Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ramadhan 2024

Sholat Tarawih: Kematangan Canda Rasulullah Muhammad

Malam sebelumnya, 23 Ramadan, puluhan sahabat jadi makmum tarawih, shalat sunnah jamaah dua dua rakaat jelang sepertiga malam.

|
Editor: Sakinah Sudin
Tribun Timur/ Thamzil Thahir
BANTU sahabat jamaah bangkit untuk shalat jamaah azar di Musallah AlmHusna, Jl Kalimantan, Malimongan Baru, Kecamatan Wajo, Makassar, Sabtu (10/3/2023). 

Oleh Thamzil Thahir

TRIBUN-TIMUR.COM - "Sungguh aku takut, (kelak) shalat tarwih itu diwajibkan di malam-malam Ramadan-mu.." kata Rasulullah Muhammad SAW pada satu pagi Dhuha, hari ke-24 Ramadan Tahun 8 Hijriyah di Madinah.

Begini konteks sejarahnya!

Ini akhir Januari 630 Masehi; Angin panas berhembus di siang hari.

Angin dingin begitu menggigit di malam harinya.

Malam sebelumnya, 23 Ramadan, puluhan sahabat jadi makmum tarawih, shalat sunnah jamaah dua dua rakaat jelang sepertiga malam.

Namun, di malam ke-24, --usai shalat jamaah Isya--, Rasulullah tak lagi kembali Masjid Nabawi.

Beliau memilih shalat tarwih (qiyamu Ramadan) dan dilanjutkan shalat Witir, jelang makan sahur di biliknya.

Rasul sengaja memilih shalat sunnah 1/3 malam Ramadan itu, di bawah kubah hijau Masjid Nabawi.

Puluhan sahabat menunggu dan penasaran di masjid, toh Rasulullah kukuh tak meninggalkan rumah.

Cerita penasaran dan absennya Rasulullah untuk shalat tarwih 20 itu, dikisahkan Aisyah Radiahallahu Anha.

Aisyah adalah istri ketiga Rasulullah yang baru 4 tahun dinikahinya.

Sang Suami (mungkin) masih lelah.

Empat hari sebelumnya, 20 Ramadan 8 Hijriyah, Rasullah baru pulang memimpin lebih 10 ribu pasukan dari perang damai, Fathu Makkah.

Dengan kuda, butuh dua hari semalam untuk menempuh Makkah ke Madinah (432 km).

Ramadan 2 Hijriyah, memang hari-hari panjang, melelahkan, dan sarat kesabaran namun berbuah kemenangan.

Sepekan sebelumnya, Jumat 17 Ramadan, (13 Maret 624 M), Rasullah baru memenangkan perang Badar di timur Masjid Nabawi, Madinah.

Momentum kemenangan di Badar, hari itu, langsung lanjut perjalanan 430 km untuk membebaskan Kabah dari berhala kaum Quraisy di Makkah.

Semangat iman, keikhlasan dan mukjizat Ramadan ini kian mematangkan usia psikologis Muhammad.

Rasullah kala itu sudah berusia 60, atau 3 tahun sebelum wafatnya.

Nabiullah wafat di usia 63 tahun; 11 Rabiul Awal 11 Hijriyah (8 Juni 632 Masehi).

Pun, Rasul sudah jadi kakek 3 cucu.

Kala itu, Fatimah Azzahrah, putrinya sudah berusia 20 tahun; dan baru melahirkan Zainab, cucu ketiga Rasulullah setelah Hasan dan Husain.

Di tengah kekhusyuaan ibadah Ramadan, Rasullah juga rindu canda dan senda gurau bersama keluarga intinya.

Di momen ini, usia kematangan akhir kerasulan Muhammad justru baru dimulai dan menapaki ujian.

Matang, sebab di masa itu, 3 dari 5 pilar perintah rukun Islam, sudah turun dari langit.

Puasa Ramadan, --rukun Islam ketiga--, pun baru 6 tahun dibumikan.

Sahabat di Madinah masih beradaptasi dengan makan sahur, tradisi baca Quran di siang hari, baru makan-minum saat matahari tergelincir di ufuk timur.

Perintah puasa turun tahun 2 Hijriyah. Ini 10 Syaban, 19 hari sebelum hilal 1 Ramadan 2 hijriyah.

Setelah itu, 48 hari kemudian, syariat langit turun lagi; perintah membayar zakat fitrah; pada 28 Ramadan atau 23 Maret 624 Masehi.

Ramadan senantiasa jadi momen krusial dalam menguji ke-Nabi-an sekaligus ke-Rasul-an Muhammad.

Wahyu pertama, Alquran turun 17 Ramadan 12 tahun sebelum Nabi Hijrah ke Madinah.

Bagi Rasullah, shalat Tarwih hanya satu cara mengisi malam-malam singkat Ramadan.

Itupun, tarwih atau qiyamu Ramadan adalah manifestasi dari turunnya perintah Thatawwu (upaya tunduk da. mendekatkan diri).
Yang diperintahkan qiyamul allail atau tawih.

Kalaulah Rasulullah, takut tarwih jadi"seolah-olah" wajib atau Allah menurunkan lagi perintah Wajib Tarwih bagi umatnya, itu bagian dari "strategi doa Rasul" untuk tidak memberatkan umatnya di tahun ke-8 hijriyah.

Kala itu, Rasullah Muhammad SAW, ingin sahabat-sahabatnya dari ahlul Badar sekaligus pasukan Fathu Makkah, istirahat sebelum datangnya Idul Fitri, 1 Syawal 2 Hijriyah.

Atau mungkin, Rasulllah ingin menjadikan bersenda gurau dengan istri, anak, ipar dan cucu sebagai bagian dari "penganti shalat tarwih."
Wallahu a'lam bi adzawab!

Jagong, 1 Ramadan 1445 H (Senin, 11.3.2024)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved