Opini
Meneruskan Semangat Setia di Jalan Dakwah
Anregurutta Sanusi Baco dikenal sebagai ulama kharismatik yang dikenal santun dan disegani banyak kalangan.
Oleh: Muammar Tauhid
Dai Muda dan Dosen KPI Fakultas Agama Islam UMI
TANGGAL 15 Mei 2024 tepat haul ke 3 tahun Allahuyarham Anregurutta Sanusi Baco yang meninggal dunia pada tanggal 15 Mei 2021 yang masih dalam suasana idul fitri pada saat itu.
Tidak terasa tiga tahun sudah Anregurutta meninggal dunia, kepergian beliau meningalkan duka mendalam bagi bagi keluarga, para santri, serta masyarakat Sulawesi Selatan pada umumnya.
Sebab Anregurutta sudah menjadi ikon ulama kharismatik yang senantiasa setia di jalan dakwah dan hadir di tengah-tengah
umat sebagai pencerah yang mencerahkan.
Anregurutta Sanusi Baco dikenal sebagai ulama kharismatik yang dikenal santun dan disegani banyak kalangan.
Pemberian gelar Anre Gurutta disingkat AG adalah istilah gelar bagi ulama Sulawesi Selatan, sama dengan Annangguru di
Sulawesi Barat, atau Kiai di Jawa.
Istilah ini tidak dipakai secara umum kepada seorang ulama tetapi dipakai kepada ulama dalam lingkup pesantren, itupun hanya
dalam bentuk panggilan kepada guru, bukan dalam bentuk penulisan nama gelar.
Pemberian gelar Anregurutta bukanlah gelar akademik, melainkan pengakuan yang timbul dari masyarakat, atas ketinggian ilmu, pengabdian dan jasa dalam dakwah Islam.
Melihat kedalaman ilmu yang dimiliki Anregurutta Sanusi Baco, maka tidak heran ketika mendengar nama beliau pasi yang terlintas dipikiran kita adalah ceramah yang santun dan lembut serta mampu diterima dari semua kalangan.
Sebagaiamana yang pernah dijelaskan Prof Dr. Firdaus dalam bukunya “Setia Di Jalan Dakwah” yang memberikan gambaran tentang perjalanan dakwah dari Anregurutta Sanusi Baco semasa hidupnya yang penuh tantangan dan semangat yang tidak pernah luntur walau Anregurtta sudah memasuki umur ke 80 tahun.
Sebagai generasi millennial yang berkecimpung di dunia dakwah, perlu rasanya kita sebagai santri beliau meneruskan semangat setia di jalan dakwah yang senantiasa di jalankannya.
Karena problematika sekarang, banyak da’I atau muballigh yang sudah tidak berorientasi pada nilai dan pesan dakwah.
Problematika sekarang, banyak da’I atau muballigh dalam proses dakwahnya di tengah-tengah mad’u lebih cenderung hanya sebatas ceramah-ceramah yang lebih menekankan terhadap lucu atau humor di dalam penyampaiannya, tanpa
mengutamakan makna dan isi dari materinya.
Sehingga mad’u kurang menangkap dan memahami dari apa yang disampaikan si da’I tersebut.
“Meneruskan Semangat Setia di Jalan Dakwah” adalah salah satu cara kita sebagai generasi millenial yang berkecimpung di dunia dakwah untuk terus menjalankan nilai-nilai dakwah dari Anregurutta Sanusi Baco.
Konsep dakwah yang dibangun oleh AGH. Sanusi Baco adalah berdakwah dengan hati, sehingga tidak pernah membosankan isi dari ceramahnya walaupun berulang kali didengar oleh jamaah, dan tidak pernah menuai protes atau kritik dari
berbagai macam kalangan terkhususnya yang berada di Sulawesi Selatan.
Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA, mengatakan bahwa suatu ketika ada yang bertanya kepada Gurutta, apa dan bagaimana resepnya bisa mengajar dan berdakwah begitu mengesankan dan tanpa membosankan?
Beliau menjawab, kuncinya keikhlasan dan hati nurani.
Saya masih ingat pesan beliau: Kullu ma kharaja min al-qalb waqa’a fi al-qalb (semua yang keluar dari batin, maka itlah yang akan mendarat di dalam batin).
Salah satu kekuatan Guurutta ialah ketawadhuanya.
Beliau tidak pernah melontarkan kata-kata yang bisa ditafsirkan sebagai orang angkuh, meskipun ilmu dan kearifannyatidak teringkari.
Beliau tidak pernah terdengar menyebut kekurangan dan kesalahan orang di depan publik.
Gurutta pengurus teras NU pusat sampai di tingkat wilayah, tetapi semua ormas lain merasa memilikinya.
Beliau tidak pernah dianggap orang lian oleh siapapun. Kesemuanya ini membuktikan keutamaan beliau.
Melalui momentum Haul ketiga tahun Anregurutta Sanusi Baco, menjadi pengingat kepada kita bahwa semangat dakwah dari beliau harus terus dijalankan.
Kemampuan Anregurutta mempergunakan bahasa itu dalam berceramah dapat menjadi gambaran kepribadiannya.
Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya, semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan padanya.
Gaya bahasa itu menghidupkan kalimat dan memberi gerak pada kalimat.
Gaya bahasa itu menimbulkan reaksi tertentu untuk menimbulkan tanggapan pikiran kepada pembaca.
Inilah yang harus terus kita jadikan teladan dan contoh dalam menghidupkan dakwah di tengah-tengah masyarakat, dengan dakwah yang santun dan penuh hikmah seperti Anegurutta Sanusi Baco. Al- fatihah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.