Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

PDIP Sebut Pakaian Adat Ganjar-Mahfud Simbol Pemerataan Pembangunan

Udin Shaputra Malik mengaku pilihan pakaian adat dalam panggung debat sesuai dengan misi Ganjar - Prof Mahfud menyebarkan persatuan

Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Ari Maryadi
ISTIMEWA
Ganjar - Mahfud saat mengenakan pakaian adat di momen debat Cawapres 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pasangan Calon (Paslon) nomor 3 Ganjar Pranowo - Prof Mahfud MD tampil berbeda dalam sesi debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (21/12/2023) malam.

Ganjar - Prof Mahfud memilih datang dengan setelan pakaian adat.

Ganjar Pranowo mengenakan pakaian khas asal Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sementara Prof Mahfud datang dengan setelan baju khas tanah kelahirannya, Madura.

Dua pasangan lainnya tampil lebih formal di debat cawapres.

. Pasangan Anies-Muhaimin pakai kemeja putih dibalut jas.

Prabowo - Gibran masih setia dengan kemeja berwarna biru.

Ketua Tim Pemenangan Daerah (TPD) Ganjar - Prof Mahfud di Sulsel dr Udin Shaputra Malik mengaku pilihan pakaian adat dalam panggung debat sesuai dengan misi Ganjar - Prof Mahfud menyebarkan persatuan Indonesia.

"Pakaian itu mengangkat rasa idealisme kesatuan bangsa sesuai nomor urut persatuan Indonesia," jelas dr Udih Shaputra saat dikonfirmasi, Sabtu (23/12/2023).

"Kemudian tema kampanye juga dari Sabang sampai Merauke," lanjutnya.

Lebih jauh, pakaian adat ini menjadi simbol pemerataan pembangunan.

Ganjar - Prof Mahfud membawa misi memperhatikan seluruh daerah dari barat sampai timur Indonesia.

"Ini salah satu simbolisasi paslon 3 ingin perhatikan pemerataan ekonomi. Dari berikan simbol NTT dan Madura. Ini daerah mungkin selalu jadi unpriority. Simbolisasi ini jadi sinyal pemerataan bisa percayakan Ganjar-Mahfud," katanya.

Dengan belum meratanya pembangunan, Prof Mahfud MD mengaku pertumbuhan ekonomi Indonesia belum pernah maksimal sejak masa  reformasi.

Angka pertumbuhan 7 persen disebutnya tak pernah tersentuh puluhan tahun belakangan.

"Ada bertanya ke kami, mungkinkah dapat pertumbuhan ekonomi 7 persen dalam 1 tahun?. Dalam sejarah reformasi belum pernah. Tahun 1989-1991 itu dicapai terakhir," jelas Prof Mahfud MD dalam Debat.

Usai menerima pertanyaan tersebut, Prof Mahfud MD mengaku sampai bertanya ke ahli ekonomi Indonesia.

Prof Mahfud berkeliling berdiskusi terkait pertumbuhan ekonomi di Indonesia

"Karena kebodohan, kita tidak bisa naikikan ke 7 persen," kata Prof Mahfud MD.

"Kita memiliki sumber dalya alam hebat," tegasnya.

Masalahnya, sumber daya alam tersebut disebut tidak dikelola dengan baik.

Ditambah tindak korupsi yang masih menyelinap diantara rencana pembangunan.

"Masalahnya banyak korupsi di belanja pemerintah, ekspor, impor dan investasi," kata Prof Mahfud MD.

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved