Pilpres 2024
Pelaku Pasar ‘Wait and See’ Nantikan Hasil Pilpres 2024
Jelang pemungutan suara pemilu pilpres 2024 cukup memberikan rasa kekhawatiran pelaku pasar.
-Ekonomi Pasca Pemilu Diproyeksi Tumbuh 5 Persen
-Bantuan Langsung Tunai Dorong Belanja Masyarakat
TRIBUN-TIMUR.COM, JAKARTA - Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong melihat investor tidak ingin mengambil risiko untuk menanamkan modalnya di tengah ketidakpastian situasi politik.
Menurutnya, menjelang pemungutan suara Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024 cukup memberikan rasa kekhawatiran pelaku pasar.
“Idealnya memang untuk investor di aset berisiko akan cenderung wait and see dulu sampai pilpres,” kata Lukman kepada Tribun Network, Selasa (6/2/2024).
Lukman melihat investor khawatir apabila terjadi perpecahan dan ketidakstabilan politik menjelang Pilpres 2024.
Selain sentimen internal di sisi eksternal, mata uang rupiah masih akan tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
“Dolar AS yang kembali menguat menjadi tekanan bagi rupiah,” urainya.
Chief Economist PT Mandiri Sekuritas Rangga Cipta memproyeksi dana asing masuk atau capital inflow bakal menyentuh angka 10 miliar dolar AS sepanjang tahun 2024.
Rangga memperkirakan capital inflow mulai masuk ke Indonesia di kisaran kuartal II dan kuartal III selepas Pilpres 2024
Masuknya dana asing sejalan dengan penurunan suku bunga acuan bank sentral AS The Fed.
“Kami lihat market akan bergerak berdasarkan ekspektasi, dan biasanya sebelum actual cutnya The Fed ada sinyal pemangkasan yang datang lebih dulu,” kata Rangga.
Mandiri Sekuritas memperkirakan inflasi dalam negeri pada 2024 tetap stabil di sekitar 3,2 persen dan suku bunga Bank Indonesia (BI) turun sebesar 75 bsis poin ke 5,25 persen.
Selain itu nilai tukar rupiah diperkirakan menguat ke level Rp14.900 secara rata-rata, tetapi masih dipengaruhi volatilitas ekonomi global di kuartal I-2024.
”Kami tetap optimis akan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia di tahun Pemilu 2024,” tukas Rangga.
Dia melihat Pemilu memberikan berdampak positif bagi ekonomi nasional terutama kenaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
Namun demikian, beberapa hal seperti sikap menunggu hasil Pemilu dari para investor dan volatilitas ekonomi global perlu diwaspadai.
Perekonomian Baru
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, prospek perekonomian nasional ke depan masih akan memiliki capaian optimal.
Hal itu mengacu angka PMI Manufacturing Indonesia yang berada di level ekspansif pada Januari 2024 sebesar 52,9.
Airlangga meyakini capaian itu akan kembali menggeliatkan ekonomi nasional dan menjadi modal bagi pencapaian target mendatang seiring dengan proyeksi perbaikan ekonomi global.
“Dengan proyeksi yang ada, pertumbuhan ekonomi Indonesia itu berbagai lembaga memprediksi pertumbuhan Indonesia sampai tahun 2025 seperti IMF masih memprediksi kita di angka 5 persen, kemudian World Bank antara 4,9-5 persen, dan OECD di angka 5,2 persen jauh diatas rata-rata proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dan di atas pertumbuhan ekonomi emerging market seperti Tiongkok,” urainya.
Oleh karena itu, kebijakan berkelanjutan yang diambil menjadi kunci pertumbuhan perekonomian ke depan walaupun ada risiko-risiko ke depan.
Pemerintah konsisten menjaga stabilitas dan ketahanan ekonomi ke depan dengan sejumlah kebijakan prioritas yang telah disiapkan, seperti revitalisasi mesin konvensional melalui peningkatan produktivitas dan daya saing dengan Program Kartu Prakerja, pelatihan vokasi, dan implementasi UU Cipta Kerja.
Proyek Strategis Nasional (PSN) seperti pembangunan MRT dan kereta cepat, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Ibu Kota Nusantara (IKN), serta Reforma Agraria, perluasan kerja sama internasional, dan penguatan ketahanan pangan juga tetap menjadi prioritas.
Menko Airlangga menegaskan Pemerintah juga akan mendorong mesin perekonomian baru melalui digitalisasi, transisi energi berkelanjutan, industrialisasi dengan hilirisasi yang dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi.
Selanjutnya, penguatan ketahanan sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat juga akan dilakukan Pemerintah melalui berbagai perlindungan sosial termasuk menjaga daya beli masyarakat rentan, pembiayaan mikro, dan padat karya tunai.
Dia menegaskan kontestasi politik pemilu terhadap capaian pertumbuhan ekonomi Triwulan IV-2023 turut memberikan kontribusi terlihat dari pertumbuhan konsumsi Lembaga Non-Profit Rumah Tangga (LNPRT) yang melejit mencapai dua digit hingga sebesar 18,11 persen (yoy).
“Ini didominasi berasal dari spending politik seiring diselenggarakannya rangkaian kegiatan pemilu,” imbuh Menko Airlangga. (Tribun Network/Reynas Abdila)
| Mahfud MD: Saya Lebih Baik dari Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming |
|
|---|
| Cak Imin Nilai Wacana Pembentukan Presidential Club Positif |
|
|---|
| Alasan Surya Paloh Tinggalkan Anies Baswedan Usai Kalah di Pilpres, Kini Dukung Prabowo-Gibran |
|
|---|
| PBB Takut Yusril Ihza Mahendra tak Jadi Menteri? NasDem-PKB Dukung Prabowo |
|
|---|
| Prabowo-Gibran tidak Mundur Hingga Dilantik Jadi Presiden-Wapres |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.