Pilpres 2024
Prabowo di Pusaran Isu Penculikan Aktivis 98 dan Jawaban Tak Puas Budiman Sudjatmiko
Mantan Politikus PDIP Budiman Sudjatmiko yang juga aktivis 98 eks ketua PRD itu mengaku sempat menanyakan hal tersebut pada Prabowo langsung.
TRIBUN-TIMUR.COM - Untuk kali keempat Prabowo Subianto akan kembali maju dalam pertarungan Pemilihan Presiden Republik Indonesia.
Meski belum mendaftar secara resmi, namun Prabowo kini sudah menetapkan Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres.
Rencananya Prabowo dan Gibran akan mendaftar di KPU pada, Rabu (25/10/2023).
Terlepas dari perkembangan terkini soal Pilpres 2024, satu yang pasti Prabowo masih berada di pusaran isu penculikan aktivis 1998.
Mantan Politikus PDIP Budiman Sudjatmiko yang juga aktivis 98 eks ketua PRD itu mengaku sempat menanyakan hal tersebut pada Prabowo langsung.
Pertanyaan terkait penculikan aktivis 98 disampaikan Budiman Sudjatmiko kala bertemu Prabowo di Kertanegara, Jakarta Selatan, Selasa (18/7/2023).
Baca juga: Percaya Diri Menang Telak di Jateng Meski Prabowo Gandeng Gibran Putra Jokowi, Ganjar : Yakin Banget
Pada pertemuan itu banyak hal yang dibahas Budiman Sudjatmiko dan Prabowo Subianto.
Suatu momen menarik terjadi ketika Budiman Sudjatmiko, salah satu korban penculikan yang berhasil dibebaskan setelah era reformasi, mengajukan pertanyaan tajam kepada Prabowo terkait kasus penculikan aktivis 1998 yang diduga melibatkan Prabowo sebagai komandan Tim Mawar Kopassus.
Budiman, sebagai seorang yang pernah menjadi korban langsung dari kebijakan tersebut, merasa penting untuk mendengar penjelasan langsung dari Prabowo tentang nasib para aktivis yang masih hilang hingga saat ini.
Dengan tegas, ia menyatakan keinginannya untuk mengetahui keberadaan sesungguhnya dari rekan-rekannya yang masih belum ditemukan.
Namun, jawaban Prabowo pada pertanyaan tersebut tidak sesederhana yang diharapkan.
Budiman Sudjatmiko mengungkapkan bahwa Prabowo mengklaim telah memulangkan semua korban penculikan yang ditangkap oleh Tim Mawar.
Meskipun demikian, ketidakpastian masih menggelayuti banyak pihak terkait kebenaran dari pernyataan tersebut.
Reaksi Budiman mencerminkan keraguan yang melingkupi klaim Prabowo.
Pertanyaan ini tidak hanya mencerminkan keingintahuan Budiman sebagai individu.
Tetapi juga mencerminkan keinginan masyarakat untuk mendapatkan kejelasan dan keadilan dalam kasus-kasus penculikan tersebut, yang merupakan luka yang mendalam dalam sejarah Indonesia.
"Dia bilang, 'Sudah saya pulangkan semua.' Itu jawabannya," kata Budiman dalam sebuah video yang diunggah di akun Instagramnya.
Budiman mengatakan bahwa ia tidak puas dengan jawaban Prabowo tersebut.
Ia menilai bahwa Prabowo masih menyembunyikan sesuatu tentang kasus penculikan aktivis 1998.
"Saya tidak percaya begitu saja dengan jawaban itu karena saya yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Prabowo dan orang-orang di sekitarnya," ujar Budiman.
Budiman menambahkan bahwa ia akan terus mencari kebenaran tentang kasus penculikan aktivis 1998 hingga ada keadilan bagi para korban dan keluarganya.
Ia juga mengkritik sikap permisif bangsa Indonesia terhadap para pelaku pelanggaran HAM berat yang masih bisa berkontestasi dalam gelaran pilpres dan menjadi menteri pertahanan.
"Saya tidak akan berhenti untuk menuntut pertanggungjawaban negara dan Prabowo atas kasus penculikan aktivis 1998. Ini adalah utang generasi kami untuk masa depan. Jika kasus ini tidak diselesaikan, maka kejadian serupa akan terulang kembali pada masa yang akan datang," tutur Budiman.
Sementara itu, Prabowo belum memberikan tanggapan resmi terkait pertanyaan Budiman tentang kasus penculikan aktivis 1998.
Namun, sebelumnya ia pernah mengakui keterlibatannya dalam operasi rahasia tersebut dan mengklaim sudah melepaskan semua korban.
Ia juga membantah adanya unsur politik dalam operasi tersebut dan menyebutnya sebagai bagian dari tugas profesional sebagai prajurit.
"Operasi itu bukan operasi politik tapi operasi profesional sebagai prajurit untuk menjaga keamanan negara dari ancaman separatis dan komunis," kata Prabowo dalam sebuah wawancara dengan Tempo pada tahun 2014.
Kasus penculikan aktivis 1998 adalah salah satu kasus pelanggaran HAM berat yang belum terselesaikan hingga kini.
Menurut Komnas HAM, ada 23 orang aktivis yang diculik oleh Tim Mawar Kopassus antara Februari hingga Mei 1998.
Dari jumlah tersebut, hanya sembilan orang yang berhasil dibebaskan setelah reformasi, sementara 13 orang lainnya masih dinyatakan hilang dan satu orang ditemukan meninggal.
Sebelumnya, kasus ini sempat menjadi isu hangat dalam Pilpres 2014 dan 2019 yang melibatkan Prabowo sebagai salah satu calon presiden.
Prabowo Dipecat BJ Habibie
Jika tak ada halangan, Pilpres 2024 akan menjadi Pilpres ke-4 yang diikuti Prabowo Subianto sebagai kontestan.
Awal mula Prabowo Subianto masuk ke gelanggang pertarungan Pilpres pada tahun 2009 dengan menjadi Cawapres pendamping Megawati Soekarnoputri.
Kemudian pada Pilpres 2014 Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa dan Pilpres 2019 bersama Sandiaga Uno sebagai Capres namun kalah dari Joko Widodo dalm 2 periode pertarungan.
Sementara pada Pilpres 2024 ini, Prabowo masih mencari sosok Cawapres pendamping hingga belum mendaftar di KPU RI.
Berbeda halnya dengan 2 pesaingnya yang sudah mendapat pasangan serta sudah mendaftar yakni Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo - Mahfud MD.
Nama Gibran Rakabuming Raka anak sulung Presiden Jokowi digadang-gadang sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto,
Namun terlepas dari dinamikan kekinian yang terjadi, mari kita simak jejak karier dari seorang Prabowo Subianto.
Salah satu peristiwa yang paling mengguncangkan selama periode reformasi 1998 adalah pemecatan Prabowo Subianto dari jabatan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).
Keputusan ini dianggap terlalu terburu-buru dan mendadak.
B.J. Habibie, yang baru saja dilantik sebagai Presiden ketiga Indonesia, menggantikan Soeharto yang baru saja lengser, langsung mengambil keputusan berani ini.
Hanya dalam waktu satu hari setelah pelantikannya, pada 22 Mei 1998, Habibie memutuskan untuk mengakhiri karier cemerlang Prabowo Subianto dalam militer Indonesia.
Mengapa keputusan ini diambil?
Apa yang mendorong Habibie untuk tindakan sebesar ini?
Semua pertanyaan ini memunculkan rasa ingin tahu yang besar.
Temukan jawabannya dalam uraian berikut ini.
Pemecatan Prabowo
Usai dilantik, Habibie mencopot Prabowo dari posisinya sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), pada tanggal 23 Mei 1998.
Padahal, saat itu Habibie mengaku bahwa dirinya merasa was-was terhadap dampak dari keputusan besar yang ia ambil itu.
“Bagaimana sikap dan tanggapan Pak Harto mengenai kebijakan saya menghentikan Prabowo dari jabatannya sebagai Pangkostrad? Apakah Beliau tersinggung dan menugaskan menantunya untuk bertemu saya,” tulis Habibie dalam buku Detik-detik yang Menentukan. Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi (2006), seperti dikutip dari kompas.com.
Meski mengaku khawatir, untuk tidak menyebutnya ketakutan, Habibie pada kenyataannya mendesak pemecatan Prabowo dilakukan sesegera mungkin.
Bahkan, disebutkan bahwa saat itu Habibie ingin pemecatan Prabowo harus sudah dilakukan sebelum matahari terbenam.
Hal itu terungkap usai sebuah arsip Kedutaan Besar Amerika Serikat kembali dibuka pada 2018.
“Sebelum matahari terbenam,” tegas Habibie kepada Wiranto yang kala itu mengemban jabatan sebagai Panglima Abri (Pangab).
“Siapa yang akan mengganti?” tanya Wiranto. “Terserah Pangab,” pungkas Habibie.
Debat Habibie-Prabowo
Sebelum resmi diumumkan, nyatanya keputusan tersebut sudah terlanjut terdengar oleh Prabowo.
Tanpa pikir panjang, Prabowo lansgung mendatangi Habibie di Istana Merdeka untuk menanyakan alasan pemberhentiannya dari Pangkostrad.
Sebuah kabar yang membuat Habibie merasa cemas karena khawatir Prabowo membawa senjata saat bertemu dengannya.
Keduanya pun akhirnya bertemu dan berbincang dengan nada tinggi menggunakan bahasa Inggris
Prabowo mengatakan bahwa pemberhentiannya adalah suatu penghinaan bagi keluarga dan mertua Soeharto.
“Ini suatu penghinaan bagi keluarga saya dan keluarga mertua saya Presiden Soeharto. Anda telah memecat saya sebagai Pangkostrad,” kata Prabowo, seperti yang ditulis Habibie.
Dalam kesempatan inilah Habibie kemudian mengungkapkan alasannya memecat Prabowo karena sebuah "bisikan"
Bisikan Wiranto
Bisikan yang dimaksud adalah informasi yang menyebutkan bahwa ada gerakan pasukan Kostrad ke arah Istana Merdeka.
Beberapa dari pasukan Kostrad tersebut bahkan disebut-sebut sudah terlihat berada di sekitar kediaman Habibie.
Gerakan tersebut disebut-sebut mengarah pada rencana untuk mengudeta Habibie yang baru saja dilantik.
Lalu dari siapa Habibie mendengar bisikan tentang gerakan pasukan Kostrad tersebut?
Tidak lain dan tidak bukan adalah dari Wiranto.
Sebuah laporan yang membuat Habibie menyimpulkan bahwa “Pangkostrad (Prabowo) bertindak sendiri tanpa sepengetahuan Pangab.”
Prabowo sendiri mengaku bahwa informasi tentang keberadaan pasukan tersebut memang benar.
Namun, menurut Prabowo, tujuannya adalah untuk melindungi Presiden, bukan untuk melakukan kudeta.
Sebuah pernyataan yang justru dipertanyakan kembali oleh Habibie karena menilai tugas pengamanan bukan ada pada pasukan Kostrad.
Mendengar jawaban tersebut, Prabowo pun murka dan menyebut Habibie "naif".
"Presiden apa Anda? Anda naif!" jawab Prabowo saat itu.
"Masa bodoh, saya Presiden dan harus membereskan keadaan bangsa dan negara yang memprihatinkan," balas Habibie.(*)
Mahfud MD: Saya Lebih Baik dari Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming |
![]() |
---|
Cak Imin Nilai Wacana Pembentukan Presidential Club Positif |
![]() |
---|
Alasan Surya Paloh Tinggalkan Anies Baswedan Usai Kalah di Pilpres, Kini Dukung Prabowo-Gibran |
![]() |
---|
PBB Takut Yusril Ihza Mahendra tak Jadi Menteri? NasDem-PKB Dukung Prabowo |
![]() |
---|
Prabowo-Gibran tidak Mundur Hingga Dilantik Jadi Presiden-Wapres |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.