Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Cukai Rokok

Bambang Haryo Kritik Keras Kemenkeu, Sebut Sri Mulyani Tak Paham Dampak Kenaikan Cukai Rokok

Bambang Haryo Soekartono menyoalkan pemerintah yang secara terus menerus menaikkan cukai rokok sejak  2019 sampai sekarang.

Penulis: Erlan Saputra | Editor: Ansar
Tribun-Timur.com
Mantan Anggota DPR-RI Bambang Haryo Soekartono mengkritisi kebijakan Menkeu Sri Mulyani 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pengamat Kebijakan Publik Bambang Haryo Soekartono mengkritisi kebijakan pemerintah pusat.

Bambang Haryo Soekartono menyoalkan pemerintah yang secara terus menerus menaikkan cukai rokok sejak  2019 sampai sekarang.

Menurutnya, dampak kenaikan cukai rokok bisa berpengaruh terhadap multiplayer effect ekonomi di masyarakat.

Bahkan bisa berpengaruh terhadap peningkatan kemiskinan dan generasi stunting di Indonesia. 

"Harusnya Kementerian Keuangan paham dengan dampak kenaikan cukai rokok ini. Mengakibatkan kenaikan harga rokok yang sangat tinggi dari 2019 ke 2023.

Rata-rata berkisar sekitar 50-80 persen kenaikannya dan berdampak terhadap 70,5 persen, total penduduk laki-laki di Indonesia atau sekitar 97 juta rakyat Indonesia," kata dia, Senin (13/11/2023).

"Karena masyarakat perokok yang berjumlah 97 juta tersebut sudah menjadikan rokok sebagai kebutuhan pokok.

Bahkan ada istilah 'lebih baik tidak makan daripada tidak merokok” karena merokok adalah salah satu yang tertinggi untuk penghilang stres, menurut mereka dan bahkan beberapa ahli," kata dia.

Bahkan, kata anggota DPR-RI periode 2014-2019 ini, Indonesia pernah menjadi negara kunjungan wisata asing terbesar di dunia pada jaman Kolonial Belanda.

Penyebab salah satunya adalah wisatawan menikmati produksi rokok Indonesia yang tidak ada di negara lain. 

Sehingga para wisatawan bisa merasa rilex atau segar kembali saat berada di Indonesia.

Dia mengatakan, para istri perokok pun sangat menginginkan suaminya untuk tetap bekerja maksimal dan tidak stres.

Sehingga para istri dari perokok akan mengorbankan pendapatan dari suaminya, yang seharusnya untuk kebutuhan rumah tangga dan kesehatan serta pertumbuhan anak - anaknya terpaksa dialihkan ke rokok untuk suaminya.

"Sehingga banyak anak - anak yang menjadi korban kenaikan cukai rokok yang menjadi generasi stunting serta gagal tumbuh," ujarnya. 

Bahkan, ditegaskan Bambang, yang lebih parah lagi rumah tangga banyak yang hancur akibat percekcokan antara suami perokok dengan istrinya. 

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved