Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilpres 2024

Timnas AMIN Respon Tanggapan Luhut Soal Cak Imin Bohong, Ramli Rahim: Faktanya Ugal-ugalan

Muhammad Ramli Rahim mengatakan, semua yang sejalan dengan Luhut pasti akan mengatakan bahwa Cak Imin berbohong.

Penulis: Renaldi Cahyadi | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM / RENALDI
Juru bicara Timnas AMIN Muhammad Ramli Rahim saat ditemui di Cafe Red Corner, Jl Yusuf Dg Ngawing, Kota Makassar, beberapa waktu lalu 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tim Nasional (Timnas) Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar (AMIN), Muhammad Ramli Rahim, menampik tudingan Luhut Binsar Panjaitan.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia itu menyebut Cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar bohong soal hilirisasi nikel yang dinilai ugal-ugalan.

Muhammad Ramli Rahim mengatakan, semua yang sejalan dengan Luhut pasti akan mengatakan bahwa Cak Imin berbohong.

"Tapi nyatanya nikel ini memang faktanya ugal-ugalan," katanya saat dihubungi, Sabtu (27/1/2024).

Adapun kata pria yang memiliki akronim nama MRR itu, bahwa ketimpangan ekonomi terjadi dengan hilirisasi ugal-ugalan.

Ramli Rahim memberikan contoh seperti halnya ekonomi di Sulawesi Tengah (Sulteng) tumbuh 13,6 persen.

Namun kata Ramli, tingkat pengangguran terbuka hanya turun 0,18 persen dan tingkat kemiskinan naik 0,08 persen.

"Dari hasil itu, kemiskinan di Kabupaten Morowali dan Sulteng jauh lebih tinggi dari kemiskinan nasional," ujarnya.

Dampak lingkungan, kata Ramli, Luhut tak membantah adanya kerusakan lingkungan akibat hilirisasi.

Seperti halnya, air laut dan sungai tercemar, kualitas air sungai dan laut tercemar di kawasan PT Indonesia Morowali Park (IMIP).

Lalu banjir akibat ekspansi tambang nikel mengakibatkan, banjir menerjang 362 hektar sawah tahun 2020 akibat deforestasi dari ekspansi tambang nikel.

Kemudian kesulitan air bersih, sejak Mei 2023, air yang mengalir ke rumah warga di lima desa di Pulau Wawonii Sulteng berwarna keruh kecoklatan bercampur lumpur akibat kegiatan penambangan nikel.

"Tidak hanya itu, nelayan sulit mencari ikan, karena limbah industri nikel di Morowali dibuang ke laut, hutan bakau dan pesisir rusak, nelayan melaut lebih jauh dan pendapatan turun," ujarnya.

Lanjut Ramli, terdapat 4.000 tenaga kerja asing (TKA) Tiongkok bekerja di PT IMIP dan mayoritas buruh kasar

"Banyak tenaga kerja China yang bukan sebagai tenaga ahli namun satpam, sopir, dan juru masak," jelasnya.

"TKA Tiongkok digaji lebih layak (Rp17-54 juta), sementara pekerja Indonesia hanya digaji di kisaran," tambah dia.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved