Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Cawapres Prabowo Subianto

Survei LSI: Prabowo - Erick Thohir Kalahkan Ganjar - Mahfud MD dan Anies - Cak Imin, Selisih Jauh

Elektabilitas pasangan bakal calon Presiden dan bakal calon Wakil Presiden, Prabowo Subianto dan Erick Thohir terus naik. Kalahkan Ganjar dan Mahfud

Editor: Edi Sumardi
DOK TRIBUNNEWS.COM
Bakal calon Presiden RI, Prabowo Subianto. Elektabilitas Prabowo Subianto terus naik jika dipasangkan dengan Erick Thohir, Khofifah Indar Parawansa, Gibran Rakabuming Raka. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Inilah hasil survei Capres terbaru.

Hasil survei terbaru dilansir Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan bahwa tingkat elektabilitas pasangan bakal calon Presiden dan bakal calon Wakil Presiden, Prabowo Subianto dan Erick Thohir terus naik.

Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, mengungkapkan bahwa dalam tiga simulasi yang dilakukan, pasangan Prabowo Subianto dan Erick Thohir selalu menduduki posisi teratas.

"Prabowo - Erick berhasil meraih 38,0 persen atau unggul atas Ganjar Pranowo - Mahfud MD dengan 32,3 persen dan Anies - Muhaimin dengan 22,9 persen," ujar Djayadi dalam pemaparan hasil survei LSI "Peta Pilpres dan Pileg Menjelang Masa Pedaftaran Capres dan Cawapres" di Jakarta, Kamis (19/10/2023).

Mereka berhasil mengungguli pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD dengan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.

Dalam simulasi pertama, pasangan Prabowo Subianto dan Erick Thohir meraih 38,0 persen dukungan, mengungguli Ganjar Pranowo dan Mahfud MD yang mendapatkan 32,3 persen, dan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar dengan 22,9 persen.

Simulasi berikutnya juga menunjukkan Prabowo Subianto dalam posisi unggul, baik saat dipasangkan dengan Khofifah Indar (36,3 persen) atau dengan Gibran Rakabuming (36,0 persen).

Baca juga: Hasil Survei UMM, Elektabilitas Capres Ganjar Pranowo Masih di Bawah Prabowo Subianto

Mereka mengalahkan pasangan Ganjar Pranowo - Mahfud MD dan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar.

Djayadi menjelaskan bahwa Prabowo selalu mendominasi dalam setiap simulasi, namun tingkat elektabilitasnya mencapai puncaknya ketika ia berpasangan dengan Erick Thohir.

"Kemungkinan besar atau dugaannya Prabowo itu akan memilih 1 di antara 3 kemungkinan yaitu Erick Thohir atau Khofifah Indar Parawansa atau pasca-keputusan MK kemarin adalah Gibran Rakabuming Raka," ujar Djayadi.

Survei ini dilakukan pada tanggal 2 sampai 8 Oktober 2023.

Responden adalah warga yang memiliki hak pilih dalam Pemilu, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Baca juga: Diusung 7 Partai di Koalisi, Sosok Cawapres Prabowo Subianto Kini Sudah Jelas dan Bukan Yusril Ihza

Dari populasi itu dipilih secara random (multistage random sampling) 1620 responden. 

Margin of error dari ukuran sampel tersebut sebesar +/2.5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (dengan asumsi simple random sampling).

Belum daftar

Kendati survei elektabilitas Prabowo Subianto terus naik, namun hingga hari pertama pendaftaran bakal Capres dan Cawapres, dia belum mendaftar.

Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai ada tiga penyebab Prabowo Subianto belum mengungkapkan pasangannya di Pemilu 2024.

"Kemungkinan pertama, bisa jadi situasi internal cukup pelik pascaputusan Mahkamah Konstitusi yang membolehkan kepala daerah (jadi capres-cawapres di usia belum 40 tahun), ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (19/10/2023).

Baca juga: Pengamat: Prabowo Tak Boleh Blunder, Elektabilitas Ganjar Meningkat Usai Mahfud MD Dipilih Cawapres

Arya mengatakan, respons publik yang tidak positif terhadap putusan tersebut membuat internal partai pendukung Prabowo masih belum memutuskan Cawapres.

Menurutnya, Partai Gerindra masih ingin mengusung Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres.

Kemudian PAN masih mendorong Erick Thohir.

Sedangkan Partai Golkar menyodorkan Airlangga Hartarto.

"Kedua, anggota koalisi belum konklusif untuk memutuskan siapa yang akan ditetapkan sebagai cawapres," ujar Arya.

Dia menilai, partai pengusung Prabowo memiliki kekuatan relatif merata. Ini membuat setiap partai ingin mengusung calon masing-masing sehingga belum terbentuk kesepakatan.

Alasan ketiga, kata Arya, partai di Koalisi Indonesia Maju (KIM) masih menghitung elektabilitas para tokoh yang akan disandingkan dengan Prabowo.

Jika rendah, bisa diganti.

Arya menduga, koalisi Prabowo masih menunggu kepulangan Presiden Joko Widodo, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Erick Thohir yang sedang berkunjung ke China dan Arab Saudi.

Kunjungan tersebut untuk menghadiri Belt and Road Forum for International Cooperation ke-3 di Beijing dan KTT pertama ASEAN Gulf Cooperation Countries (GCC) di Riyadh.

"Kenapa menunggu? Karena Pak Zulhas ketua umum dan anggota koalisi, Pak Erick salah satu calon yang digadang, dan Pak Jokowi juga berpengaruh dalam koalisi itu," jelasnya.

Arya menilai keputusan Prabowo belum mengumumkan cawapres tidak akan berdampak di Pemilu 2024.

Sebaliknya, koalisi pengusung Prabowo justru memiliki keputusan lebih kuat.

Terpisah, pengamat politik yang juga founder lembaga Gogo Bangun Negeri (GBN) Emrus Sihombing mengatakan, pasangan capres-cawapres memang bisa mendaftarkan diri ke KPU pada awal atau akhir jadwal pendaftaran.

Namun, kondisi Prabowo yang belum mengumumkan pasangannya dan belum mendaftar ke KPU berisiko bagi persepsi dirinya di mata publik.

"Paslon yang mendaftar langsung pada hari pertama menunjukkan kesiapan, ada kesepakatan, dan kompromi politik antarpartai pengusung dan kelompok kepentingan," jelasnya kepada Kompas.com, Kamis (19/10/2023).

Menurutnya, publik tentu akan berpersepsi positif terhadap pasangan capres-cawapres yang sudah mendaftarkan diri pada hari pertama daripada pasangan yang belum sepakat.

Publik menilai pasangan yang mendaftarkan diri lebih awal menunjukkan inisiatif, kesiapan, punya perencanaan teratur, dan ada kesepakatan antarpartai pengusung.

Sebaliknya, pasangan yang mendaftarkan diri ke KPU pada hari kedua atau bahkan hari terakhir akan dianggap publik belum siap dari segi administrasi maupun belum memiliki kesepakatan di antara partai politik.

"Saya menyarankan agar secepatnya diambil keputusan itu sehingga ketiga pasangan mendaftar pada hari pertama. Putuskanlah, berkompromilah, jangan terlalu memaksakan kehendak," ujar Emrus.

Dia mengungkapkan, potensi persepsi buruk dari publik kepada pasangan yang belum mendaftarkan diri bisa memengaruhi elektabilitas pada Pemilu 2024.

Namun, ada hal-hal lain yang akan memengaruhi keterpilihan mereka. Contohnya, memiliki program yang bagus atau sosok yang ditawarkan berkualitas.

"Kalau boleh tiga-tiganya langsung daftar pada hari pertama, menunjukkan mereka serius dan siap. Persepsi publik akan beda kalau ada pasangan mendaftar pada hari terakhir," ujar Emrus.(tribun timur/kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved