Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Berita Viral

VIRAL Amran Sulaiman Minta Tolong KSAL Anak Buah Prabowo Kirim Kapal Perang ke Merauke, Mau Dipakai

Amran Sulaiman meminta bantuan Laksamana TNI Muhammad Ali untuk mengirimkan satu unit kapal perang TNI AL ke wilayah Kabupaten Merauke, Papua Selatan.

|
Editor: Ansar
Kolase Tribun-timur.com
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman perintahkan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali untuk segera kirim kapal. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Viral, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman perintahkan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali untuk segera kirim kapal.

Amran Sulaiman meminta bantuan Laksamana TNI Muhammad Ali untuk mengirimkan satu unit kapal perang TNI AL ke wilayah Kabupaten Merauke, Papua Selatan.

Dalam video berdurasi 1 menit 57 detik itu, Amran Sulaiman nampak berkomunikasi langsung bersama KSAL melalui telepon.

Padahal KSAL adalah bawahan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto.

Dalam percakapan itu, Amran Sulaiman meminta pimpinan tertinggi TNI AL supaya mengirim unit kapal perang jenis Landing Platform Dock (LPD) dari Surabaya ke Merauke.

Kapal perang LPD
Kapal perang LPD

Permintaan kapal perang itu bertujuan untuk mendukung proses pengiriman alat mesin pertanian yang jumlahnya ratusan.

Pengiriman alat mesin pertanian dengan jumlah besar itu, untuk memuluskan program pemerintah pusat di Kabupaten Merauke.

Program itu yakni optimalisasi lahan pertanian seluas 500 ribu hektare.

Tampak dalam video yang direkam wartawan Tribun-Papua.com, Amran Sulaiman serius menyampaikan alasannya meminta dukungan unit kapal perang jenis LPD milik TNI AL.

"Kita mau melakukan akselerasi padi pengembangan, itu kurang lebih 500 hektare, ternyata lahan yang kami rintis dulu berhasil, nah sekarang karena kita mau lakukan gerakan cepat," ucap Andi dalam video saat melakukan kunjungan kerja di Merauke, Papua Selatan, Rabu (17/4/2024).

Dengan pose tangan kiri dilipat ke arah dada serta tangan kanan memegang telepon genggam berwarna hitam, Amran Sulaiman, menyampaikan lebih memilih kapal milik TNI AL dibandingkan milik swasta.

"Kami mau minta tolong pada pak KASAL yaitu angkutan traktor dari Surabaya ke Merauke, ada seratusan peralatan mesin pertanian kita kirim ke Merauke, supaya bisa langsung jalan"

"Karena kalau kita kirim ke Merauke menggunakan via swasta, itu tibanya bisa jadi tiga  bulan, transit, transit, transit," jelas Mentan kepada KSAL.

Setelah itu sambungan telepon putus, Amran Sulaiman lalu meriview kembali ketika Muhammad Ali mengundang Andi Amran pada awal program pangan nasional.

"Kan bapak yang dulu memulai pangan nasional undang saya waktu dengan wapres," singkat Mentan dengan sedikit tertawa.

Kapal perang LPD bukan sekadar kapal perang biasa.

LPD adalah tulang punggung dari kekuatan laut yang mampu memperkuat pertahanan negara dengan kemampuan luar biasa dalam mendukung operasi militer dan kemanusiaan.

5 KRI Kelas Makassar Hasil Karya Putra Putri Indonesia

Kemampuan putra putri Indonesia memproduksi sendiri berbagai peralatan militer sudah diakui dunia.

Tak hanya kendaraan peran lapis baja, Indonesia juga kini mampu memproduksi kapal-kapal perang berteknologi canggih.

Salah satunya adalah Kapal LPD (Landing Platform Dock) kelas Makassar.

Kini sudah lima unit kapal perang LPD produksi dalam negeri yang kini memperkuat TNI Angkatan Laut.

Dilansir dari laman pal.co.id, kapal perang Landing Dock merupakan kapal pendukung atau support dalam pelaksanaan operasi militer.

Dalam strategi peperangan laut modern kapal Landing Dock memiliki nilai strategis karena mampu menghadirkan efek kejut atau pendadakan terhadap musuh melalui kapabilitasnya untuk menerjunkan pasukan pendarat tempur secara cepat dan masif di pantai garis depan musuh.

Kapal tersebut nature-nya merupakan kapal pendukung Operasi Militer Perang (OMP), pada masa damai kapal tersebut dapat difungsikan dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

Berdasar pada UU TNI No. 34 tahun 2004, dalam misi OMSP, Kapal BRS dapat melaksanakan tugas operasi membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan serta membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue).

Tidak terbatas pada scope tersebut, Kapal Landing Dock juga memiliki tugas pelaksanaan misi diplomasi internasional.

Penguasaan teknologi Landing Dock didapat melalui transfer teknologi (ToT) dari perusahaan galangan kapal Korea Selatan Daesun Shipbuilding & Engineering.

Bermula dari kontrak Pemerintah Indonesia untuk pembelian empat unit Landing Dock Kelas Makassar dengan syarat ToT pada tahun 2004, dua kapal pertama dibangun di Korea Selatan, sementara kapal ketiga KRI Banjarmasin (592) dan keempat KRI Banda Aceh (593) dibangun di Indonesia.

PT PAL Indonesia (Persero) ditunjuk oleh pemerintah untuk mengerjakan proyek kapal ketiga dan keempat dengan asistensi dari Daesun Shipbuilding & Engineering.

Kapal Landing Dock pertama adalah KRI Makassar (590) diluncurkan pada Desember 2006 dan beroperasi pada April 2007.

Kapal kedua KRI Surabaya (591) diluncurkan Maret 2007 dan beroperasi Agustus 2007.

Kapal ketiga dan keempat, berurutan adalah KRI Banjarmasin (592) yang diluncurkan Agustus 2008 dan beroperasi November 2009.

KRI Banda Aceh (593) diluncurkan pada Maret 2010 dan beroperasi Maret 2011.

Terdapat beberapa penyesuaian yang dilakukan oleh PT PAL Indonesia (Persero) pada kapal ketiga dan keempat, seperti penambahan sistem komando dan kontrol, sistem senjata 57 mm dan sistem pertahanan udara.

Penyesuaian juga dilakukan pada desain kapal mengadopsi teknologi semi stealth.

Penyesuaian lain yang dilakukan adalah dapat membawa helikopter lebih banyak. Pada Landing Dock pertama dan kedua hanya dapat mengakomodasi 3 helikopter (dua pada dek dan satu pada hangar), sementara Landing Dock ketiga dan keempat sanggup mengakomodasi lima helikopter (dua pada dek dan tiga pada hangar) dengan panjang kapal 125 meter, lebih panjang 3 meter dibandingkan dengan kapal pertama dan kedua.

Kapal Landing Dock mampu mengangkut 35 kendaraan seperti truk angkut personel, tank tempur ringan, dan kendaraan taktis lainnya.

Selain itu kapal tersebut dapat mengakomodasi dan menerjunkan 507 prajurit dengan perlengkapan tempur, dan 126 kru kapal.

Masing-masing dilengkapi dengan dua wahana pendarat personel (LCVP) 23 meter untuk menerjunkan pasukan pendarat tempur di wilayah pantai musuh.

Keluarga Landing Dock yang dioperasikan oleh TNI AL bertambah menjadi lima unit dengan beroperasinya KRI Semarang (594) yang diproduksi oleh PT PAL Indonesia (Persero) pada 21 Januari 2019.

KRI Semarang sementara ini mengemban fungsi sebagai Kapal BRS untuk memenuhi kebutuhan BRS TNI AL.

Pada saat bersamaan PT PAL Indonesia (Persero) saat ini sedang melakukan proses produksi Kapal BRS pesanan TNI AL yang akan memasuki tahapan keel laying pada 10 Oktober 2019 dan direncanakan akan beroperasi pada tahun 2021.

Artinya pada tahun 2021 TNI AL akan memiliki 6 unit Landing Dock, 4 unit dengan fungsi Landing Dock dan 2 unit dengan fungsi BRS.

Kualitas, ketahanan, dan ketangguhan kapal Landing Dock produksi PT PAL Indonesia (Persero) telah teruji.

Beberapa misi operasi TNI AL melibatkan Kapal Landing Dock produksi PT PAL Indonesia (Persero) seperti Operasi Pembabasan MV Sinar Kudus yang disandera di perairan Somalia pada tahun 2012 yang lalu.

Selanjutnya di tahun 2016, KRI Banda Aceh menjalani Operasi Jala Krida sebagai latihan puncak kadet Akademi Angkatan Laut dari Korps Pelaut dengan tujuan Australia dan Selandia Baru.

Tempaan berbagai misi operasi baik di dalam maupun di luar negeri tidak mengurangi kesiapan dan performa kapal Landing Dock karya anak bangsa.

Seiring dengan reputasi kualitasnya yang baik, beberapa negara mulai melirik kapal Landing Dock buatan PT PAL Indonesia (Persero).

Reputasi Kapal Landing Dock produksi PT PAL Indonesia (Persero) yang semakin mendunia menarik minat banyak negara. PT PAL Indonesia (Persero) mengembangkan Landing Dock dalam berbagai varian yang diminati oleh banyak negara.

Malaysia misalnya, membutuhkan Landing Dock Multi Role Support Ship (MRSS) dengan spesifikasi panjang 163 meter.

Sementara Thailand mensyaratkan Landing Dock dengan spesifikasi submarine tender yaitu kemampuan sandar kapal selam untuk berbagai kebutuhan seperti suplai logistik, rekreasional personel, dan lainnya.

Senegal, sebuah negara di Kawasan Afrika Barat juga menaruh minat pada Kapal Landing Dock produksi PT PAL Indonesia (Persero).

PT PAL Indonesia (Persero) saat ini telah memasuki tahapan maju (advance) dalam produksi kapal Landing Dock, kapal Landing Dock menjadi trademark dan produk unggulan PT PAL Indonesia (Persero). PT PAL Indonesia (Persero) menjadi salah satu rujukan utama untuk pengadaan kapal Landing Dock oleh negara sahabat.

Sistem Senjata dan Mesin KRI Kelas Makassar

Dialnsir hobbymiliter.com, LPD kelas Makassar tadinya direncanakan untuk diperlengkapi dengan dua titik MBDA Mistral Simbad launcher untuk rudal pertahanan udara Mistral.

Rudal darat-ke-udara Mistral membawa warhead High Explosive seberat 2,95 kg dan memiliki jangkauan efektif sekitar 5.3 km.

Kapal ini juga dapat diperlengkapi dengan meriam utama di depan anjungan dan meriam 20mm di posisi “B”.

KRI Makassar ditenagai dengan mesin bersistem combined diesel and diesel (CODAD) yang menggabungkan dua buah mesin diesel maritim MAN B&W 8L28/32A.

Setiap mesin bertenaga 1,960 kW. Kapal ini juga dilengkapi dengan bow thruster agar dapat mempunyai kemampuan manuver di air yang lebih baik.

Mesin penggeraknya membuat kapal ini berkecepatan maksimum 15 Knot dengan jarak jelajah maksimal 10.000 mil. Daya tahan (endurance) kapal ini adalah sekitar 30 hari.

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com

Sumber: Tribun Papua
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved