca bencana banjir dan longsor ini di Desa saya masih ada sekitar 37 hektar dari awalnya sebelum bencana 74 hektar," ungkap Burhanudin.

Adapun kopi di kawasan 'Gunung Paku' Latimojong yaitu, berjenis Arabika.

Sebelum bencana melanda, kopi-kopi dari petani di Desa Lambanan, itu dipanen lalu dibawa ke Bojo untuk dikirim ke Kota Makassar.

Sekedar diketahui, ada 12  desa dan kelurahan di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu.

Mayoritas penghidupan masyarakat setempat, bergantung pada sektor perkebunan kopi dan cengkeh.(*)

 

 

 

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved