Wamentan Dorong Pertanian Ramah Lingkungan melalui Pelatihan Bio Input
Wamentan Harvick Hasnul Qolbi membuka Pelatihan Bio Input bagi Petani Program READSI untuk meningkatkan produktivitas.
TRIBUN-TIMUR.COM - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Harvick Hasnul Qolbi membuka Pelatihan Bio Input bagi Petani Program READSI di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Sabtu (24/2/2024).
Dalam kesempatan tersebut, Wamentan menyampaikan bahwa pelatihan seperti ini merupakan metode yang tepat, yang dapat menjangkau petani, penyuluh dan insan pertanian lainnya di seluruh Indonesia.
"Pemahaman tentang pertanian ramah lingkungan akan diharapkan dapat menumbuhkan "sense of crisis" yang memotivasi untuk merapatkan barisan menghadapi tantangan pertanian saat ini," katanya.
Wamentan Harvick mengatakan pertanian ramah lingkungan merupakan sistem pertanian berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan memperhatikan pasokan hara dari penggunaan bahan organik.
Meminimalisasi ketergantungan pada pupuk anorganik, perbaikan biota tanah, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) berdasarkan kondisi ekologi, dan diversifikasi tanaman.
Menurutnya, selama bertahun-tahun sistem pertanian yang ada selalu mengandalkan penggunaan input kimiawi yang berbahaya untuk meningkatkan hasil atau produksi pertanian.
"Hal ini menuntut adanya penerapan teknologi yang dapat mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan adalah penerapan sistem pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan yaitu dengan pengelolaan sumberdaya secara efektif dari segi ekologi maupun ekonomi," ujarnya.
Sementara itu, Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi menuturkan READSI merupakan salah satu program yang dinilai sukses dalam pemberdayaan petani skala kecil dan konsep READSI ini terus di-replikasi dan diperbarui untuk
meningkatkan efektifitas pemberdayaan petani. Salah satu komponen penting pemberdayaan adalah penguatan kapasitas petani.
"Dengan sumber daya berupa pendapatan dan asset lainnya yang terbatas serta latar belakang pendidikan yang relatif rendah, petani mengalami kesulitan dalam menentukan posisi tawar dan memastikan keberlanjutan perbaikan taraf hidup, khususnya dalam aspek ekonomi," tuturnya.(*)
Marak Beras Oplosan, Pedagang Beras Tradisional Dukung Pemerintah Tindak Tegas Pelaku |
![]() |
---|
Siapa Pejabat Kementan Terlibat Mafia Pangan? Kini Jadi DPO |
![]() |
---|
Kementan Terus Pacu Produksi Bawang Putih, Karanganyar Siap Jadi Sentra Nasional |
![]() |
---|
Mentan Amran Targetkan Kaltara Mandiri Pangan dalam Setahun |
![]() |
---|
Kementan Dorong Pengaturan Jadwal Tanam untuk Jaga Rantai Pasok dan Stabilitas Harga di Lapangan |
![]() |
---|