Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Banjir Luwu

Curhat Kades Lambanan Luwu Sulsel, Bantuan Tak Sampai Warga Jalan Kaki 4 Jam ke Kecamatan Demi Makan

Sepekan pasca bencana tanah longsor di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel) sejumlah warga masih terisolir.

Tribun Timur/Sauky
Kepala Desa Lambanan, Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulsel saat ditemui di kediamannya, Jumat (10/5/2024) 

TRIBUN-TIMUR.COM, LUWU - Sepekan pasca bencana tanah longsor di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel) sejumlah warga masih terisolir.

Hingga kini, akses jalur darat masih terus dibuka menggunakan bantuan alat berat.

Distribusi logistik pun mengandalkan helikopter Carakal milik TNI AU.

Kepala Desa Lambanan, Baharuddin mengaku, untuk dapat makan, warganya harus berjalan kaki hingga 4 jam ke Kantor Kecamatan Latimojong.

"Warga sudah capek ke sana. Karena perjalanan ke kantor kecamatan (posko) butuh waktu 4 jam. Inilah yang membuat masyarakat tidak mendapatkan logistik," jelasnya, Jumat (10/5/2024).

"Kami ini berjalan kaki dari jam 8, nanti baru sampai jam 12. Dari Desa Lembanna sampai ke posko," tambahnya.

Baca juga: Dinas PUPR Luwu Sulsel Fokus Pelebaran Jalan Pasca Longsor untuk Distribusi Jembatan Bailey

Kata Baharuddin, masih banyak warganya terjebak lantaran akses jalan tertimbun.

"Salah satu posko di Dusun Doke-doke batas Desa Tibussan masyarakat tidak bisa dievakuasi karena terhalang longsor. Sehingga kami cari titik aman untuk pembuatan posko. Di sana ada sekitar 13 KK," akunya.

Takut akan adanya longsor susulan, hampir sebagian warga di bagian utara Desa Lambanan kini memilih tinggal di masjid.

Baca juga: Kisah Pasutri dan Anaknya di Pelosok Luwu Sulsel, Jalan Kaki 20 Km Selamatkan Diri dari Longsor

"Masyarakat saya di bagian utara, hampir 30 persen itu sudah tidak tinggal pemukimannya. Karena di atas pemukiman ada retakan. Sehingga mereka dievakuasi ke masjid," ujar Baharuddin.

Dirinya menambahkan, selain bahan pokok, kebutuhan mendesak warganya adalah akses penerangan.

"Kebutuhan mendesak adalah bahan baku macam beras, mie, minyak goreng, gula dan paling utama penerangan. Karena di desa kami ini ada dua posko. Di Dusun Doke-doke batas Desa Tibussan itu hanya pakai aki," katanya.

Baharuddin hingga kini memilih bertahan bersama warganya yang masih terisolir.

Pasalnya, ia ingin memastikan betul distribusi logistik bisa dinikmati warganya di pengungsian.

"Tadi saya konsultasi dengan posko induk di Belopa, menggunakan hendi yang saya sampaikan itu bantuan kemarin yang masuk di enam desa tidak ada yang masuk ke Desa Lambanan," tutupnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved