Banjir Luwu
Curhat Kades Lambanan Luwu Sulsel, Bantuan Tak Sampai Warga Jalan Kaki 4 Jam ke Kecamatan Demi Makan
Sepekan pasca bencana tanah longsor di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel) sejumlah warga masih terisolir.
Penulis: Muh. Sauki Maulana | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, LUWU - Sepekan pasca bencana tanah longsor di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel) sejumlah warga masih terisolir.
Hingga kini, akses jalur darat masih terus dibuka menggunakan bantuan alat berat.
Distribusi logistik pun mengandalkan helikopter Carakal milik TNI AU.
Kepala Desa Lambanan, Baharuddin mengaku, untuk dapat makan, warganya harus berjalan kaki hingga 4 jam ke Kantor Kecamatan Latimojong.
"Warga sudah capek ke sana. Karena perjalanan ke kantor kecamatan (posko) butuh waktu 4 jam. Inilah yang membuat masyarakat tidak mendapatkan logistik," jelasnya, Jumat (10/5/2024).
"Kami ini berjalan kaki dari jam 8, nanti baru sampai jam 12. Dari Desa Lembanna sampai ke posko," tambahnya.
Baca juga: Dinas PUPR Luwu Sulsel Fokus Pelebaran Jalan Pasca Longsor untuk Distribusi Jembatan Bailey
Kata Baharuddin, masih banyak warganya terjebak lantaran akses jalan tertimbun.
"Salah satu posko di Dusun Doke-doke batas Desa Tibussan masyarakat tidak bisa dievakuasi karena terhalang longsor. Sehingga kami cari titik aman untuk pembuatan posko. Di sana ada sekitar 13 KK," akunya.
Takut akan adanya longsor susulan, hampir sebagian warga di bagian utara Desa Lambanan kini memilih tinggal di masjid.
Baca juga: Kisah Pasutri dan Anaknya di Pelosok Luwu Sulsel, Jalan Kaki 20 Km Selamatkan Diri dari Longsor
"Masyarakat saya di bagian utara, hampir 30 persen itu sudah tidak tinggal pemukimannya. Karena di atas pemukiman ada retakan. Sehingga mereka dievakuasi ke masjid," ujar Baharuddin.
Dirinya menambahkan, selain bahan pokok, kebutuhan mendesak warganya adalah akses penerangan.
"Kebutuhan mendesak adalah bahan baku macam beras, mie, minyak goreng, gula dan paling utama penerangan. Karena di desa kami ini ada dua posko. Di Dusun Doke-doke batas Desa Tibussan itu hanya pakai aki," katanya.
Baharuddin hingga kini memilih bertahan bersama warganya yang masih terisolir.
Pasalnya, ia ingin memastikan betul distribusi logistik bisa dinikmati warganya di pengungsian.
"Tadi saya konsultasi dengan posko induk di Belopa, menggunakan hendi yang saya sampaikan itu bantuan kemarin yang masuk di enam desa tidak ada yang masuk ke Desa Lambanan," tutupnya.
Kisah Pasutri dan Anaknya di Pelosok Luwu Sulsel, Jalan Kaki 20 Km Selamatkan Diri dari Longsor
Korban selamat tanah longsor di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel) mulai nekat melakukan evakuasi mandiri.
Ialah Misra bersama suami dan dua anaknya.
Pasutri ini rela menembus sisa material longsor yang menutup jalan dengan berjalan kaki.
Sebab, warga hanya punya dua pilihan saat ini.
Menembus rute darat atau menunggu antrean penjemputan lewat jalur udara menggunakan helikopter.
Sebagian warga Desa Buntu Sarek memilih jalan kaki lantaran nasib mereka yang tak menentu itu.
"Tidak bisa tembus. Adaji heli naik ke sana (Desa Pajang) tapi jauh. Bermalam ki lagi di sana. Ada yang sudah 3 malam mi di sana," jelas Misra saat ditemui, Rabu (8/5/2024).
Perjalanan Misra untuk bisa tembus ke Belopa, ibukota kabupaten Luwu cukup ekstrem.
Perjalanan ia mulai dari pukul 08.00 Wita pagi dengan bekal seadanya.
Bekal itu, yang ia makan selama perjalanan turun dari desanya.
Secara bergantian, Misra dan sang suami menggendong anaknya yang masih kecil.
Baca juga: Mensos Sambangi Ahli Waris Korban Banjir-Longsor Luwu Sulsel, Beri Santunan Masing-masing Rp15 Juta
"Di jalan makanan sudah habis. Jadi hanya minum air sampai ke bawah," ujarnya.
Selama jalan, Misra membawa dua anaknya yang masih kecil.
Anaknya itu gendong secara bergantian dengan suaminya.
Selama 5 jam lebih berjalan kami, Misra baru tiba di titik evakuasi.
Sekitar pukul 15.30 Wita.
Puluhan warga Desa Buntu Sarek, melakukan evakuasi mandiri.
Mereka berjalan sari satu kecamatan menuju kecamatan lain.
Tujuan Misra adalah di Desa Kadundung, Kecamatan Bajo Barat.
Sekitar pukul 15.30 Wita, puluhan pengungsi tiba di posko induk tanggap darurat bencana alam.
Misra dan keluarga kini sedang mendapat perawatan dari tenaga medis.
Baca juga: 29 Mahasiswa KKN Tematik dan Tenaga Medis Unhas Bawa Bantuan Logistik ke Luwu dan Sidrap Sulsel
27 Korban Selamat dari Longsor Latimojong Luwu Dievakuasi Helikopter Polri dan BNPB 8 Mei
Korban selamat tanah longsor di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan terus dievakuasi.
Helikopter AW 169 Polri dan BNPB dikerahkan untuk menjemput warga.
Kepala Dinas Sosial Sulsel, Malik Faisal mengaku, helikopter menjemput 27 warga, Rabu (8/5/2024).
"Total ada 27 warga, dijemput menggunakan helikopter Polri dan BNPB. Ada 6 kali sortie atau penjemputan. Ini dari Desa Tibussa, Buntu Sarek, Ulusalu dan Pangi," jelasnya.
Kata Malik, sebanyak 198 warga berhasil dievakuasi pada hari sebelumnya.
Jadi total keseluruhan 225 warga.
"Untuk pengungsi lewat jalur udara ada 135 orang. Kemudian ada 73 orang yang evakuasi mandiri, jalan kaki datang. Itu sudah kami data. Total 198 orang," akunya.
Setelah diperiksa, mereka dibawa ke camp pengungsian di Aula Bappeda, Luwu.
"Setelah pemeriksaan kesehatan, mereka dikirim ke camp pengungsian. Dan sudah ada yang dijemput oleh keluarga masing-masing sehingga saat ini tenda kosong," ujarnya.
Menurut Malik, distribusi logistik sudah menyentuh beberapa desa terisolir di Latimojong.
Personel TNI-Polri yang diterbangkan ke Desa Pajang, Latimojong untuk menjangkau wilayah terisolir.
"Jadi saat ini posko tim gabungan yang ada di Pajang telah melakukan distribusi ke desa-desa. Seperti Desa Rante Balla, Pajang, Buntu Sarek, Tolajuk, secara umum penyaluran logistik sudah tembus," bebernya.
Berikut nama-nama korban selamat Rabu (8/5/2024):
1. Sortie ke 1 menggunakan helikopter Polri pada pukul 08.54 Wita
1. Evendi S, umur 37 alamat Desa Tibussan.
2. Hasriani, umur 43 alamat Desa Tibussan.
3. Nurhafisa, umur 6 alamat Desa Tibussan.
4. Nurmi, umur 44 alamat Desa Tibussan.
5. Cahyani Reski, umur 4 alamat Desa Tibussan.
6. Adiaksa umur 1 alamat Desa Tibussan.
Sortie kedua helikopter BNPB pada pukul 09.00 Wita
1. Sahmani, umur 50 alamat Desa Buntu Sarek.
2. Ridaya, umur 52 alamat Desa Buntu Sarek
Sortie ketiga menggunakan helikopter Polri 09.20 Wita
1. Yaskia umur 12 alamat Desa Buntu Sarek.
2. Masni, umur 38 alamat Desa Buntu Sarek.
3. Akila, umur 8 alamat Desa Buntu Sarek.
4. Budianto, umur 34 alamat Buntu Sarek.
5. Bayi Ibu Masni, umur 2 minggu Desa Buntu Sarek.
6. Tawakkal, umur 53 Desa Ulusalu
Sortie keempat menggunaman helikopter Polri, 10.42 Wita
1. Simbang, umur 45 alamat Desa Pangi.
2. Sudi, umur 75 alamat Desa Pangi.
3. Bondong, umur 60 alamat Desa Pangi
Sortie kelima menggunakan helikopter 11.20 Wita.
1. Lukman, umur 81 tahun Desa Buntu Sarek.
2. Annisa, umur 80 alamat Desa Rante Lajang.
3. Hariani, umur 41 alamat Desa Buntu Sarek.
4. M Ikram, umur 9 alamat Desa Buntu Sarek.
5. Nur Insani umur 7 alamat Desa Buntu Sarek.
Sortie keenam menggunakan helikopter BNPB 11.40 Wita
1. Sardiani, umur 30 alamat Desa Buntu Karua.
2. H Nimbo, umur 78 alamat Desa Buntu Karua.
3. H. Hakim, umur 84 alamat Desa Buntu Karua.
4. Lukman S, umur 74 alamat Desa Buntu Karua.
5. Suti, umur 80 alamat Desa Buntu Karua. (*)
Laporan Jurnalis Tribun Timur Muh Sauki Maulana
5 Bendung Rusak di Luwu, Ribuan Hektare Sawah Terancam Gagal Tanam |
![]() |
---|
Banjir Rendam 55 Rumah Warga di Walenrang Timur Luwu |
![]() |
---|
Banjir Tutup Jalan Poros Makassar–Palopo di Larompong Selama 2 Jam |
![]() |
---|
5 Kali Cappie Luwu Terendam di Mei 2025, Jalan Rusak dan Sungai Makin Dangkal |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Banjir Rendam Larompong dan Larompong Selatan Luwu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.