Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hanya Tamatan SMP, Mantan Sopir Angkot Kelahiran Kalimantan Barat Kini Jadi Orang Terkaya Dunia

Forbes mendudukkan Prajogp Pangestu di peringkat ke-22 orang terkaya di dunia dan hanya dia seorang diri dari Asia Tenggara di 30 besar.

Editor: Edi Sumardi
DOK PRIBADI/STAR ENERGY/BAKTI BARITO
Prajogo Pangestu dan Gus Dur. Kini dia menjadi salah satu orang terkaya dunia. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Inilah potret orang terkaya Indonesia dan dunia, Prajogo Pangestu.

Penampilannya sangat sederhana.

Bagi yang tak mengenalnya, mungkin mengira dia bukan seorang taipan.

Harta kekayaannya mencapai 72,6 miliar dollar AS atau setara Rp 1.161 triliun.

Forbes mendudukkannya di peringkat ke-22 orang terkaya di dunia dan hanya dia seorang diri dari Asia Tenggara di 30 besar.

Di Indonesia, dia orang terkaya nomor 1 pada saat ini.

Prajogo Pangestu kini berusia 80 tahun.

Lahir pada masa Hindia Belanda di Bengkayang, Kalimantan Barat, 13 Mei 1944.

Pada awal reformasi, Prajogo Pangestu sempat jadi sorotan lantaran mendapat restu Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan Menperindag kala itu, Luhut Binsar Panjaitan, untuk penundaan penuntutan utang kelas kakap.

Haji Isam Kaya Raya Namun Tetap Sederhana, Pakai Kaos Oblong Datang Beli Jet Pribadi Harga Rp 1,2 T

Pada saat itu, demo pun terjadi lantaran Gus Dur dianggap melindungi dia.

Pemilik nama asli Phang Djoem Phen ini bukan berasal dari keluarga kaya.

Dia terlahir dari keluarga biasa, hanya mampu mengenyam pendidikan sampai tingkat sekolah menengah pertama.

Pria berdarah Tionghoa itu merupakan putra dari seorang pedagang karet.

Dia pernah bekerja sebagai supir angkot pada tahun 1960.

Hidupnya berubah ketika dia merintis bisnis kayu pada tahun 1970-an, usai bertemu dengan pengusaha asal Malaysia, Bong Sun on atau Burhan Uray.

Burhan mengajaknya bekerja di PT Djajanti Group, yang dimiliki Burhan pada tahun 1969.

Setelah itu, ia menjadi General Manager pabrik PT Plywood Nusantara di Gresik, Jawa Timur, pada tahun 1976.

Usai setahun berkarir, dia memberanikan diri membuka usaha sendiri.

Mulanya, ia membeli CV Pacific Lumber Coy yang diganti namanya menjadi PT Barito Pacific Timber.

Seiring berjalannya waktu, bisnisnya lancar hingga perusahaan itu berganti nama menjadi Barito Pacific.

Barito menguasai 70 persen perusahaan petrokimia Chandra Asri pada tahun 2007.

Dua tahun berselang tepatnya pada tahun 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia yang merupakan produsen petrokimia terintegrasi di Indonesia. Pada Juli 2021, Thaioil kemudian mengakuisisi 15 persen saham Chandra Asri.

Untuk memperbesar lini bisnisnya di bidang petrokimia, Prajogo Pangestu telah membeli 33,33 persen saham Star Energy dari BCPG Thailand dengan nilai 440 juta dollar AS atau Rp 6,2 triliun, sebuah perusahaan yang diincarnya sejak tahun 2009.

Akuisisi itu dilakukan melalui perusahaan di bawah kendalinya, Green Era.

Perusahaan swasta Singapura tersebut tercatat memiliki 3 proyek panas bumi di Indonesia.

Tiga proyeknya, yakni PLTP Wayang Windu, PLTP Salak, dan PLTP Darajat, yang ketiganya berada di Provinsi Jawa Barat.

Pada 2019 lalu, perusahaan berencana menginvestasikan 2,5 miliar dollar AS untuk meningkatkan kapasitasnya menjadi 1.200 MW pada 2028.

Proyek-proyek Star Energy sendiri memiliki total kapasitas kotor sebesar 875 MW.

Dengan akuisisi, Prajogo Pangestu telah memiliki 66,6 persen saham Star Energy yang berkantor pusat di Jakarta melalui perusahaannya, Barito Pacific.

"Akuisisi ini merupakan tonggak utama untuk secara efektif meluncurkan rencana pertumbuhan dan era investasi hijau yang menarik," kata Direktur Pelaksana Green Era, Nancy Pangestu.

Prospek usaha dari lini bisnis Prajogo terlihat sangat cerah.

Berdasarkan data Dewan Energi Nasional pada Februari, Indonesia memiliki potensi panas bumi hingga 23,7 GW atau 40 persen dari kapasitas dunia.

Namun, saat ini, Indonesia baru memanfaatkan 4,5 persen dari potensinya.

Riset publikasi EY pada April 2021 menyebutkan, ada 800 proyek energi bersih yang sedang dalam pengerjaan di 8 negara Asia.

EY memperkirakan, total biaya investasi untuk semua proyek itu mencapai 316 miliar dollar AS.  

Pada Agustus 2029, Prajogo Pangestu menerima penghargaan dari Presiden Jokowi.

Ia memperoleh Bintang Jasa Utama yang merupakan suatu kehormatan dari Negara Republik Indonesia kepada warga sipil atas pelayanannya yang istimewa kepada negara.

Penghargaan tersebut ia dapatkan berkat dedikasihnya dalam mengembangkan dan meningkatkan Industri Petrokimia dan Panas Bumi di Indonesia.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved