Miskin Ekstrem
Bukan Gowa dan Bone, Inilah Daerah Terbanyak Miskin Ekstrem di Sulsel
Plt Kepala Dinas Sosial Abdul Malik Faisal menyebut angka miskin ekstrem di Sulsel kisaran 5 sampai 6 persen.
Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Abdul Azis Alimuddin
Namun, sejauh ini hasil verifikasi lapangan yang dijalankan oleh kelurahan, ada pengurangan mencapai 8 ribu warga miskin ektrem.
Kendati demikian, data tersebut masih harus disinkronkan dengan beberapa OPD lingkup Pemkot Makassar termasuk DPPKB dan Dinas Sosial.
"Data Dinas KB disandingkan dengan DTKS Dinas Sosial, karena dinas KB terjun langsung ke masyarakat dari rumah ke rumah, dia cek juga risiko stunting saat turun di lapangan," ucap Noptiadi via telepon, Kamis (10/8/2023) malam.
Beberapa fakta yang didapat terkait pengurangan jumlah miskin ekstrem tersebut misalnya sudah ada warga yang meninggal dunia.
Kemudian sudah ada warga yang taraf hidupnya sudah lebih baik, bahkan ada pula yang tidak sesuai kondisi, itu terjadi salah satu titik dimana ia tercatat sebagai warga miskin ekstrem sementara rumahnya tiga lantai.
Bahkan pemilik rumah juga memiliki usaha laundry dan sedang membangun kos-kosan.
Ada beberapa indikator warga yang masuk dalam kategori miskin ektrem.
Pertama, dilihat dari pendapatan keluarga.
Sesuai standar World Health Organization (WHO) rata-rata pendapatan keluarga miskin ektrem setiap harinya hanya Rp11 ribu atau Rp300 ribu lebih tiap bulannya.
Terkadang di lapangan ditemui adanya kepala keluarga dengan penghasilan Rp11 ribu tiap harinya, tetapi ada anggota keluarga lainnya juga yang memiliki penghasilan lebih dari itu.
Semuanya akan diakumulasi kata Nopti, karena yang dilihat adalah pendapatan keluarga, bukan kepala keluarga.
"Kan banyak di lorong begitu, banyak usaha kecil warga, itu lumayan membantu pendapatan keluarga," tuturnya.
Indikator lainnya, terkait akses layanan, ada 20 akses yang dinilai, termasuk akses ke sarana pendidikan, kesehatan, kondisi jalan, dan lainnya.
"Bagaimana dia ke sekolah, ke puskesmas berapa jaraknya dan banyak akses lainnya yang dinilai," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengendalian Bantuan Jaminan Kesejahteraan Sosial Dinsos Kota Makassar, Andi Rahmat Mappatoba mengatakan, untuk penerima bantuan Program Keluarga Harapan tercatat sebanyak 23.032 keluarga penerima manfaat (KPM).
Jumlah tersebut mengalami pengurangan dari tahun sebelumnya dengan jumlah 24 ribu lebih.
"Sudah banyak yang tidak layak jadi KPM, artinya mereka tergraduasi dan sudah tidak layak untuk dipertahankan," katanya.
Untuk KPM PKH, ada beberapa indikatornya kata Rahmat, seperti memiliki komponen anak usia sekolah, komponen kesehatan berupa adanya ibu hamil yang susah dipenuhi kebutuhannya.
Kemudian komponen lainnya yang diperhatikan ialah adanya lansia dalam keluarga tersebut.
Kemudian masyarakat penerima sembako atau dulunya disebut Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) berjumlah 42 ribu.
Mereka mendapatkan bantuan dana Rp200 ribu per bulan, dicarikan lewati ATM BRILink dan gerai BRI lainnya.
"Semua bantuan dari Kemensos, sekarang diterima tunai lewat BRILink atau agen BRI, langsung masuk ke rekening KPM," pungkasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.