Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pemilu 2024

Banyak PNS Main 4 Kaki, Dekati Peserta Pemilu Demi Jabatan

Kemendagri membeberkan kelakuan sebagian pegawai negeri sipil (PNS) pada pemilihan umum (pemilu) dan Pilpres 2024 lalu.

Editor: Muh Hasim Arfah
TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR
Ratusan warga berbondong bondong ke TPS yang terletak di Kelurahan Bontoala Tua, Kec Bontoala, Jl Bandang, Makassar, Rabu (14/02/2024). Sebanyak 13 TPS berderet disepanjang jalan tersebut untuk melakukan pemungutan suara pada Pemilu 2024. 

Terlepas dari itu, Suhajar tak mempermasalahkan jika ada PNS yang mau berpaling menjadi anggota partai politik (parpol).

Namun, Kemendagri menegaskan orang tersebut harus dengan jantan mengajukan pengunduran dirinya sebagai PNS.

Suhajar menyebut sudah banyak PNS yang resign demi menjadi anggota parpol.

Ia mencontohkan ada rekan dari Guru Besar Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Muhadam Labolo hingga Direktur Bina Aparatur Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri Andi Kriarmoni yang resign dari PNS demi menjadi pejabat politik.

"Banyak kok pegawai negeri yang mundur, kawan Pak Muhadam sudah berapa yang mundur nih, ada kan? Jadi pejabat politik dia, hah 3 orang? Kawan Pak Andi ini ada yang mundur kan? 4 orang?" ungkapnya.

"Jadi, adik-adik yang masih muda merasa kalau begitu lebih enak (menjadi anggota parpol), ya memang lebih enak jadi partai kalau kekuasaan, tapi dosanya juga lebih besar nanti. Di Padang Mahsyar besok diminta pertanggungjawaban nomor satu itu kelompok partai, kedua baru birokrasi," kata Suhajar.

Selain membeberkan kelakuan PNS yang bermain-main politik, Suhadjar juga mengungkapkan perilaku para PNS muda yang suka nego-nego jabatan.

Mulanya ia berbicara mengenai Generasi Milenial dan Gen Z yang mulai mendominasi di sejumlah kementerian. Namun persoalannya saat ini tampuk kekuasaan birokrasi masih dipegang para Generasi X atau Baby Boomer.

Suhajar menyinggung perilaku nego jabatan ini tercemar dari pemikiran kolot PNS terdahulu. Selain itu, juga masih melekat paham birokrasi ala Max Weber yang terkenal dengan sistem hierarki vertikal.

"Saya menyadari adik-adik yang sekarang sudah pindah ke fungsional, itu di dalam hatinya masih ada sedikit rasa gundah, 'Kok aku tak jadi kabag (kepala bagian) ya, tak jadi kepala biro, aku kan ingin jabatan struktural'," katanya.

"Kenapa? Karena (paham) Max Weber itu sudah mendarah daging di seluruh generasi kami dan sebagian Anda (PNS muda) tertular oleh itu sehingga Anda mendambakan jabatan-jabatan struktural," tambah Suhajar.

Ia menegaskan reformasi birokrasi saat ini lebih mengutamakan keahlian.

Oleh karena itu Suhajar menyarankan kepada para PNS muda agar tak terjebak dengan pemikiran kuno tersebut.

Meski ia menyebut masih ada sejumlah PNS muda yang kekeh ingin mendapatkan jabatan struktural tersebut.

"Tapi sebagian adik-adik (PNS muda) ada yang terjebak, 'Pak, saya jadikanlah kabag, kurang keren di fungsional'. Bagaimana Anda menghadapi perubahan di dunia hari ini? Bahkan, di negara-negara maju sekarang, kalau Anda pergi ke negara bagian New York, sudah nggak ada lagi itu nanti diterima sekjen (sekretaris jenderal), dirjen (direktur jenderal), jabatan itu sudah nggak ada. Semua sudah sangat fungsional," katanya.(tribun network/dng/dod)

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved