Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pemilu 2024

Pertarungan Caleg Milenial dan Gen Z Rebut Kursi DPR RI

Pertarungan pemilihan calon legislatif menjadi peluang bagi generasi milenial untuk dapat meraih suara pada Pemilu 2024.

Penulis: Erlan Saputra | Editor: Muh Hasim Arfah
tribun timur/lili
Pertarungan pemilihan legislatif (Pileg) menjadi peluang bagi generasi milenial dan generasi Z untuk dapat meraih suara pada Pemilu 2024. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Pertarungan pemilihan legislatif (Pileg) menjadi peluang bagi generasi milenial dan generasi Z untuk dapat meraih suara pada Pemilu 2024.

Sejumlah partai politik (parpol) meyakini keberadaan generasi muda menjadi faktor penting demi memenangkan partainya.

Di Provinsi Sulsel umpamanya, sejumlah parpol peserta pemilu menurunkan generasi muda generasi demi memperebutkan kursi DPR RI.

Apalagi jumlah daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2024, didominasi oleh kelompok Gen Z dan Milenial.

Berdasarkan klasifikasi usia yang dicatatkan KPU Sulsel, generasi Y atau Milenial paling mendominasi dengan jumlah 2.049.357.

Angka tersebut setara 30,72 persen dari jumlah daftar pemilih.

Sedangkan pemilih dari Generasi Z mencapai 1.383.715 jiwa atau 20,74 persen.

Sementara, pemilih dari generasi baby boomer atau kelahiran tahun 1946-1964 hanya sebanyak 1.122.739 jiwa.

Lalu generasi pre boomer hanya sebanyak 2,63 persen atau 175.457 jiwa.

Adapun jumlah DPT Sulsel sebanyak 6.670.582 jiwa.

Perbandingan jenis kelamin, laki-laki 3.244.626 dan perempuan 3.425.956 jiwa.

Melihat besarnya jumlah pemilih muda, Pakar Politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Ali Armunanto membeberkan bahwa potensi caleg-caleg milenial ataupun generasi Z ini cukup besar.

Karena salah satu referensi dalam memilih adalah adanya kesamaan atau homogenitas yang ditawarkan.

Baik itu dalam bentuk identitas lalu kemudian Ideologi hingga sisi umur. 

"Nah ini yang mendorong orang kemudian akan mencari calon-calon yang memiliki tingkat homogenitas atau tingkat kesamaan yang lebih dekat, dalam konteks ini ketika caleg-caleg milenial dan gen Z," kata Ali Armunanto kepada Tribun-Timur, Selasa (26/9/2023).

Di samping itu, kedua generasi ini sangat menguasai teknologi.

Belum lagi perilaku dalam komunikasi sangat berbeda ketimbang generasi baby boomers.

Menurut klasifikasi usia, kelompok milenial adalah kelahiran 1981-1996.

Sementara, Generasi Z kelahiran 1997-2012.

Adapun baby boomer merupakan kelahiran tahun 1946-1964.

Ali Armunanto menilai, generasi muda di era sekarang mampu memanfaatkan semua saluran-saluran komunikasi.

Baik komunikasi melalui sosial media (sosmed), person atau privat, hingga komunikasi interpersonal yang memungkinkan mereka punya jangkauan komunikasi yang lebih baik ketimbang generasi-generasi sebelumnya.

"Ini yang membuat potensi generasi muda jauh lebih bagus dalam pemanfaatan teknologi dan sisi gaya berkomunikasi," paparnya.

Dalam menggaet dukungan, potensi generasi muda sangat tinggi.

Sebab, mereka tidak hanya mengandalkan teknik-teknik kampanye yang berbasis teknologi.

Namun, mereka juga bisa memanfaatkan para influencer-influencer yang yang juga populer di sosial media.

Lalu kemudian teknik penggunaan-penggunaan grafis yang jauh lebih bagus.

"Sehingga sangat memungkinkan memang menarik simpati-simpati dari pemilih," ujarnya.

Di sisi lain memang karakteristik komunikasi generasi z dan generasi milenial itu memang ada di penggunaan sosial media.

"Sehingga kemungkinan akan dengan memudahkan mereka untuk meningkatkan potensi mereka untuk memenangkan pertarungan di pemilu mendatang," katanya.

Hanya saja, tantangannya adalah generasi milenial dalam berpolitik masih tergolong labil.

Belum lagi, caleg-caleg muda kendalanya di cost politik ketimbang generasi baby boomers yang dianggap lebih mapan.

"Dan juga elektoral kecurangan dalam pemilu itu bukan hanya dengan penggunaan politik uang (money politik), tapi juga apa manipulasi suara yang yang dilakukan oleh caleg-caleg lain," terangnya.

Memang di sini tantangannya, soal manipulasi suara atau kecurangan dalam pemilu, karena mereka untuk bisa memenangkan pemilu itu di situ halangan rintangan mereka untuk bisa memenangkan pemilu," tambahnya.

Ada sejumlah parpol yang memasang caleg Milenial hingga Generasi Z untuk bertarung ke DPR RI Pemilu 2024.

Di antaranya, Rudianto Lallo sebagai bacaleg dari Partai Nasdem.

Rudianto Lallo bukanlah orang baru di dunia perpolitikan. Pria kelahiran Ujung Pandang 4 Juni 1983 ini menjabat sebagai Ketua DPRD Makassar.

Lalu, ada petahana DPRD Sulsel Fraksi PKS, Meity Rahmatia.

Meity Rahmatia yang merupakan kelahiran 27 Mei 1981 akan naik kelas ke tingkatan DPR Senayan.

Di internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) memunculkan Imam Fauzan.

Imam Fauzan merupakan ketua DPW PPP Sulsel yang sekaligus anggota DPRD Sulsel.

Pria kelahiran Sungguminasa, Kabupaten Gowa 20 September 1996 ini merupakan anak kandung Waketum PPP Amir Uskara.

Ia akan bersaing dengan sesama rekan partainya, yakni Muhammad Fitrah Yunus.

Muhammad Fitrah Yunus adalah mantan Wakil Ketua STIE Muhammadiyah Cilacap.

Dia kelahiran Kabupaten Gowa 8 Mei 1988.

Lalu, ada nama Mukhtar Tompo.

Mukhtar Tompo merupakan mantan anggota DPR-RI periode 2014-2019.

Lahir di Kabupaten Jeneponto 10 Juni 1981.

Mukhtar Tompo akan bertarung melalui Partai Amanat Nasional (PAN).

Lalu, ada mantan juru bicara Sahabat Calon Presiden dan Wakil Presiden RI Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Namanya Putri Utami Muis, wanita kelahiran Makassar 3 Januari 1992.

Dari Partai Gerindra, ada nama Anhar Rahman.

Anhar Rahman merupakan Direktur Kampanye Prabowo Presiden 2024 Wilayah Sulsel.

Mereka bakal bertarung di Daerah Pemilihan (Dapil) Sulsel I yang meliputi Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, dan Kepulauan Selayar.

Di Dapil Sulsel II, ada anak mantan Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman.

Namanya, Andi Amar Ma'ruf Sulaiman.

Pria berusia 21 tahun ini (generasi z) bakal bertarung melalui Partai Gerindra.

Bacaleg generasi Z lainnya, ada nama Andi Mesyara Jerni Maswara.

Andi Mesyara Lahir di Kota Makassar 23 September 1999.

Melangkah ke Partai Nasdem, ada putra mahkota Bupati Barru Suardi Saleh.

Namanya, Teguh Iswara Suardi yang merupakan bacaleg kelahiran 25 Januari 1990.

Di internal Partai Keadilan Sejahtera (PKS), memunculkan petahana DPRD Sulsel, yakni Ismail Bachtiar.

Ismail Bachtiar merupakan kelahiran Kabupaten Bone, 3 Juli 1993.

Sementara, ada juga dari Dapil Sulsel III yang mencakup pemilih dari Kabupaten Enrekang, Pinrang, Sidrap, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Tana Toraja, Toraja Utara, dan Kota Palopo.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menurunkan Golda Titing.

Golda Titing merupakan kader PDIP kelahiran Kota Palopo, 20 November 1985.

Di internal Partai Golkar, memunculkan anak Bupati Enrekang Muslimin Bando, Furqon Sutrisno MB.

Furqon Sutrisno MB bakal bertarung dengan kakak kandungnya, Mitra Fakhruddin MB.

Mitra Fakhruddin merupakan politisi PAN yang kini menduduki kursi DPR RI (petahana).

Adapun dari Partai Nasdem masih mengandalkan petahana, Eva Stevany Rataba.

Eva Stevany Rataba adalah kelahiran 3 September 1982.

Ia akan bertarung sesama rekan partainya, yaknj Putriana Hamka Dakka.

Putri Dakka sapaannya, merupakan wanita kelahiran Kota Palopo 20 Januari 1987.

Sedangkan, internal Partai Demokrat mendorong dua bacaleg milenial.

Pertama, Muhammad Dhevy Bijak yang merupakan petahana anggota DPR-RI.

Dia adalah putra mantan Wakil Bupati Luwu, yakni Almarhum Syukur Bijak.

Terakhir, Rida Fauzia Qinvi yang merupakan kelahiran 8 September 1993.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved