Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Urbaneggs Bikin Ribut dengan Mengusung Tema Simpang Siur Langgam Makassar

Forum yang dinamai Bikin Ribut ini, digelar oleh Urbaneggs, sebuah komunitas penggiat seni yang memadukan musik tradisional-modern di Kota Makassar.

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Alfian
TRIBUN-TIMUR.COM
Diskusi Bikin Ribut Simpang Siur Langgam Makassar' di salah satu cafe Jl Sultan Alauddin, Kecamatan Tamalate, Makassar, Rabu (2/3/2024) sore. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Menilik eksistensi musik Keroncong dan Langgam Makassar.

Rabu (2/3/2024) sore, di salah satu cafe Jl Sultan Alauddin, Kecamatan Tamalate, Makassar.

Sejumlah muda-mudi dari kalangan penggiat musik tradisional, hingga pemerhati, berkumpul.

Mereka berdiskusi membahas terkait eksistensi dua jenis musik yang disebut memiliki kemiripan itu.

Forum yang dinamai Bikin Ribut ini, digelar oleh Urbaneggs, sebuah komunitas penggiat seni yang memadukan musik tradisional-modern di Kota Makassar.

Bukan kali permata Urbaneggs menggelar forum diskusi yang dinamai Bikin Ribut.

Bikin Ribut Part 1, telah sukses digelar pada Agustus 2018 silam dengan tema Napak Tilas Tari Paduppa atau populer dikenal dengan tari penjemputan.

Forum Diskusi Bikin Ribut sendiri merupakan diskusi yang membahas tentang seputar eksistensi, bentuk inovasi dan laju tentang kesenian.

Diskusi Bikin ribut part 2 yang dipandu moderator Andi Tenri Amir ST ini, mengusung tema tentang 'Simpang Siur Langgam Makassar'.

Menurut Andi Tenri Amir, istilah langgam adalah istilah dari keroncong adalah yang ada di Nusantara (di luar Pulau Jawa).

Oleh karena itu dengan adanya diskusi ini akan membuka cakrawala tentang wilayah keroncong secara subtansial.

Narasumber yang dihadirkan, yaitu Dosen Musik Tradisi yang terdapat dalam kurikulum kampus yang juga merupakan penggiat Asosiasi Musik langgam Makassar, Khaerudin, S Sn, Mpd.

Ada juga fresh guardian dalam studinya di jenjang strata dua (S2; Thesis), Adiatma Hudzaifah Syukur yang mengupas tentang Langgam Makassar merupakan hasil adaptasi keroncong terhadap Musik di daerah Makassar.

Khaerudin mengawali paparannya dengan mengapresiasi tema yang diusung Bikin Ribut Part2.

Menurutnya, Istilah keroncong, Langgam dan Parambang tergantung apresiator menyebutkan istilah keroncong dan bagaimana cara menikmati wilayah musical.

Ia melakukan pendekatan akademis, dengan mencoba mengolah rasa dalam kebudayaan, sehingga melahirkan komunitas yang bernama Patek X.

Haeruddin mencoba melakukan kolaborasi dari beberapa kebudayaan dengan istilah penyebutan langgam.

"Langgam ini jejak musik keroncong (1961) menjadi musik berdasarkan jalur penjajahan yang dilakukan oleh Portugis," ucap Khaerudin dalam rilis yang diterima, Minggu (3/3/2024).

Dia beranggapan keroncong adalah sebuah nama berdasarkan jenis suara yakni nada Fa dan Do.

Istilah langgam dalam pendekatan antropologi: varian, bentuk, keunikan tersendiri.

"Pendekatan musikologis yaitu ciri, warna, yang mengacu kepada instrumentasi dan secara bentuk musical. Istilah musik keroncong di awali dengan penyebutan musik campuran yang identik dengan variasi musical," terangnya.

Lebih lanjut, Khaerudin menjelaskan, keroncong adalah pengistilahan orang Indonesia, bukan dari bangsa portugis.

Alasannya karena terdapat jenis musik yang disatukan menjadi sebuah istilah musikalitas.

"Untuk penggunaan notasi, musik keroncong menggunakan system nada diatonic dan pentatonic yang mengacu kepada notasi balok sebagai upaya pencatatan atau arsip," bebernya.

Sementara itu, Adiatma dalam paparannya menyebut bahwa Langgam Makassar merupakan varian lain dari keroncong.

Ia meneliti dengan tujuan menggambarkan dan mengeksplanasi aspek utama pada langgam Makassar.

Termasuk aspek musikologis, sejarah, dan kehidupan masyarakat (langgam) Makassar.

Adiatma juga mengutarakan bahwa langgam Makassar sebagai buah dari kreativitas musisi Makassar.

"Dengan segala keterbatasannya mampu mengembangkan musik keroncong melalui perpaduan musik daerah setempat yang terdiri dari Kelong, Parambang, dan Losquin," ujarnya.

Adiatma mengklasifikasikan unsur musical, teks vocal, instrumentasi (alat musik).

Dia membedakan permainan antara parambang dan langgam melalui audio.

Ia juga mengklasifikasikan dalam wilayah karakteristik vocal. Unsur gitar (penyebutan Losquin) yang dimainkan oleh daeng kidding yang merupakan salah satu narasumber.

Dia menganggap permainan losquin memiliki perbedaan berdasarkan karakter permainan setiap individu.

Selain itu adiatma juga menganalisis bentuk lagu Makassar.

Berdasarkan lagu Makassar yang ada, dia mengklasifikasi lagu berdasarkan suku kata yakni 8-8-5-8. 

Sementara langgam Jawa lanjut Adiatma, memiliki transpormasi dari permainan seperangkat gamelan yang terdiri dari kendang, siter, kempul dan gong.

Dia beranggapan bahwa langgam Jawa memiliki unsur musical dari gaya permainan seperangkat gamelan.

Sehingga berdasarkan unsur musical (Jawa), dia ingin mencari perbedaan dari keroncong ke langgam Makassar.

Adiatma beralasan istilah ini awalnya, disebut dengan istilah local yakni Parambang namun berkembang dari segi penamaan menjadi orkes turiolo.

Adiatma mengacu kepada lagu lagu tersendiri pada parambang yang kemudian berkembang menjadi orkes tu riolo dan masih banyak dari segi bentuk lagu dan cengkok vocal.

Diskusi itu begitu cair oleh partisipan yang hadir dari kalangan mahasiswa, dosen dan penggiat musik langgam.(*)

 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved