Tanggapi Maklumat Rektor Unhas, Mahasiswa: Kita Kampus Besar, Tapi Rektornya Bernyali Kecil
Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, Firmansyah, menyayangkan sikap Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa menerbitkan maklumat
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -- Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (Unhas), Firmansyah, menyayangkan sikap Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa membantah aksi Forum Guru Besar dan Dosen Unhas yang mendeklarasikan penyelamatan demokrasi.
Menurut Firmansyah, maklumat Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa merupakan sikap yang tidak seharusnya diambil.
"Sikap Rektor Unhas ini sangat menghianati prinsip-prinsip perjuangan dan bukanlah sebuah keteladanan oleh selayaknya seorang pemimpin. Pemimpin itu berani menyuarakan kebenaran, tapi ini malah sebaliknya, suara kebenaran yang disampaikan justru berusaha ditutupi secara sengaja. Selain aneh, bagi saya ini juga konyol," kata Firmansyah kepada wartawan Minggu (4/2/2024).
Tak hanya itu, Firmansyah menyayangkan sikap Prof Jamaluddin Jompa sama sekali tak terlihat nyali, intelektualitas, dan kecendikiawanannya.
"Kalau presiden, hilang kenegarawanannya. Tapi kalau Rektor Unhas, seolah hilang kecendekiawanannya sebagai seorang akademisi dan juga pemimpin," kata Firmansyah.
"Bahkan seharusnya Rektor yang menginisiasi atau terlibat langsung dalan gerakan deklarasi seperti yang dilakukan forum guru besar. Ini penting, untuk menegaskan posisi Unhas sebagai kampus yang bukan hanya terkesan mencari duit, tapi juga pasang badan untuk kepentingan bangsa Indonesia demi tegaknya demokrasi," ungkap Firmansyah.
Terakhir, aktivis mahasiswa yang juga merupakan Bakal Calon Ketua BEM Unhas itu berharap agar seluruh mahasiswa Unhas tak mengikuti mental dan sikap sang Rektor.
"Sepanjang saya menjadi mahasiswa Unhas, baru kali ini saya menemukan fakta yang sungguh memilukan. Gagasan besar yang harus disampaikan untuk kepentingan orang banyak, malah dihadang begitu saja oleh Rektor entah untuk kepentingan apa. Ini sangat tidak patut dicontoh. Karena itu, saya mengajak semua mahasiswa Unhas untuk tidak meniru mental sang Rektor. Orang yang dalam dirinya melekat semangat ke-Unhasan tidak boleh punya mental kerupuk," kata Firmansyah.
Alumni Unhas: Maklumat Rektor Adalah Pengkhianatan Intelektual
Maklumat Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Jamaluddin Jompa (56) soal aksi "Keprihatinan Bangsa" sejumlah guru besar dan dosen disebut tidak Mewakili Institusi, Jumat (2/2/2024) kemarin, terus menuai kontroversi dan alumni dan sivitas akademik.
Salah satu almunus Fakultas Ekonomi Unhas, Mulawarman (58), menyebut Maklumat Rektor Nomor: 05426/UN4.1./HK.05/2024 adalah bukan reaksi seorang akademik.
"Maklumat itu adalah pengkhianatan intelektual. Mimbar bebas itu adalah kewajiban kampus, bukan malah dihalangi," ujar aktivis era 1980 dan jurnalis era reformasi itu, kepada Tribun, Sabtu (3/2/2024).
Mulawarman menyebut maklumat rektor sebagai bentuk penghalangan kebebasan berpendapat dan aksi Mimbar Bebas, yang dijamin dalam UUD 1945 dan UU Pendidikan Tinggi No 12 Tahun 2012.
"Mimbar bebas guru besar itu ada di Pasal 8 UU Pendidikan Tinggi. Rektor UGM, Rektor UI dan kampus lain tak terbitkan maklumat seperti di Unhas," ujarnya.
Pegiat unit penerbitan kampus Majalah identitas Unhas era 80-an menyebut aksi 15 dosen dan guru besar di pelataran Rektorat Unhas itu, bukan terkait politik nasional atau dukungan calon presiden.
Dia bahkan menyebut Prof Jompa sosok guru besar penakut.
"Inilah risiko kalau rektor bukan berbasis aktivis tak punya nyali. Dia lebih banyak di perpustakaan dan birokrasi kampus," ujarnya.
Mulawarman memuji aksi Mimbar Bebas oleh Prof Dr Triyatni Martosenjoyo, Prof Dr Amran Razak, Prof Dr Aidir Amin Daud MH, Prof Dr drg A Arsunan Arsin, Prof Tasrif Surungan, Dr Hasrullah dan dosen lain menjelaskan bahwa universitas itu bukan Menara Gading Ilmu saja.
Dikatakan, Itu adalah aksi affirmasi bahwa Unhas tidak terpisah dan berjarak jauh dengan realitas, dekat dengan perkembangan nasional yang sudah mengarah ke pelanggaran konstitusi dan etika bernegara.
Hari Jumat kemarin, sekitar 15 guru besar, dosen mengatasnamakan Guru Besar dan Dosen Unhas untuk mengajak sivitas akadmika menyampaikan keprihatinan "Menyelamatkan Demokrasi".
Sejumlah klip video dan flyer digital juga viral di kalangan kampus dan publik.
Dalam maklumat resmi berkop logo Unhas, rektor menyebut aksi itu tidak mewakili Unhas sebagai institusi.
Sebelumnya, mantan Ketua BEM Unhas (2020-2022) dr. Imam Mobilinggo, S.ked menyampaikan sejatinya Unhas berterima kasih karena masih ada guru besar dan dosen yang mau menyuarakan hati nurani mereka.
"Saya yakın, diluar Unhas banyak yang menghargai dibandingkan dari dalam Unhas sendiri. Saya mendapat banyak ucapan baik dari teman-teman di UGM, UI dan beberapa PT lain."
Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa mengeluarkan Maklumat Rektor Nomor: 05426/UN4.1./HK.05/2024.
Itu disampaikan menanggapi pernyataan sikap akademisi Unhas yang duluan beredar.
Dari enam poin di edaran maklumat Rektor Unhas.
Salah satu adalah menegaskan adanya flyer yang mengatasnamakan Guru Besar dan Dosen Unhas untuk mengajak menyampaikan keprihatinan Menyelamatkan Demokrasi, tidak mewakili Unhas sebagai institusi.
Rektor Unhas Jamaluddin Jompa: Kampus Harus Dorong Pemilu Damai, Jangan Sebar Hoax
Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Jamaluddin Jompa mengakutidak ingin terjadi perpecahan setelah munculnya petisi 'Menyelamatkan Demokrasi' yang disuarakan oleh beberapa guru besar Unhas.
Petisi itu pun dijawab dengan dikeluarkannya Maklumat Rektor Unhas, agar situasi kondusif di internal "Kampus Merah" tetap terjaga jelang hari pencoblosan.
"Maklumat itu, kemarin, imbauan untuk internal Unhas, untuk menjaga hal-hal yang tidak kita inginkan," kata Prof Jamaluddin Jompa saat ditemui sejumlah wartawan, Sabtu (3/2/2024) siang.
"Terutama perpecahan di dalam perbedaan pilihan, pendapat, maka saya keluarkan maklumat untuk tidak terlalu keras gesekannya dalam konteks perbedaan," katanya menyambung.
Dia juga menegaskan, perbedaan pilihan harusnya menjadi sarana mempererat tali persaudaraan dalam menjaga kebhinekaan.
"Semua sangat normatif dalam tanda kutip, dalam perbedaan kita harus menjaga dan menghormati perbedaan. Saling menghargai perbedaan pilihan itu sangat biasa," kata Jamaluddin.
"Tapi kemudian walaupun kadang ada kebebasan dalam ber-akademik tapi tetap dalam bingkai yang bertanggungjawab," katanya lebih lanjut.
Untuk itu, guru besar dari Fakultas Kelautan dan Ilmu Perikanan ini ini mengimbau sivitas akademika Unhas mampu berperan aktif dalam menjaga pemilu damai yang kondusif.
"Kita sangat mengharapkan bahwa kampus menjadi salah satu contoh kelompok masyarakat yang mendorong Pemilu damai yang penuh kekeluargaan," imbuh Jamaluddin mengatakan.
"Tidak menyebarkan hal-hal berupa hoax. Misalnya yang belum terverifikasi kebenarannya," kata dia.
Adapun isi maklumat itu sebagai berikut;
"Menyimak kontestasi politik yang semakin panas dengan eskalasi yang semakin mengkhawatirkan, terutama debat dan pertentangan mengenai pilihan calon presiden, maka saya selaku Rektor Unhas menyampaikan secara tegas kepada semua sivitas akademika di lingkungan Universitas Hasanuddin agar:
1. Harus aktif menjaga situasi dan kondisi termasuk ikut memperbaiki suasana perbincangan agar tidak mengarah ke hal-hal yang provokatif dan intimidatif.
2. Kebebasan berpendapat kita hargai dan junjung tinggi sebagai amanat konstitusi, tapi pilihan politik yang beragam juga harus dihormati dan dihargai.
3. Meskipun terdapat perbedaan pilihan dan preferensi calon presiden, saya ingatkan untuk tidak melakukan kampanye hitam terhadap calon presiden yang tidak disukai.
Hindari menyebarkan informasi hoax dan berita-berita yang belum terverifikasi kebenarannya dan tidak diketahui sumbernya.
4. Mari kita menjaga atmosfir akademik yang sehat dalam bingkai kebebasan mimbar akademik yang bertanggung jawab.
5. Mari kita menjaga silaturahim dan persaudaraan kampus yang kita cintai bersama. Mari kita jaga dan dewasa menerima perbedaan pilihan politik dalam suasana kekeluargaan.
6. Adanya flyer yang mengatasnamakan Guru Besar dan Dosen Unhas untuk mengajak menyampaikan keprihatinan "Menyelamatkan Demokrasi", tidak mewakili Unhas sebagai institusi.
Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan diberi kekuatan untuk selalu menjadi insan akademis yang bertanggung jawab dalam menjaga keutuhan NKRI dan mengabdi untuk bangsa dan negara," tulisnya.(*)
Jantungmu Jaga! |
![]() |
---|
Dosen Sosiologi Unhas Sahabat OSIS, Gembleng Pelajar Sidrap Cegah Bullying di Lingkungan Sekolah |
![]() |
---|
Pemuda Rappocini Minta Pemilihan RT/RW Transparan dan Bebas Politik Praktis |
![]() |
---|
Sosok Alumni Unhas Terima Amnesti, Dipenjara Gegara Hina Jokowi Kini Diampuni Prabowo Subianto |
![]() |
---|
Dulu Hina Jokowi hingga Seret Nama Nikita Mirzani, Prabowo Beri Amnesti ke Yulianus Seperti Hasto |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.