Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Unibos

Aksa Mahmud Saksikan Pengukuhan Andi M Rusdi Maidin dan Firman Menne sebagai Guru Besar Unibos

Prof Andi M Rusdin guru besar dalam Bidang Ilmu Sosiologi, sementara Prof Firman Menne, guru besar Ilmu Akuntansi Unibos.

Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/FAQIH IMTIYAAZ
Pengukuhan dua Guru besar baru Universitas Bosowa (Unibos) Prof Rusdi Maidin dan Prof Firman Menne di Kampus Unibos, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Selasa (23/4/2024). Pengukuhan ini disaksikan Aksa Mahmud. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Universitas Bosowa (Unibos) menambah guru besar.

Prof Andi M Rusdi Maidin dan Prof Firman Menne resmi dikukuhkan sebagai guru besar di Kampus Unibos, Selasa (23/4/2024).

Prof Andi M Rusdin guru besar dalam Bidang Ilmu Sosiologi.

Serta Prof Firman Menne, guru besar Ilmu Akuntansi.

"Dengan bertambahnya guru besar jadi peluang mengembangkan institusi. Kedua guru besar membuktikan bahwa memiliki rekam jejak yang diakui kepakarannya di bidang ilmunya," jelas Rektor Unibos Prof Batara Surya.

Bagi Prof Batara Surya, suntikan dua guru besar ini jadi motor penggerak baru.

Pengukuhan ini turut disaksikan Founder Bosowa Aksa Mahmud.

Baca juga: Prodi HI Unibos Menggelar A Day as A Diplomat, Dari Bangku Sekolah ke Panggung Diplomasi

Aksa Mahmud bangga dengan capaian Unibos dalam melahirkan guru besar.

"Guru besar itu punya sederet hasil karya. Kalau itu dilakukan Universitas jadi hebat," jelas Aksa Mahmud.

Aksa Mahmud juga menantang dua guru besar ini mampu melahirkan penerus.

"Dengan lahirnya dua guru besar, sesuai disampaikan kepala LLDikti, 1 guru besar melahirkan 3 profesor. Kita lihat siapa yang duluan melahirkan profesor," lanjutnya.

Turut hadir Ketua Yayasan Aksa Mahmud Melinda Aksa, Kepala LLDikti IX Sultan Batara Dr Andi Lukman serta Mantan Rektor Unibos Prof Saleh Pallu.

Penelitian Prof Rusdi Maidin

Pidato Prof Rusdi Maidin tentan Kepemimpinan dan Kepercayaan Komunitas Tolotang Benteng di Amparita Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap).

Dalam pelapisan sosial, Komunitas Tolotang memiliki strata tertinggi disebut Uwatta/paman (Ascribbed Status) dijabat seumur hidup.

Setingkat dibawahnya ada  Uwa/ Paman. Uwa adalah orang yang dipersiapkan menjadi Uwatta (Majjungjung Bunga).

Sementara itu Iye merupakan golongan menengah.

Berikutnya Tau biasa golongan iye. Tau biasa inilah yang melaksanakan Mappenre Nanre (membawa saji-sajian).

Secara struktur sosial dan kelembagaan mereka tidak mengenal “ATA” (budak atau lapisan terendah).

Sementara untuk kepercayaan, Komunitas Tolotang mempercayai Dewata Seuwae sebagai Tuhan Mereka ( Tuhan yang satu).

 Lalu mempercayai Sawerigading sebagai nabi mereka dan La Panaungi sebagai penerusnya.

Tolotang juga mempercayai lontara sebagai kitab suci.

Baca juga: Unibos Jajaki Kerja Sama Bidang Kedokteran dan Pariwisata dengan Qingdao University Tiongkok

Selain itu, komunitas ini juga empercayai bahwa akan ada hari akhirat dan hari kiamat (Asolangen Lino).

Uwatta juga dipercayai sebagai turunan Lapanaungi yang suci dan penyambung lidah pada Dewata Seuwae.

Prof Rusdi juga meneliti model komunikasi kepemimpinan Uwatta yang diterapkan  menggunakan simbol 5 jari tangan.

Ibu jari tangan disimbolkan sebagai Uwatta, jari telunjuk disimbolkan pemimpin Formal.

Jari tengah disimbolkan sebagai Tokoh Masyarakat (Toma), Tokoh Agama (Toga), Tokoh Pemuda (Topa/Arung).

Lalu Jari manis disimbolkan sebagai orang kaya.

Serta Jari kelingking disimbolkan sebagai masyarakat Komunitas Tolotang ataupun masyarakat umum.

Kesimpulan dengan teori hegel pun dihasilkan dari penelitian ini.

"Keberadaan komunitas tolotang merupakan sebuah akulturasi peradaban Bugis disebut (Thesa), dengan peradaban Islam yang datang dari Timur Tengah disebut (anti Thesa) serta melahirkan sebuah peradaban baru yaitu Komunitas Tolotang Benteng disebut (Sinthesa)," jelas Prof Rusdi.

Penelitian Prof Firman Menne

Pidato Ilmiah Prof Rusdi Maidin berjudul Penelitian Akuntansi Syariah dan Kontribusinya Terhadap Perkembangan Entitas Bisnis Syariah.

Dalam bisnis syariah, Prof Rusdi Maidin menyebut harus memiliki dua ilmu utama.

Yakni kolaborasi ilmu bisnis dan ilmu fiqih bisnis (fiqih muamalah).

Dari definisi, fiqih bisnis yakni ilmu tentang pengelolaan bisnis dalam perspektif syariah.

Sumber hukumnya  diambil dari ajaran Islam dalam Al-Qur'an maupun hadist.

Sementara itu ilmu bisnis dimaknai ilmu terkait pengelolaan bisnis untuk mencapai tujuan tertentu.

Baca juga: Audiensi Dengan IAI Sulsel, Unibos Siap Buka Program Pendidikan Profesi Arsitek

Sumber hukum dan syaratnya boleh tidak berkaitan dengan Islam.

Kesimpulannya, perkembangan akuntasi syariah meningkat dengan pertumbuhan bisnis syariah yang juga meningkat signifikan.

"Kontribusi penelitian akuntansi syariah sangat penting dalam membangun entitas  bisnis syariah," jelas Prof Firman Menne

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved