Planet vs Plastik
SEJATINYA hari ini 22 April 2024 merupakan Hari Bumi se-Dunia ke-54 Hari Bumi dirayakan pertama kali pada tahun 1970 di Amerika Serikat
Oleh Muhammad Arsyad
Guru Besar Fisika Ekosistem Karst FMIPA UNM Makassar
SEJATINYA hari ini 22 April 2024 merupakan Hari Bumi se-Dunia ke-54. Hari Bumi dirayakan pertama kali pada tahun 1970 di Amerika Serikat. Perayaan ini terinspirasi oleh tumpahan minyak yang menghancurkan di Santa Barbara, California, pada tahun 1969. Tahun itu, pada konferensi UNESCO di San Francisco, aktivis perdamaian John McConnell mengusulkan hari untuk menghormati Bumi . Sebulan kemudian, kerja keras Senator Amerika Serikat Gaylord Nelson pada tahun 1970 seorang pengajar Lingkungan Hidup mengusulkan tanggal ini juga yang bertepatan pada musim semi di Northern Hemisphere (Belahan Bumi Utara) dan musim gugur di Belahan Bumi Selatan. Tulisan ini di samping bertujuan untuk memberi atensi terhadap planet bumi yang didiami ini, juga menarik perhatian penduduk bumi untuk menyadari bagaimana bumi kita semakin tua dan terus mengalami perubahan akibat hedonisem manusia. Bumi yang harus terus dipelihara, karena bumi ini hanya satu-satunya planet yang dihuni oleh seluruh makhluk hidup. Peringatan Hari Bumi tahun 2024, mengusung tema “Planet vs PLastik” yang penulis menjadikannya sebagai judul dari opini tulisan ini. Tulisan ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari opini penulis di koran ini (Hari Lingkungan, 5 Juni 2023, Plastik: Sampah tanpa Solusi). Tema ini, sejatinya merupakan tantangan bagi industri yang datang pada saat mendesak. Ada kebutuhan mendesak secara global untuk mengatasi ancaman polusi plastik, dan satu-satunya cara kita melakukannya adalah melalui kolaborasi dan tindakan ambisius. Pemerintah dan bisnis Perusahaan. Keduanya harus bersatu padu untuk mengatasi dampak polusi plastik pada skala global, dengan berani menerapkan kebijakan dan terbuka untuk mencoba pendekatan baru dan inovatif untuk masalah yang kompleks.
Satu dekade terakhir, output produksi plastik menempati urutan kelima setelah logam dasar, motor, bahan kimia, dan makanan. Produksi plastik untuk kemasan di Indonesia terus meningkat setiap tahun dengan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 4,65 persen. Produksi sedemikian besar ini perlu pengolahan yang benar agar dapat terurai di lingkungan. Jenis plastik berbahan polimer, membutuhkan waktu 100 tahun baru dapat terurai. Plastik ramah lingkungan adalah plastik yang terbuat dari bahan dasar alam seperti tepung jagung, tepung terigu, dan bahan organik lainnya. Plastik ramah lingkungan dapat terurai secara alami dan menjadi kompos ketika dibuang ke tanah. Plastik yang membutuhkan waktu lama untuk terurai, akan menjadi serpihan-serpihan kecil dan mengalir ke laut bersama dengan material lainnya. Serpihan plastik kecil ini menjadi santapan ikan, pada gilirannya menjadi santapan di meja makan dan dikonsumsi manusia. Proses ini adalah rantai makanan yang berlangsung secara alami di alam. Toh, kalau serpihan ini tidak terhanyut, maka serpihan ini akan tertimbun di tanah, tersedimentasi menjadi pengganggu bagi tersedianya hara bagi tumbuhan. Bukan itu saja, serpihan ini akan mengganggu sifat fisik tanah, seperti porositas, permeabilitas dan permitivitas tanah yang pada gilirannya akan merusak ekosistem lingkungan. Polusi plastik dapat menimbulkan konsekuensi yang parah dan sering disebut sebagai salah satu ancaman eksistensial terbesar setelah perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati. Kita perlu menghasilkan lebih banyak bukti ilmiah yang kemudian akan mengembangkan solusi dan mendorong intervensi regulasi.
Untuk itu, diperlukan plastik yang ramah lingkungan. Secara umum, ada tiga kategori plastik ramah lingkungan, yaitu bioplastik, plastik yang dapat terurai secara hayati (biodegradable plastic), dan plastik daur ulang dilansir dari This is Plastics, Jumat (8/3/2024). Pertama, bioplastik adalah jenis plastik polimer yang dibuat dengan sumber daya terbarukan dan mampu terurai secara alami. Plastik berbasis hayati atau bioplastik terbuat dari tumbuhan seperti bahan tepung yang berasal dari kentang atau jagung. Kemudian, pati jagung ditambahkan PLA (polylactic acid), PHA (polyhydroxyalkanoic), serta bahan baru yang inovatif seperti Notpla, larutan yang terbuat dari rumput laut.
Bahan PLA yang terbuat dari pati jagung sangat digemari oleh para produsen kemasan plastik. Alasannya, jika dibandingkan dengan plastik konvensional, bioplastik mengurangi 70 % emisi karbon saat diproses di TPA. Selain itu, plastik berbahan dasar bioplastik 30 % lebih hemat energi saat diproduksi. Proses ini membuat produsen kemasan dapat menghemat biaya. Kedua, adalah plastik biodegradable, jenis plastik ramah lingkungan ini dibuat sebagian atau seluruhnya dari minyak bumi yang tidak dapat diperbaharui. Bahan berupa polybutylene adipate terephthalate (PBAT) dan polybutylene succinate (PBS) ditambahkan ke dalam campuran bahan kimia yang menyebabkannya lebih cepat terurai ketika terkena cahaya, oksigen, kelembapan, atau panas. Plastik yang dihasilkan biasanya digunakan untuk kemasan produk, pelapis gelas kertas, dan film. Jenis ketiga, adalah plastik daur ulang, ini adalah sejenis plastik ramah lingkungan yang terbuat dari campuran persentase plastik berbasis minyak bumi yang didaur ulang. Artinya bahan plastik yang diproduksi, seperti botol plastik PET (polyethylene terephthalate) didaur ulang menjadi botol rPET. Atau, mendaur ulang tas bekas kantong belanja yang terbuat dari HDPE (high-density polyethylene) menjadi papan dek atau bangku taman.
Umumnya, produk plastik daur ulang masih dianggap sebagai plastik konvensional atau bukan plastik yang ramah lingkungan. Sebab, masih sulit terurai secara alami. Namun, plastik daur ulang dinilai memberikan dampak positif untuk mengurangi sampah plastik. Volume besar sampah plastik berakhir di tempat pembuangan akhir, sungai, dan lautan setiap tahun, dan ketika terkena kondisi lingkungan seperti penyinaran matahari dan aberasi bahan plastik perlahan-lahan terurai melepaskan partikel mikro dan nano-plastik.
Plastik, kini menjadi “monster” baru bagi kehidupan manusia. Produksi plastik di seluruh dunia kini menembus rekor baru, mayoritas terbuat dari polimer yang diproduksi dengan energi fosil. Hal ini terjadi meskipun ada upaya global untuk mengurangi polusi plastik dan emisi karbon.
Laporan indeks kedua Senin, 6 Februari 2023 oleh Plastic Waste Makers Index, Organisasi Filantropi Minderoo Foundation menemukan, dunia menghasilkan 139 juga metrik ton sampah sekali pakai pada 2021. Jumlah ini 6 juta metrik ton lebih banyak dari 2019, ketika laporan indeks pertama dirilis. Laporan ini menunjukkan, bahwa tambahan sampah plastik yang dihasilkan dalam dua tahun tersebut setara dengan hampir satu kilogram lebih banyak untuk setiap orang di planet ini dan didorong oleh permintaan akan kemasan fleksibel seperti film dan sachet. Saat ini, seperti yang dilakukan, makanan, minuman, obat dan keperluan lainnya dengan mudah dijumpai dalam bentuk sachet. Beberapa tahun terakhir, pemerintah di seluruh dunia telah mengumumkan kebijakan untuk mengurangi volume plastik sekali pakai, melarang produk seperti sedotan sekali pakai, peralatan makan sekali pakai, wadah makanan, penyeka kapas, tas, dan balon. Kathleen Rogers, yang mewakili earthday.org, menekankan bahwa plastik ada di mana-mana, bahkan di dalam diri manusia dan memperburuk kesehatan. Denis Hayes, seorang aktivis lainnya, menguraikan lebih lanjut, bahwa industri petrokimia adalah bagian besar dari masalah ini, karena menghasilkan banyak plastik. Pabrik plastik yang awalnya didirikan di luar perkampungan, lambat laun bersatu dengan permukiman baru, karena pekerja pabrik cendrung melihat masalah transportasi ke tempat kerja adalah faktor biaya. Hal ini merugikan masyarakat dan lingkungan di sana. Anehnya, sebagian besar barang, seperti kantong plastik dan botol minum, tidak didaur ulang, dan kalau dilakukan daur ulang juga menggunakan banyak air.
Sekuat apapun kita berusaha, jika kemasan plastik yang tadinya merupakan bahan yang digunakan untuk membantu manusia (pedagang asongan, pedagang kaki lima dan sejenisnya) pada saat konsumen membawa pulang kemasan tersebut dan tidak tahu apakah atau bagaimana kemasan tersebut dapat di daur ulang. Jangankan melakukan daur ulang, melakukan pemilahan sampah saja, warga kita masih sulit melakukannya. Untuk itu, penulis menyerukan pelabelan yang lebih baik, pesan yang lebih jelas, dan materi yang lebih sederhana di pasar untuk mempermudah daur ulang. Masih ingatkah permintaan dari regulasi, bahwa jika anda datang berbelanja di toko, silahkan bawa tempat belanjaan dari rumah, berupa dos atau sejenisnya, dan yang minta penggunaan kantong plastik hendaknya membayar. Efektif??? Nyatanya tidak. Untuk itu, sangat mudah untuk melihat perusahaan pengelolaan limbah dan menyalahkan mereka karena tidak menyediakan infrastruktur, tetapi tanpa kebijakan yang kuat dan perubahan perilaku dari konsumen, masalahnya menjadi lebih sulit untuk diatasi. Jalan masih panjang, tetapi dengan bekerja sama dan berbagi pengetahuan, kita dapat membuat kemajuan dengan lebih cepat. Dari berbagai catatan, untuk memudahkann identifikasi sebelum melakukan daur ulang plastik. Ada beberapa jenis plastik, yakni jenis plastik ini paling banyak ditemui di tengah-tengah masyarakat, seperti botol air minum, dan botol sekali pakai lainnya. Jenis plastik ini mudah dilakukan daur ulang dengan cara dihancurkan menjadi serpihan dan menjadi kain polyester, dakron isi boneka/bantal, dan karpet.
Untuk itu, sebagai peran serta warga masyarakat dalam perenungan sekaitan dengan hari Bumi se Dunia pada hari ini, maka beberapa hal kecil yang dilakukan dengan membawa kantong belanja sendiri jika berbelanja di kedai atau toko serba ada, membawa botol minuman atau tumbler, tidak menggunakan sedotan plastik, menghindarkan diri dari membeli makanan dan minuman kemasan plastik, dan melakukan reuse dan recycle terhadap sampah plastik. Bahkan tindakan kecil yang terus dilakukan adalah disiplin membuang sampah pada tempatnya. Perhatikan dengan saksama, apa yang dilakukan warga yang masih setia tinggal di pelosok jauh dari kebisingan kota. Mereka mengambil bahan daun-daunan yang dibutuhkan untuk lalapan dan sayur yang dibutuhkan pada hari itu juga memberi pelajaran berharga bagi masyarajat modern. Kebiasan mereka untuk bercocok tanam dengan berpindah yang pada awalnya dianggap merusak lingkungan, ternyata menurut hasil penelitian justru memberikan kesempatan kepada bumi untuk mengatur dirinya dalam melakukan penyesuaian terutama perubahan iklim atau melakukan relaksasi bagi dirinya untuk dapat ditanami pada priode setelahnya.
Sejatinya, keterlangsungan keberadaan bumi sebagai planet adalah suatu keniscayaan yang harus dijaga dan dipelihara secara terus menerus. Sehingga, perlu dan harus terus dikumandangkan dengan lantang bahwa bumi, laut dan bahagian yang berada di antara keduanya memerlukan tangan-tangan terampil dan kebijakan cerdas dari pihak yang diberi amanah untuk terus berupaya dengan keras untuk mencari solusi. Untuk itu, perubahan pola pikir dan prilaku memegang peranan penting. Perubahan prilaku mudah dilakukan, karena bisa diamati dan saling mengajak satu sama lain untuk membersihkan diri dari sifat tamak, rakus dan sifat jelek lainnya. Inilah sebabnya mengapa organisasi Hari Bumi ingin negara-negara bekerja sama. Mereka mengatakan kita harus berhenti memproduksi plastik sekali pakai pada tahun 2030. Mereka juga menginginkan Perjanjian Plastik Global (GPT). Ini adalah langkah besar menuju perbaikan. Untuk penanganan sampah di laut, Pemerintah berkomitmen untuk mengurangi sampah laut sebesar 70 % sampai dengan 2025 Sampai dengan 2021, sampah plastik yang berhasil dikurangi produksinya di laut mencapai 28,5 % (Sumber: KLHK). Bumi sendiri dapat memenuhi kebutuhan manusia, tetapi tidak dapat memenuhi ketamakan umat manusia. Bumi dapat melakukan keseimbangan diri untuk proses hidup dan kehidupan makhluk hidup lainnya.
Wallahualam alam bissawab.-
Makassar April 2024
Dosen FBS UNM Latih Siswa SMA Promosikan Wisata Gowa Lewat Poster Digital Berbasis AI |
![]() |
---|
LPM Profesi UNM Latih 145 Calon Jurnalis Kampus |
![]() |
---|
Adik Tikam Kakak hingga Tewas di Luwu, Sosiolog UNM: Ledakan dari Konflik Keluarga Pemicu |
![]() |
---|
Kisah Arpin Putra Taipa Bure: Dari Tukang Sapu Kampus ke Gelar Doktor |
![]() |
---|
9 Bulan 3 Kasus Remaja Akhiri Hidup di Luwu, Kriminolog UNM Ingatkan Peran Keluarga dan Sosial Media |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.