Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Headline Tribun Timur

Pj Gubernur: Kami Hanya Bangun 10 Km Jalan

Bahtiar mengungkapkan hal itu ketika menghadiri acara pra Mattompang Arajang di Museum Arajang di kompleks Rumah Jabatan (Rujab) Bupati Bone.

Editor: Sudirman
dok_tribun_timur
GELAR DAENG - Pj Gubernur Sulsel Dr Bahtiar Baharuddin (52) saat dianugerahi gelar paddaengeng Daeng Mappuji dari dewan adat Saoraja Bone di Kompleks Rujab Bupati Bone, Jl Merdeka, Watampone, Jumat (19/4/2024). Gelar paddaengeng ini dianugerahkan di momen Hari jadi Bone ke-694. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin mengakui jika Sulawesi Selatan (Sulsel) berada di urutan keenam provinsi dengan infrastruktur jalan terjelek di Indonesia.

Bahtiar mengungkapkan hal itu ketika menghadiri acara pra Mattompang Arajang di Museum Arajang di kompleks Rumah Jabatan (Rujab) Bupati Bone, Jumat (19/4).

Mattompang arajang adalah ritual ada pencucian benda pusaka Kerajaan Bone, Sulawesi Selatan.

Ritual tersebut dilaksanakan satu kali tiap tahunnya, bertepatan dengan Hari Jadi Kabupaten Bone.

Menurut Bahtiar, terdapat 2014 kilometer ruas jalan yang wajib dibangun oleh Pemprov Sulsel. Namun, dalam setahun, Pemprov Sulsel hanya mampu membangun rata-rata 100 kilometer.

Bahkan, untuk tahun ini, Pemprov Sulsel hanya bisa membangun 10 km ruas jalan.

Berdasarkan data yang ada, sejak tahun 2023 lalu, Sulsel merupakan satu dari 10 provinsi di Indonesia yang memiliki infrastruktur jalan terjelek di Indonesia.

Terdapat 309 km ruas jalan yang mengalami kerusakan. Kerusakan jalan terbanyak terdapat di Papua dengan 829 km.

Disusul Provinsi Riau dengan 441 km dan Aceh dengan 361 km. Selanjutnya ada Kalimantan Barat yang memiliki ruas jalan rusak sepanjang 361 km.

Sementara untuk kondisi jalan rusak berat, Sulsel juga masuk dalam daftar 10 besar yakni sepanjang 374 km. Sulsel berada di peringkat ketujuh. Provinsi Nusa Tenggara Timur berada di peringkat pertama dengan 667 km. Kemudian Riau sepanjang 633 km dan Papua Barat sepanjang 623 km.

“Sulsel itu infrastruktur terjelek nomor 6 se-Indonesia. Saya harus dengan jujur mengakui hal itu,” kata Bahtiar.

Bahtiar kemudian mengungkapkan, menjelang Pemilihan Gubernur Sulsel 2024 mendatang, ia mengimbau masyarakat hati-hati memilik pemimin Sulsel.

“Cari orang yang benar-benar mengerti pemerintahan, memahami pembangunan, tantangan dan peluang,” katanya.

Bahtiar mengungkapkan, selama ia menjabat sebagai Pj Gubernur Sulsel, ia berjanji memberikan perhatian khusus kepada Kabupaten Bone, khususnya perbaikan infrastuktur jalannya.

“Bone itu sekitar 1.800 kilometer jalannya. Jadi Provinsi itu harus bantu untuk perbaikan,” katanya.

Minimnya pembangunan di Sulsel tidak terlepas dari kondisi keuangan Pemerintah Provinsi Sulsel yang tidak memadai.

Di awal ia menjabat sebagai Pj Gubernur Sulsel, Bahtiar melaporkan kondisi keuangan Pemprov Sulsel yang yang mengalami defisit hingga Rp 1,5 triliun. Hal ini yang memicu munculnya kekahwatiran bahwa Sulsel berada di ambang kebangkrutan.

Kementerian Keuangan yang telah melakukan analisis keuangan terhadap laporan keuangan Sulsel tahun 2022 lalu menyebutkan, kinerja keuangan di Pemprov Sulsel kurang sehat, khususnya di aspek likuiditas.

Untuk tahun 2023, terdapat utang jangka pendek jatuh tempo dan utang jangka panjang yang menjadi kewajiban Pemprov Sulawesi Selatan.

Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo mengatakan, masalah yang dialami Pemprov Sulsel adalah likuiditas (kesulitan melunasi utang jangka pendek), bukan solvabilitas (kesulitan melunasi utang jangka panjang) mengingat angsuran pokok utang jangka panjang telah dianggarkan dalam APBD 2023 pada pengeluaran pembiayaan.

Menurut Yustinus, tingginya kewajiban utang tersebut sebenarnya dapat dihindari dengan optimalisasi pendapatan dan efisiensi belanja.

Mengingat tingginya akumulasi sisa lebih pembayaran anggaran (SILPA) 2023 dan tahun-tahun sebelumnya.

Diketahui bahwa per September 2023, SILPA Pemprov Sulsel berada di angka Rp 676 miliar. Kondisi ini diprediksi tetap terjadi hingga akhir tahun, melihat tren realisasi pendapatan asli daerah (PAD) yang meningkat serta pola akumulasi SILPA di 2 tahun sebelumnya.

“Sebagai solusi atas permasalahan tersebut, Pemprov dapat melakukan; negosiasi utang jangka pendek, restrukturisasi utang jangka panjang, optimalisasi pendapatan dan efisiensi serta realokasi belanja untuk menekan SILPA, dan/atau refinancing sebagai langkah terakhir,” tuturnya.

Bone Kota Pemimpin

Menyambut Hari Jadi Bone (HJB) ke-694, Bahtiar melihat Bone telah menjadi kota para pemimpin.

Putra-putri dari Bone dinilai mampu menjadi penggerak di tingkat lokal, nasional hingga internasional.

“Di antara aktivitas ini kita ingatkan kembali sebagai warga Bone. Daerah ini pada jamannya pernah berjaya, bukan hanya di wilayah ini,” jelas Bahtiar.

Membahas pemimpin asal Bone, nama Jusuf Kalla berada di urutan atas.

Jusuf Kalla lahir di Watampone pada 15 Mei 1942 silam. Dirinya sudah menjabat Wakil Presiden selama dua periode.

Pertama di periode 2004-2009 mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Kedua di periode 2014-2019 menjadi pendamping Presiden Joko Widodo.

Di dunia internasional, Jusuf Kalla dikenal sebagai tokoh perdamaian.

Lalu tingkat Provinsi, putra Bone baru saja memimpin sebagai Gubernur Sulsel.

Sebelum Bahtiar Baharuddin, ada nama Andi Sudirman Sulaiman.

Andi Sudirman Sulaiman merupakan putra kelahiran Kecamatan Ponre, Bone.

Kakaknya, Andi Amran Sulaiman tak kalah mentereng.

Saat ini, Andi Amran Sulaiman merupakan Menteri Pertanian RI.

Dulu ada juga sosok Amin Syam, putra kelahiran Bone yang pernah menjabat Gubernur Sulsel.

Kini, Bahtiar Baharuddin melanjutkan tongkat pemimpin asal Bone sebagai Pj Gubernur Sulsel.

Dirinya bahkan sudah mendapat gelar kehormatan Dewan Adat Saoraja Bone.

Namanya, Bahtiar Baharuddin Dg Mappuji.

Untuk diketahui, HJB secara resmi akan diperingati pada Sabtu (20/4) hari ini.

Pramattompong Arajang

Berbagai rangkaian kegiatan telah dilaksanakan menyambut HJB ke-694. Salah satunya pra mattompang arajang (pembersihan benda pusaka) yang dilaksanakan di Museum Arajang.

Pada kesempatan itu, Bahtiar mendapat gelar kehomatan yakni Daeng Mappuji.

Daeng adalah gelar yang diberikan kepada seseorang saat dewasa. Dalam masyarakat Bugis, gelar Daeng diberikan keluarga setelah seorang lelaki atau pria menikah.

Dalam bahasa keseharian Daeng berarti kakak.

Dalam gelar adat dan kekerabatan Bugis-Makassar, Mandar dan Luwu, Daeng juga diberikan sebagai bentuk penghormatan.

Mappuji berarti terpuji dalam bahasa Indonesia.

Gelar Dg Mappuji dalam bahasa Bugis sendiri berarti sosok pemimpin yang mencintai dan menyanyangi masyarakatnya, berwibawa, tegas dan menjalankan amanah, yang ditugaskan oleh negara Republik Indonesia.

“Gelar tersebut diberikan karena beliau merupakan sosok yang sangat mencintai rakyatnya. Dan merupakan warga asli Bone” ujar Dewan Adat Saoraja, Andi Yushan.

Sementara Bahtiar Baharuddin sangat mengantusiasi pemberian gelar tersebut.

Menurutnya gelar Dg Mappuji merupakan suatu kehormatan mengingat pemberian gelar tersebut tidak semua orang mendapatkannya.

“Saya rasa hal ini merupakan suatu kehormatan, dan untuk menegaskan bahwa saya juga merupakan warga asli Bone,” jelasnya.

“Ini juga sebagai penegasan dan pengingat bahwa ini gelar yang diberikan untuk selalu mencintai dan memperhatikan rakyat,” ujarnya.

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved