Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Di Bulukumba Ada Lelang Semangka untuk Palestina, Sosok Ini Beli Seharga Rp60 Juta

Bupati Bulukumba Andi Muchtar Ali Yusuf memenangkan lelang semangka petani Bontosunggu dengan harga penawaran tertinggi Rp60 juta.

Penulis: Ardiansyah Safnas | Editor: Alfian
TRIBUN-TIMUR.COM
Bupati Bulukumba Andi Utta membeli semangka warga seharga Rp60 juta yang dilelang untuk didonasikan ke Palestina. 

 


TRIBUN-TIMUR.COM,BULUKUMBA - Berbagai cara dilakukan warga Indonesia demi membantu saudara mereka yang dalam kondisi kesulitan akibat peperangan di Palestina.

Di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan misalnya pengumpulan donasi untuk Palestina dilakukan dengan menggelar lelang semangka.

Sekedar diketahui buah semangka baru-baru ini viral lantaran disebut sebagai simbol perlawanan warga Palestina.

Lelang semangka di Bulukumba ini diinisiai petani semangka Desa Bontosunggu.

Hasil lelang akan disumbangkan seluruhnya untuk Palestina melalui Baznas Bulukumba.

Baca juga: Peduli Palestina, Anggoro87 Racing Team Ramai-ramai Donasi

Gerakan lelang semangka ini digagas oleh Petani Desa Bontosunggu bersama Komunitas Kebun Bersama serta kelompok-kelompok pemuda lainnya.

Lelang semangka untuk Palestina sebagai solidaritas terhadap rakyat Palestina yang menjadi korban akibat invasi yang dilakukan oleh Israel.

Bupati Bulukumba Andi Muchtar Ali Yusuf memenangkan lelang semangka petani Bontosunggu dengan harga penawaran tertinggi Rp60 juta.

Setelah proses lelang yang alot akhirnya Andi Utta sapaan Andi Muchtar Ali Yusuf menawar dengan harga tertinggi yakni 60 juta rupiah untuk 280 buah semangka.

Bupati Bulukumba dalam sambutannya menyampaikan rasa bangga terhadap petani serta pemuda Bontosunggu yang telah mengadakan lelang tersebut.

Andi Utta mengapresiasi gerakan tersebut, menurutnya gerakan itu menunjukkan bahwa warga Bulukumba memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi.

Andi Utta berharap rasa kemanusiaan itu terus dirawat, tidak hanya untuk rakyat Palestina tetapi juga untuk sesama masyarakat Bulukumba.

"Di depan mata kita sendiri juga masyarakat banyak masyarakat Bulukumba yang juga memerlukan uluran tangan kita," ujar Andi Utta.

Andi Utta juga mengapresiasi para petani Desa Bontosunggu yang berhasil mengembangkan semangka sebagai salah satu produk pertanian unggulan di Kabupaten Bulukumba.

"Yang kita kenal itu Kabupaten Takalar sebagai penghasil semangka, tapi petani kita di Bontosunggu menunjukkan bahwa semangka Bulukumba tidak kalah dengan yang ada di Takalar," imbuh bupati. 

Semangka dan Spirit Perlawanan Palestina

Dilansir majalah Time, penggunaan semangka sebagai simbol Palestina bukanlah hal baru.

Simbol buah ini pertama kali muncul setelah Perang Enam Hari pada 1967, ketika Israel menguasai Tepi Barat dan Gaza, serta mencaplok Yerusalem Timur.

Pada saat itu, Pemerintah Israel menjadikan pengibaran bendera Palestina di depan umum sebagai pelanggaran pidana di Gaza dan Tepi Barat.

Untuk menghindari larangan tersebut, warga Palestina mulai menggunakan semangka sebagai simbol bendera mereka.

Warna buah semangka dianggap mewakili warna bendera Palestina.

Ketika dibelah, semangka memiliki warna merah, hitam, putih, dan hijau seperti bendera nasional Palestina.

Seniman Sliman Mansour mengatakan kepada The National pada 2021 bahwa, pejabat Israel pada 1980 menutup pameran di 79 Galeri di Ramallah yang menampilkan karyanya dan karya lainnya, termasuk Nabil Anani dan Issam Badrl.  

“Mereka mengatakan kepada kami bahwa mengecat bendera Palestina itu dilarang, tapi warnanya juga dilarang. Issam berkata, ‘Bagaimana jika saya membuat bunga berwarna merah, hijau, hitam dan putih?’, dan petugas itu menjawab dengan marah, ‘Ini akan disita. Bahkan, jika Anda mengecat semangka, itu akan disita'," kata Mansour.

Israel mencabut larangan terhadap bendera Palestina pada 1993, sebagai bagian dari Perjanjian Oslo, yang mencakup pengakuan timbal balik antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina.

Ini merupakan perjanjian formal pertama sebagai upaya untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Bendera tersebut dianggap mewakili Otoritas Palestina, yang akan mengelola Gaza dan Tepi Barat.

Setelah perjanjian ini ditandatangani, New York Times mengulas tentang semangka sebagai simbol selama pelarangan bendera.

“Di Jalur Gaza, di mana para pemuda pernah ditangkap karena membawa irisan semangka, yang menunjukkan warna merah, hitam, dan hijau Palestina, tentara hanya berdiam diri, dengan sikap bosan, saat prosesi berjalan sambil mengibarkan bendera yang pernah dilarang,” ujar jurnalis Times, John Kifner.

Pada 2007, tepat setelah Intifada Kedua, seniman Khaled Hourani menciptakan Kisah Semangka untuk buku berjudul Subjektif Atlas Palestina. Pada 2013, ia membuat satu karya seni yang dinamakan Warna Bendera Palestina.

Karya seni ini kemudian dilihat oleh banyak orang di seluruh dunia.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved