Kaleidoskop 2023
Angka Stunting di Sulsel 27,2 Persen, Diintervensi Lewat Program Bangga Kencana
Dibandingkan tahun sebelumnya, stunting berada diangka 27,4 persen. Artinya penurunannya hanya 0,2 persen.
Penulis: Siti Aminah | Editor: Ansar
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Sulawesi Selatan mencatat angka stunting di Sulawesi Selatan sebesar 27,2 persen
Dibandingkan tahun sebelumnya, stunting berada diangka 27,4 persen. Artinya penurunannya hanya 0,2 persen.
Data ini dipaparkan dalam konferensi pers pelaksanaan program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting 2023.
Konferensi pers berlangsung di Kantor BKKBN Perwakilan Sulsel Jl Ap Pettarani, Kamis (28/12/2023).
Sekretaris Utama BKKBN RI, Tavip Agus Tayanto mengatakan, jumlah rupiah yang digelontorkan cukup besar nilainya untuk menangani stunting.
Hanya saja efeknya belum terlihat dengan signifikan.
"Padahal spiritnya pemerintah harapanannya (besar) karena Sulsel termasuk wilayahnya banyak, 24 kabupaten kota," ucap Tavip Agus.
Dalam penanganan stunting secara nasional, telah ditetapkan 12 provinsi prioritas.
Terdiri dari lima provinsi yang jumlah penduduknya padat.
Seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara.
"Beberapa wilayah ini angka stuntingnya tidak tinggi tapi orangnya banyak jadi kalau dijumlah orangnya berkontribusi besar (penurunan stunting)," ujarnya.
Sementara tujuh provinsi lainnya diambil dari daerah yang penduduknya tidak besar tapi persentase (stunting) besar.
Misalnya NTB, NTT, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimatan Selatan dan Kalimatan Utara, serta Aceh.
"Itu 7 provinsi penduduknya tidak banyak tapi kejadian stuntingnya ada 40 persen," paparnya.
"Sekarang kita bicara Sulsel, Sulsel tidak termasuk 12 provinsi prioritas karena asumsinya, perevalensinya termasuk tengah-tengah, dibilang tinggi sekali tidak, rendah juga tidak faktanya 27 persen padahal sekarang aja nasional rata-ratanya hanya 21,6 persen," jelasnya.
Kendati begitu, seluruh provinsi diharapkan melakukan penanganan stunting dengan cara yang massif dan terukur.
Penanganannya berbasis data mikro. Misalnya mendata orang yang tidak punya jamban (sanitasi), mendata ibu hamil, hingga orang yang mau menikah.
Kemudian masyarakat sasaran diberikan intervensi atau penanganan yang baik agar masalah stunting bisa teratasi.
"Jadi jangan hanya rakor, diskusi tapi titiknya dipastikann sampai ke ibu hamil, anak-anak dan sasaran lainnya," katanya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Sulawesi Selatan, Shodiqin menjelaskan, angka stunting tertinggi di Sulsel ada di Jeneponto dengah persentase 39 persen.
Sementara terendah di Kabupaten Barru yakni 14 persen lebih.
Adapun upaya penanganan satu komando dengan kebijakan pemerintah pusat.
"Stunting kita ikuti kebijakan pusat, kita sudah menindaklanjuti itu, kita harus fokus permasalahan apa yang ada misalnya sanitasi air bersih, air layak konsumsi juga sangat terbatas. Itu berpengaruh ke anak stunting termasuk ibu hamil jangan sampai suaminya perokok berat karena memperngaruhi," tuturnya.
Salah satu program yang digencarkan untuk menekan stunting yakni program Bangga Kencana.
Bangga Kencana merupakan program untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas di Indonesia. (*)
| Jalan Rusak Berat di Sinjai 311.804 Kilometer di 2023 |
|
|---|
| Jumlah Warga Meninggal Dunia di Jalan Raya Sinjai Meningkat di Tahun 2023 |
|
|---|
| Harapan Bupati Indah Putri Indriani di 2024 Setelah Jumlah Warga Miskin Luwu Utara di 2023 Turun |
|
|---|
| Irjen Pol Andi Rian Djajadi: Pelanggaran Kode Etik Personel Polda Sulsel Naik 46 Persen di 2023 |
|
|---|
| Pelanggaran Kode Etik Personel Polda Sulsel Naik 46 Persen di 2023 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/makassar/foto/bank/originals/Penurunan-Stunting-2023-di-Kantor-BKKBN.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.